Daya beli masyarakat anjlok dipicu precautionary saving, warga Sukabumi melakukannya?

- Redaksi

Jumat, 28 Maret 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi uang Rupiah recehan - Istimewa

Ilustrasi uang Rupiah recehan - Istimewa

sukabumiheadline.com – Awal 2025 menjadi sesi mendung bagi perekonomian karena terjadinya penurunan daya beli masyarakat. Fatkur Huda, Pakar Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menduga hal itu dipicu precautionary saving.

Ia mengatakan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi Februari 2025 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Indonesia mengalami deflasi selama dua bulan berturut-turut.

Tingkat deflasi bulanan, tambah Fatkur, sebesar -0,48%. Sedangkan, deflasi tahunan (year-on-year) sebesar -0,09%. Adapun, komoditas yang paling banyak berkontribusi pada deflasi antara lain tarif listrik, beras, daging ayam ras, bawang merah, tomat, dan cabai merah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut data BPS, kondisi ini merupakan deflasi tahunan pertama dalam 25 tahun terakhir.

Baca Juga :  Orang Indonesia Suka Buang Makanan, Kerugian Ekonomi Rp551 Triliun

“Hal ini menunjukkan adanya penurunan konsumsi masyarakat secara signifikan, yang biasanya menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di bulan Ramadan,” ujar Fatkur dikutip sukabumiheadline.com dari laman UM Surabaya, Jumat (28/3/2025).

Fatkur juga merujuk data dari Mandiri Spending Index (MSI) yang menunjukkan penurunan signifikan pada sektor belanja non-esensial, dengan porsi belanja hiburan, olahraga, dan rekreasi turun dari 7,7% menjadi 6,5%.

Sementara belanja supermarket meningkat ke 15,9%, mengindikasikan peralihan ke kebutuhan dasar. Fenomena tersebut, kata Fatkur, dikenal sebagai precautionary saving.

“Fenomena ini dikenal sebagai precautionary saving, di mana masyarakat lebih memilih menyimpan uang sebagai bentuk antisipasi ketidakpastian ekonomi di masa depan yang kemudian berdampak pada pola konsumsi,” jelasnya.

Baca Juga :  Kenalkan, Pemilik Fintech Terkaya Guillaume Pousaz yang DO Kuliah

Keputusan untuk melakukan precautionary saving tersebut mungkin juga menjadi pilihan tak terelakkan warga Sukabumi, Jawa Barat, terutama bagi mereka yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja atau PHK.

Mengutip data Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), sepanjang 2024, ada sebanyak 77.965 tenaga kerja kehilangan pekerjaan, dengan tambahan 3.325 orang terdampak PHK pada Januari 2025. Jumlah tersebut belum termasuk PHK 10.000 buruh PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) per 1 Maret 2025.

Kondisi ini, tambah Fatkur, memberikan pengaruh terhadap meningkatnya angka pengangguran, sehingga masyarakat merasa cemas dan dengan terpaksa semakin mengurangi konsumsi kebutuhan tersier.

“Kita tahu bahwa konsumsi rumah tangga memainkan peran kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Jika kemudian konsumsi melemah, maka permintaan agregat menurun, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,” jelas Fatkur.

Berita Terkait

Grup Sinarmas garap proyek geothermal, satu di Sukabumi nilai investasi Rp3,2 T
Punya skill di luar nalar, begini cara tuna netra di Sukabumi penuhi kebutuhan hidup
Selamat, tunjangan profesi guru non PNS naik jadi Rp2 juta per bulan
CSIS: Ekonomi sulit dan rakyat terluka picu demonstrasi
Wali Kota Sukabumi pajaki UMKM 5% dengan PB1, aktivis: dicekik pusat dan daerah
Syahrini jadi artis terkaya ke-4 di Indonesia, intip sumber duit dan masa kecil wanita Sukabumi ini
Beda dengan Ahmad Sahroni, pria asal Sukabumi ini terusir ke Singapura dan jadi miliarder
5 orang terkaya Indonesia 2025, nomor 1 punya aset triliunan Rupiah di Sukabumi

Berita Terkait

Rabu, 10 September 2025 - 17:21 WIB

Grup Sinarmas garap proyek geothermal, satu di Sukabumi nilai investasi Rp3,2 T

Rabu, 10 September 2025 - 02:04 WIB

Punya skill di luar nalar, begini cara tuna netra di Sukabumi penuhi kebutuhan hidup

Kamis, 4 September 2025 - 15:36 WIB

Selamat, tunjangan profesi guru non PNS naik jadi Rp2 juta per bulan

Rabu, 3 September 2025 - 10:00 WIB

CSIS: Ekonomi sulit dan rakyat terluka picu demonstrasi

Rabu, 3 September 2025 - 03:15 WIB

Wali Kota Sukabumi pajaki UMKM 5% dengan PB1, aktivis: dicekik pusat dan daerah

Berita Terbaru

Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman. l Istimewa

Internasional

Pangeran MbS tegaskan sikap Arab Saudi: Gaza milik Palestina!

Jumat, 12 Sep 2025 - 01:36 WIB