sukabumiheadline.com – Ikan asin, terutama bagi masyarakat Sunda, menjadi salah satu jenis lauk yang sangat digemari. Hidangan olahan itu pun menjadi pilihan tepat untuk bersantap bagi semua kalangan, lantaran rasanya yang khas dan nikmat.
Meski demikian, dikutip dari video di akun nyinyir_update_official, Dokter Tirta mengungkap sebuah analisa dari jurnal kesehatan.
Penuturan hasil penelitian tersebut pernah diutarakan influencer dokter Tirta yang menunjukkan adanya korelasi antara konsumsi ikan asin secara berlebihan dengan peningkatan risiko terkena kanker tertentu. Kandungan senyawa dalam ikan asin yang diproses dan dikonsumsi secara terus-menerus diduga menjadi pemicunya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ikan asin merupakan salah satu jenis makanan yang populer di berbagai negara, termasuk Indonesia. Rasanya yang gurih dan asin seringkali menjadi pelengkap hidangan sehari-hari.
Namun, proses pengawetan ikan melalui pengasinan dan pengeringan ternyata dapat menghasilkan senyawa kimia yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan sering. Salah satu senyawa yang menjadi perhatian utama adalah nitrosamin.
Senyawa ini terbentuk selama proses pengasinan dan pengeringan ikan, terutama ketika menggunakan garam nitrit atau nitrat sebagai bahan pengawet.
Nitrosamin telah diklasifikasikan oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) sebagai karsinogenik, yang artinya memiliki potensi menyebabkan kanker pada manusia.
Berbagai penelitian epidemiologis telah menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi ikan asin yang tinggi dengan peningkatan risiko kanker nasofaring (kanker yang tumbuh di bagian atas tenggorokan, di belakang hidung dan di atas langit-langit mulut).
Kanker nasofaring cenderung lebih banyak ditemukan di wilayah Asia Tenggara dan Tiongkok Selatan, di mana konsumsi ikan asin juga relatif tinggi.
“Karena pengawetan ikan asin itu berlangsung pada beberapa waktu, sehingga memunculkan potensi bakteri yang mengolah si nitrosamin tersebut menjadi lebih cepat,” ungkap dokter Tirta.
“Nah ketika nitrosamin ini masuk ke dalam tubuh, maka memiliki kecenderungan menyebabkan merusak sel mukosa faring,” ujar dokter Tirta, seperti dikutip sukabumiheadline.com, Selasa (6/5/2025).
“Sehingga faring di tenggorokan ini akan berpotensi menjadi radang secara terus-menerus dan akhirnya menyebabkan sebuah penyakit lalu menjadi bibit-bibit karsinogenik, dan sel-sel karsinogenik inilah yang menjadi risiko kanker nasofaring,” jelas dr Tirta.
Dr Tirta juga menjelaskan bahwa proses pengasinan dapat meningkatkan kadar garam dan senyawa nitrosamin dalam ikan.
“Konsumsi garam berlebihan sendiri sudah tidak baik untuk kesehatan, dapat meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit jantung. Ditambah lagi dengan adanya nitrosamin yang bersifat karsinogenik, risiko terkena kanker, terutama kanker nasofaring, menjadi lebih tinggi jika ikan asin dikonsumsi secra rutin terlalu sering dari kecil,” terangnya.
Lebih lanjut, dr Tirta juga menyoroti metode pengolahan dan penyimpanan ikan asin yang kurang tepat juga dapat meningkatkan risiko terbentuknya senyawa berbahaya lainnya.
“Pastikan ikan asin diolah dan disimpan dengan benar. Hindari mengonsumsi ikan asin yang sudah terlalu lama atau terlihat tidak segar,” tambahnya.