22.9 C
Sukabumi
Minggu, Mei 5, 2024

Thrust Defender 125, Motor Matic Maxi Bikin Yamaha XMAX Ketar-ketir, Cek Harganya

sukabumiheadline.com l Thrust Defender 125, diprediksi bakal...

Yamaha Zuma 125 meluncur, intip harga dan penampakan detail motor matic trail

sukabumiheadline.com - Yamaha resmi memperkenalkan Zuma 125...

Joe Biden Bakal Dilengserkan dari Jabatan Presiden AS, Tapi Bukan Sebab Tragedi Gaza

sukabumiheadline.com l Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika...

Dugaan Kasus Bullying Siswa SD Yuwati Bhakti Sukabumi, Pihak Sekolah: Bak Petir di Siang Bolong

SukabumiDugaan Kasus Bullying Siswa SD Yuwati Bhakti Sukabumi, Pihak Sekolah: Bak Petir di Siang Bolong

sukabumiheadline.com l Pihak pengelola SD Yuwati Bhakti (YB) Kota Sukabumi menyampaikan klarifikasi terkait dugaan kasus bullying yang menimpa siswa, Leon, di lembaga tersebut.

Diberitakan sukabumiheadline.com sebelumnya, kasus ini diungkap Mellisa Anggraini selaku kuasa hukum keluarga korban melalui media sosial X. Baca lengkap: Sosok Kepala SD Yuwati Bhakti Sukabumi Diduga Ikut Perundungan Siswa

Mellisa Anggraini membuat laporan baru tentang kasus yang sedang ia tangani ke Polres Sukabumi Kota, Senin (11/12/2023) lalu. Baca lengkap: Kasus Bullying SD Yuwati Bhakti Sukabumi, Ortu Pelaku, Komite, Guru dan Kepsek Dilaporkan ke Polisi

Terkait dugaan Mellisa dan pelaporan ke pihak Polres Sukabumi Kota, Suster Agustina Dede Mite selaku Kepala Sekolah SD Yuwati Bhakti menyampaikan penyesalan atas beredarnya sejumlah kabar di media sosial dan pemberitaan, melalui klarifikasi yang dibuatnya.

“Hampir 100 tahun SD YB hadir di Kota Sukabumi, ribuan anak telah kami dampingi dengan berbagai karakter. Ada yang pendiam, periang dan lainnya. Bahagia melihat mereka tumbuh alami dengan latar belakang berbeda tapi mereka hidup rukun dalam kebersamaan,” katanya, dikutip Kamis (14/12/2013).

“Namun, seperti petir di siang bolong, kami tersentak oleh berita mengenai anak kami dengan inisial L yang tersebar luas dengan segala macam versi yang menyudutkan sekolah, kepala sekolah, para guru, dua orang tua murid dan komite sekolah, sampai kami sendiri tak mampu memahaminya,” lanjutnya.

Karenanya, lanjut Suster Agustina Dede Mite, pihak sekolah merasa perlu menyampaikan klarifikasi terkait kasus yang dialami Leon yang selalu disayangi dengan menerapkan sikap objektif dan nilai netralitas pada semua anak yang dipercayakan pada pihak sekolah.

Kepala Sekolah, para guru, TU, Komite dan orang tua murid, jelas dia, tidak pernah melakukan tindak kekerasan seperti memukul, menendang, menjambak, meninju, mendorong, menampar dan kekerasan lain yang dituduhkan kepada kami di 72 lokasi yang disebutkan, baik sebelum kejadian, saat kejadian maupun setelahnya seperti yang tersebar saat ini.

“Bahkan membayangkan pun kami tidak pernah,” tegas Suster Agustina Dede Mite dalam klasifikasinya.

Ia menyebut bahwa pihaknya justru sangat sigap menolong saat kejadian, membawa ke UKS, menghubungi orang tua, membawa ke rumah sakit bersama orang tua, mengunjungi pasca operasi, mendoakan setiap hari sampai saat ini, mendampingi belajar secara pribadi dan khusus selama masa pemulihan di rumah, memberikan kesempatan melaksanakan Ujian Sumatif Akhir Jenjang secara online, di mana soal dikirim melalui aplikasi perpesanan WhatsApp.

Ia juga meyakinkan bahwa pihak sekolah tidak pernah melakukan intimidasi secara verbal seperti menyuruh piket 4 hari, membersihkan toilet, aula, kelas, hingga poin dikurangi dan perkataan

“Kamu Jangan Kasih Tahu Yang Sebenarnya ya,” tegasnya.

Karenanya, lanjut Suster Agustina Dede Mite, pernyataan bahwa Leon mengalami tindakan perundungan sejak Agustus 2022, seperti diunggah di Facebook yang berjudul “Perjalanan… “ adalah tidak benar (tanpa menyebut secara rinci terkait unggahan di Facebook tersebut).

Berita Terkait: Ultimatum Kuasa Hukum Korban Bullying ke SD Yuwati Bhakti Sukabumi: Jujur, Pakai Hati Kalian

Adapun, menurutnya, kejadian berawal pada 7 Februari 2023, sekira pukul 06.44 WIB. Saat itu, sejumlah siswa sedang bermain, berlari dan saling mengejar selayaknya anak-anak SD yang sedang menunggu waktu mulai Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

“Kemudian, beberapa anak memberitahukan kepada Ibu Guru E bahwa siswa L jatuh di dekat pintu kelas. Di saat yang sama seorang anak mendatangi Bapak Guru D untuk memberitahukan bahwa siswa L jatuh dekat pintu kelas,” lanjut Suster Agustina Dede Mite.

Selanjutnya, Guru D bergegas ke kelas III A untuk melakukan tindakan pertolongan dengan membawa L ke UKS. Sementara, Kepala Sekolah langsung meminta Bapak Guru I mengambil es batu untuk mengompres tangan anak L sebagai tindakan awal.

Sesuai dengan kebiasaan sekolah berkenaan dengan situasi seperti ini, Ibu Guru E segera menghubungi Ibu L. Ibu Guru E menghubungi Ibu L berulang kali melalui pesawat seluler, sayangnya Ibu L tidak langsung merespon.

“Mengingat pentingnya berkomunikasi dan berkoordinasi dengan orang tua L, maka Kepala Sekolah meminta Bapak Guru I dan Ibu Guru E segera ke rumah orang tua L untuk memberitahukan bahwa L jatuh di dekat pintu kelas,” papar Suster Agustina Dede Mite.

Lalu, sekira 30 hingga 40 menit kemudian, ayah Leon (DS) datang ke UKS untuk melihat kondisi anaknya. Saat itulah Suster Agustina Dede Mite meminta maaf kepada Bapak DS atas kejadian yang dialami anak Leon.

“Papi, kami minta maaf atas kejadian ini. Kami tidak bisa memutuskan sendiri, maka kami perlu berkomunikasi dengan orang tua,” kata Kepala Sekolah.

Lalu Bapak DS menjawab: “Tidak apa-apa Suster. Namanya juga kecelakaan, bisa terjadi kepada siapapun, kebetulan ini terjadi pada L anak kami” kata DS ketika itu.

Selanjutnya, DS memutuskan membawa Leon ke rumah sakit dengan mobil sekolah. Sehingga pada 7 Februari 2023 Leon masuk IGD RS Bunut untuk menjalani serangkaian pemeriksaan.

Keesokan harinya, 8 Februari 2023, Leon menjalani operasi, dan lima hari kemudian, tepatnya 13 Februari 2023, Leon sudah dapat kembali ke rumah untuk pemulihan.

“Dalam hal ini pihak sekolah memastikan anak L pulih secara fisik dan mental sehingga setelah berkoordinasi dengan orang tua L maka anak L mulai mendapat pendampingan pembelajaran di rumah mulai 23 Februari 2023. Syukur pada Allah lima hari kemudian yaitu 27 Februari 2023 anak L siap beraktivitas kembali,” jelas Suster Agustina Dede Mite.

Sementara, kuasa hukum keluarga Leon, Mellisa Anggraini, sebelumnya menyayangkan pembiaran yang dilakukan oleh pihak sekolah selama perundungan itu terjadi.

Bahkan, jelas Mellisa, ada upaya pembungkaman dari pihak sekolah kepada korban agar tidak menceritakan yang sebenarnya kepada siapapun, terutama kepada keluarganya. Berita Terkait: Kronologi Bocah SD Yuwati Bhakti Sukabumi Diduga Dibully Sampai Patah Tulang dan Diintimidasi Agar Bohong

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer