sukabumiheadline.com – Sukabumi, Jawa Barat, kisah perjalanan kota ini sebenarnya sudah tercatat di dalam Pantun Pajajaran Tengah (Pantun Bogor) Karya Aki Buyut Baju Rambeng, seorang pujangga misterius jaman VOC (abad 18) yang fenomenal.
Dalam Pantun Bogor juga dikisahkan asal muasal munculnya Babakan di Gunung Parang (cikal bakal Kota Sukabumi). Konon, pasca Pakuan dihancurkan pasukan Banten, Kadatuan Pamingkis yang berpusat di Gunung Walat juga mengalami serangan serupa.
Pemimpinnya tewas, sementara istrinya yang sedang hamil melarikan diri ke selatan bersama para pembantunya. Sang istri kemudian melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Nyi Raden Pudak Arum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berita Terkait: Tumbuhan dari Khayangan dan kisah herois romantis di balik berdirinya Kota Sukabumi

Pudak Arum kemudian ditangkap oleh Bajo (rampok) yang kemudian menjualnya ke Dayeuh Muhara Cihaliwung (Jakarta sekarang). Ki Wangsa Suta kemudian meminta pertolongan Resi Saradeya yang sudah bertempat di Gunung Arca.
Resi Saradeya memberi petuah dan uga (wangsit) bahwa Nyi Pudak Arum sedang sembunyi di balik zaman dan akan kembali saat Sukabumi penuh dengan rumah-rumah.
Resi Saradeya juga meminta Wangsa Suta untuk membangun babakan di Tegal Kole (saat ini lokasinya sekitar Supermarket Yogya). Babakan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Kota Sukabumi sekarang. Baca selengkapnya: Kisah herois romantis Nyi Pudak Arum dan Wangsa Suta di balik berdirinya Kota Sukabumi masa silam
111 tahun silam, Kota Sukabumi era Kolonial Belanda
Ada yang berpendapat bahwa nama Sukabumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu Suka-Bumen, yang artinya kawasan yang memiliki udara sejuk dan nyaman dan membuat orang-orang suka bumen–bumen atau menetap.
Penjelasan yang lebih masuk akal adalah bahwa nama “Sukabumi” berasal dari bahasa Sansekerta suka yang berarti “kesenangan, kebahagiaan, kesukaan” dan bhumi, “bumi”. Jadi “Sukabumi” artinya “bumi kesukaan”. Baca selengkapnya: Ini Lho Sejarah Singkat Asal-usul Kota Ini Dinamai Sukabumi
Sebelum berstatus kota, Sukabumi hanyalah dusun kecil bernama “Goenoeng Parang” (sekarang Kelurahan Gunungparang) lalu berkembang menjadi beberapa desa seperti Cikole atau Parungseah.
Lalu pada 1 April 1914, atau 111 tahun silam, pemerintah Hindia Belanda menjadikan kota Sukabumi sebagai Burgerlijk Bestuur dengan status Gemeente (Kotapraja) dengan alasan bahwa di kota ini banyak berdiam orang-orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan-perkebunan yang berada di daerah Kabupaten Sukabumi bagian selatan yang harus mendapatkan pengurusan dan pelayanan yang istimewa.
Baca Juga: Sejarah Gereja Sidang Kristus dan Simbol Toleransi di Kota Sukabumi

Selanjutnya pada 1 Mei 1926, Mr. G.F. Rambonnet diangkat menjadi Burgemeester. Pada masa inilah dibangun Stasiun Kereta Api, Mesjid Agung, gereja Kristen; Pantekosta; Katholik; Bethel; HKBP; Pasundan, pembangkit listrik Ubrug; centrale (Gardu Induk) Cipoho, Sekolah Polisi Gubermen yang berdekatan dengan lembaga pendidikan Islam tradisionil Gunung Puyuh.
Berita Terkait:
- Peninggggalan Belanda, sejarah dan desain interior Gereja HKBP Sukabumi
- Sejarah Hari Bhayangkara 1 Juli dan Mengenal 5 Periode Setukpa Polri Sukabumi
Nama Soekaboemi sebenarnya telah ada sebelum hari jadi Kota Sukabumi yaitu 13 Januari 1815. Kota yang saat ini berluas 52,46 Km² ini mendapatkan namanya dari seorang ahli bedah bernama Dr. Andries de Wilde menamakan Soekaboemi. Baca selengkapnya: 5 Misteri Pendakian Gunung Gemuruh oleh Raffles dan De Wilde di Batas Sukabumi-Cianjur
Perlu diketahui Andris de Wilde ini juga adalah seorang Preanger Planter (kopi dan teh) yang bermukim di Bandoeng, dimana eks rumah tinggal dan gudang kopinya sekarang dijadikan Kantor Pemkot Bandung.
Baca Juga: Orang Jerman pendaki pertama Gunung Gede, ini 5 fakta milenial Sukabumi udah tahu?

Awalnya ia mengirim surat kepada kawannnya Pieter Englhard mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk mengganti nama Cikole (berdasar nama sungai yg membelah kota Sukabumi) dengan nama Soekaboemi 13 Januari 1815. Sejak itulah Cikole resmi menjadi Soekaboemi.
Namun, bukan berarti hari jadi Kota Sukabumi jatuh pada tanggal tersebut. Ceritanya memang tidak singkat, bermula dari komoditas kopi yang banyak dibutuhkan VOC, Van Rie Beek dan Zwadecroon berusaha mengembangkan lebih luas tanaman kopi di sekitar Bogor, Cianjur, dan Sukabumi.
Baca Juga:
- Perjalanan hidup AWKA, adik Buya Hamka ditahan di Sukabumi lalu murtad dan jadi pendeta
- Calon PM Belanda keturunan Sukabumi dikenal anti-Islam, biodata dan agama Geert Wilders
Tahun 1709 Gubernur Van Riebek mengadakan inspeksi ke kebun kopi di Cibalagung (Bogor), Cianjur, Jogjogan, Pondok Kopo, dan Gunung Guruh Sukabumi.
Inilah salah satu alasan dibangunnya jalur lintasan kereta-api yg menghubungkan Soekaboemi dengan Buitenzorg dan Batavia di bagian barat dan Tjiandjoer (ibukota Priangan) dan Bandoeng di timur. Baca selengkapnya: Foto-foto sejarah pembangunan jalur Kereta Api Bogor-Sukabumi-Cianjur 1873
Saat itu, de Wilde adalah pembantu pribadi Gubernur Jenderal Daendels dan dikenal sebagai tuan tanah di Jasinga Bogor.
Pada 25 Januari 1813, ia membeli tanah di Sukabumi yang luasnya lima per duabelas bagian di seluruh tanah yang ada di Sukabumi seharga 58 ribu ringgit Spanyol.
Tanah tersebut berbatasan dengan Lereng Gunung Gede Pangrango di sebelah utara, Sungai Cimandiri di bagian selatan, lalu di arah barat berbatasan langsung dengan Keresidenan Jakarta dan Banten dan di sebelah Timur dengan Sungai Cikupa. Baca selengkapnya:
Pada tanggal yang sama 354 tahun yang lalu, Belanda bangga memenangkan perang melawan Spanyol.
Setelah Mr. G.F. Rambonnet memerintah ada tiga “Burgemeester” sebagai penggantinya yaitu Mr. W.M. Ouwekerk, Mr. A.L.A. van Unen dan Mr. W.J.Ph. van Waning. Baca selengkapnya: Daftar Lengkap Wali Kota Sukabumi Sejak Zaman Hindia Belanda, Hanya Ada Satu Wanita