30.4 C
Sukabumi
Jumat, April 26, 2024

Paman Anwar Usman langgar etik lagi, MKMK kembali beri sanksi

sukabumiheadline.com - Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK)...

Desain Ala Skuter Retro, Intip Spesifikasi dan Harga Suzuki Saluto 125

sukabumiheadline.com l Di belahan dunia lain, Suzuki...

Ternyata Ini Penyebab Ledakan Tabung CNG di Cibadak Sukabumi, Kepsek SD Korban Tewas

sukabumiheadline.com l Peristiwa pilu meledaknya tabung gas...

Jadi Miliarder dari Jualan Cilok, Harsono Punya 3 Apartemen dan 13 Rumah Kontrakan

EkonomiJadi Miliarder dari Jualan Cilok, Harsono Punya 3 Apartemen dan 13 Rumah Kontrakan

SUKABUMIHEADLINE.com l Kisah Harsono ini akan membuktikannya, geng. Berkat cilok, ia bisa punya aset miliaran dan berjuluk “Tukang Cilok Naik Haji”.

Cilok Edy adalah cilok yang cukup populer di kota Jember. Gerobaknya seringkali ditemui di berbagai area kampus seperti Universitas Jember dan Universitas Muhammadiyah Jember, serta di depan kantor DRPD Jember.

Jajanan tersebut digemari oleh berbagai kalangan, dari anak-anak, mahasiswa, hingga orang dewasa.

Diketahui, Cilok Edy juga pernah membuka sejumlah cabang di Probolinggo dan Bondowoso. Saking laris manis dan populernya, Cilok Edy mampu meraup Rp5 juta dari empat rombong. Bahkan, sebelum pandemi melanda, omzetnya mencapai Rp8 juta per hari.

Jadi bos cilok di Jember, Harsono mengungkapkan dirinya telah membeli 3 apartemen, 13 rumah kontrakan, dan sawah. Ia juga telah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci pada tahun 2019.

Tak menggapai kesuksesan secara instan, ini dia sepak terjang Harsono dan sang istri dalam membesarkan usaha Cilok Edy.

Awal Mula Edy Jualan Cilok

Awalnya, Harsono bekerja sebagai tukang ojek sepeda. Namun pekerjaannya terhenti akibat ia dan sang istri, Siti Fatimah, tak dapat membayar kredit sepedanya – menyebabkan sepeda itu disita.

Setelah itu, Harsono sempat menjadi tukang becak dan bekerja sebagai honorer petugas kebersihan Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Jember.

Ide berjualan cilok pun muncul dari ayahnya yang juga berjualan cilok di Bali. Ditambah lagi, saat itu belum ada cilok yang terbuat dari daging di Jember – kebanyakan dibuat dari tepung. Tentu saja, ini adalah peluang bagi Harsono.

Pada 1997, ia dan sang istri meniru bisnis bapaknya dengan menjual cilok berbahan daging sapi dengan modal awal sebesar Rp20 ribu.

Sempat Putus Asa

Harsono mulai berjualan cilok secara keliling sejak pukul 06.30 WIB hingga setelah azan Isya, Biasanya ia berkeliling di berbagai sekolah di Kecamatan Sumbersari sampai Kecamatan Kaliwates.

Dagangannya tak langsung habis, bahkan cilok saat itu masih merupakan makanan baru sehingga banyak wali murid yang tidak memperbolehkan anaknya untuk membeli cilok di sekolah.

Penghasilan yang ia dapat pun hanya sekitar Rp10 ribu, sehingga Harsono sempat enggan berjualan cilok dan memilih kembali jadi tukang becak selama dua bulan.

Namun, dorongan sang istri membuatnya kembali bersemangat menjual cilok hingga namanya mulai dikenal masyarakat setelah lima tahun berjualan.

Ia memberi nama “Cilok Edy” agar mudah diingat, meski tidak memiliki sangkut paut apapun dengan Harsono dan keluarga.

Seiring dengan meningkatnya permintaan cilok, Harsono mengajukan kredit ke bank senilai Rp15 juta untuk menambah lima rombong cilok.

Dari lima rombong, Cilok Edy berkembang menjadi sepuluh rombong, bahkan sempat membuka cabang di Probolinggo, Bondowoso, dan Lumajang – meski akhirnya tutup karena adanya kecurangan dari pegawai.

Harsono dan Siti Fatimah senantiasa memastikan bahwa rasa cilok produksinya tak pernah berubah, malah cita rasanya semakin ditingkatkan.

Rajin Investasi

Harsono dan istri membuat mereka berdua memilih untuk tidak hanya menabung uang hasil penjualan, namun juga berinvestasi.

Tiga unit apartemen yang dimiliki kemudian disewakan, sementara 13 rumah dikontrakkan dan dijadikan kos-kosan.

Dengan aset-aset tersebut, dirinya dapat melakukan usaha seraya memutar uang agar bisnisnya dapat mengelola bisnis agar tetap lancar.

Menurut Harsono dan sang istri, kunci dari memulai usaha adalah kesabaran dan ketelatenan untuk menghadapi proses.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer