22.4 C
Sukabumi
Jumat, Mei 3, 2024

Sport Bike Honda Dax 125 MY 2024 Memikat Pecinta Motor Retro, Harga?

sukabumiheadline.com l Motor sport berdimensi ringkas, Honda...

Yamaha Zuma 125 meluncur, intip harga dan penampakan detail motor matic trail

sukabumiheadline.com - Yamaha resmi memperkenalkan Zuma 125...

Thrust Defender 125, Motor Matic Maxi Bikin Yamaha XMAX Ketar-ketir, Cek Harganya

sukabumiheadline.com l Thrust Defender 125, diprediksi bakal...

Mantan Perdana Menteri Israel: Benjamin Netanyahu Stres Sadar Salah Langkah di Gaza

InternasionalMantan Perdana Menteri Israel: Benjamin Netanyahu Stres Sadar Salah Langkah di Gaza

sukabumiheadline.com l Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, dinilai telah “hancur secara emosional” karena kegagalannya mempertahankan keamanan nasional imbas serangan milisi Hamas Palestina pada 7 Oktober lalu. Hal itu diungkapkan mantan PM Israel, sebelumnya Ehud Olmert.

Olmert menganggap Netanyahu telah salah perhitungan menanggapi serangan Hamas dan soal ambisinya menguasai seluruh kontrol atas keamanan di Jalur Gaza, Palestina.

Olmert bahkan mengklaim Netanyahu sedang stress berat karena tekanan publik dan oposisi untuk mundur dari jabatan PM imbas kegagalan mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

“[Netanyahu] telah menciut. Dia hancur secara emosional, itu sudah pasti. Maksud saya, sesuatu yang buruk tengah terjadi padanya. Bibi [sapaan akrab Netanyahu] telah bekerja sepanjang hidupnya dengan mempercayai alasan palsu bahwa dia adalah Mr. Security. Dia Mr. Bullshit,” kata Olmert dalam wawancaranya dengan Politico.

“Setiap menit dia berperan sebagai perdana menteri, setiap menit pula dia membahayakan Israel. Saya serius. Saya yakin Amerika mengerti bahwa dia [Netanyahu] dalam kondisi yang buruk,” paparnya menambahkan.

Karenanya, Olmert mewanti-wanti Israel soal kesabaran sekutu negara Barat yang semakin menipis karena kegagalan Netanyahu dan para menterinya menguraikan rencana realistis bagi pemerintahan di Gaza jika tanpa Hamas.

“Ada banyak hal yang bisa kita lakukan, tapi kita tidak bisa melakukan semua yang kita inginkan,” kata Olmert.

Ia juga memperingatkan keputusan Netanyahu untuk menguasai Jalur Gaza pascaperang dengan Hamas ini seperti langkah mundur yang diambil Israel pada 2005. Saat itu, Israel melancarkan operasi penggusuran dan pelepasan permukiman di Jalur Gaza hingga memicu perang sipil di Palestina antara Hamas-Fatah.

Dua tahun setelahnya, Hamas menduduki Jalur Gaza dan mengklaim berkuasa atas wilayah Palestina itu.

“Bukan kepentingan Israel mengontrol keamanan Gaza. Adalah kepentingan kami untuk dapat mempertahankan diri dengan cara berbeda dibandingkan sebelum serangan (Hamas) 7 Oktober. Tapi untuk menguasai Gaza lagi? TIDAK,” ucap Olmert.

Tingkat dukungan publik terhadap Netanyahu memang mencapai titik terendah sejak Israel berperang lagi dengan Hamas.

Sebuah jajak pendapat pada pertengahan Oktober lalu menunjukkan mayoritas warga Israel percaya bahwa kegagalan mencegah serangan Hamas memperlihatkan “bencana kepemimpinan” di tangan Netanyahu.

Dua pertiga responden bahkan mendesak siapa pun untuk mengganti Netanyahu sebagai PM Israel. Sebanyak 44 persen responden juga menilai Netanyahu harus bertanggung jawab atas serangan dadakan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu yang menewaskan lebih dari 1.000 orang dan sekitar 200 orang disandera.

Sementara itu, korban tewas akibat agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina, selama satu bulan terakhir telah melebihi jumlah korban meninggal dunia dalam perang Rusia vs Ukraina yang berlangsung pecah 2022 lalu.

Per Senin (7/11/2023), Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan sebanyak 10.022 warga Palestina tewas imbas serangan Israel di Gaza, dengan 4.104 di antaranya merupakan anak-anak dan 2.641 lainnya perempuan.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer