sukabumiheadline.com – Kisah Nabi Muhammad SAW saat semua putra laki-lakinya meninggal dunia, yakni Qasim, Abdullah/Thahir, dan Ibrahim. Peristiwa meninggalnya semua putra Rasulullah SAW ini membuat hari-harinya penuh kesedihan mendalam.
Dikisahkan, Nabi menangis tersedu-sedu karena kehilangan tiga putranya, tetapi tetap bersabar dan menerima takdir Allah SWT.
Kisah sedih Rasulullah SAW atas meninggalnya semua putranya, adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi. Namun di sisi lain, menunjukkan begitu berartinya anak laki-laki bagi seorang ayah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain sebagai pengganti sang ayah yang akan bertanggung jawab terhadap adik-adiknya, kehadiran anak laki-laki dalam dunia patriarki diyakini mampu menjadi pelindung bagi keluarga.
Lantas, bagaimana dengan anak perempuan?
Dalam ajaran Islam, ternyata anak perempuan juga tidak kalah istimewa dalam pandangan Allah SWT.
Anak perempuan dalam Islam
Allah memberikan anak kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, atau kombinasi keduanya, sesuai dengan hikmah dan rencana-Nya yang sempurna.
Mengenai mengapa seseorang secara spesifik diberikan tiga anak perempuan semua, salah satu dalil yang relevan dari AlQuran terdapat dalam Surat Asy-Syura (42) ayat 49-50, yang menjelaskan bahwa pemberian keturunan adalah hak mutlak Allah dan merupakan bagian dari ketetapan-Nya:
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia mengaruniakan kedua jenis laki-laki dan perempuan, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Asy-Syura: 49-50).
Ayat ini menegaskan bahwa keputusan mengenai jenis kelamin dan jumlah anak sepenuhnya berada di tangan Allah SWT. Kehendak-Nya adalah yang utama, dan kita sebagai hamba dianjurkan untuk menerima ketetapan-Nya dengan penuh rasa syukur dan keyakinan bahwa ada kebaikan besar di balik setiap takdir.
Keutamaan Memiliki Anak Perempuan dalam Islam
Dalam ajaran Islam, membesarkan anak perempuan dengan baik justru memiliki keutamaan dan pahala yang sangat besar.
Beberapa hadits Nabi Muhammad SAW menyoroti hal ini:
Ujian dan Pelindung Neraka (Hadis):
“Siapa yang diuji dengan kehadiran anak perempuan, maka anak itu akan menjadi pelindung baginya di neraka.” (HR. Ahmad).
Jaminan Surga: Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mengurus dua anak perempuan hingga balig, maka ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan aku dan dia (seperti ini).” Beliau menggabungkan jari-jari tangannya.” (HR. Muslim).
Hadits lain menyebutkan jaminan surga bagi yang merawat tiga anak perempuan atau bahkan dua anak perempuan, atau satu anak perempuan, hingga mereka mandiri atau meninggal dunia.
Pahala Besar bagi Orang Tua: Memiliki dan mendidik anak perempuan dengan sabar dan penuh kasih sayang merupakan jalan menuju ganjaran yang besar dari Allah SWT, sebagaimana bunyi hadits:
“Siapa saja yang mengasuh dua anak perempuan, niscaya aku dan dia akan masuk surga seperti dua ini.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
“Siapa yang memiliki anak perempuan, dia tidak membunuhnya dengan dikubur hidup-hidup, tidak menghinanya, dan tidak lebih mengutamakan anak laki-laki, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Abu Daud).
Makna dan hikmahnya
Setidaknya terdapat tiga hikmah dari Allah SWT ketika memberikan seseorang dengan tiga anak perempuan, yakni:
1. Penghargaan atas Anak Perempuan: Islam mengangkat derajat anak perempuan dari status rendah di masa jahiliyah menjadi sumber rahmat dan pahala.
2. Ujian Keimanan: Memiliki anak perempuan semua bisa menjadi ujian kesabaran, keikhlasan, dan bentuk kasih sayang orang tua.
3. Pintu Surga: Mendidik dan memelihara anak perempuan dengan baik membuka jalan menuju surga dan kedekatan dengan Rasulullah SAW.
Jadi, memiliki anak perempuan semua adalah karunia besar yang diiringi dengan janji pahala dan keutamaan, tergantung bagaimana orang tua menyikapinya dengan keimanan dan pendidikan yang baik.
Singkatnya, pemberian tiga anak perempuan kepada seseorang Muslim adalah karunia spesifik dari Allah yang disertai potensi pahala yang luar biasa besar jika Anda mendidik mereka sesuai tuntunan agama. Hal ini bukan tanda kekurangan, melainkan anugerah yang penuh berkah.
Allah memberikan anak perempuan semua karena itu adalah kehendak-Nya dan ujian untuk menguji keikhlasan serta kesabaran orang tua, sekaligus sebagai jalan menuju surga jika dididik dengan baik, di mana mereka bisa menjadi pelindung dari api neraka dan mendapatkan pahala besar, seperti yang disebutkan dalam berbagai hadis.
Memuliakan anak perempuan juga sekaligus menegaskan bahwa Islam mengangkat derajat perempuan dari tradisi jahiliyah yang merendahkan mereka.
Untuk informasi, Nabi Muhammad SAW memiliki beberapa putra yang meninggal saat masih kecil, yaitu:
1. Al-Qasim: Putra pertama dari Khadijah, meninggal saat usia balita dan menjadi sebab Nabi dijuluki Abu al-Qasim (Bapak Al-Qasim).
2. Abdullah (juga disebut Thahir): Putra kedua dari Khadijah, juga wafat saat kecil.
3. Ibrahim: Putra dari Maria Al-Qibtiyah, wafat saat berusia sekitar 16-18 bulan, membawa kesedihan mendalam bagi Nabi.
Nabi menangis deras saat Ibrahim meninggal, menunjukkan kasih sayang luar biasa dan kesedihan sebagai seorang ayah, namun tidak meratap atau merengek berlebihan.
Kaum musyrik (seperti Ashi’ bin Wa’il) mengejek Nabi dengan mengatakan keturunannya terputus karena anak-anaknya meninggal, menganggap ini aib.
Allah SWT kemudian menurunkan Surah Al-Kautsar sebagai penghibur dan penegasan bahwa kebaikan (Al-Kautsar) adalah anugerah dari-Nya, dan justru para penghina itulah yang terputus (dari kebaikan).
Nabi mengajarkan umatnya bahwa mata boleh menangis dan hati boleh sedih, tetapi lisan harus tetap mengucapkan hal yang diridhai Allah, yaitu inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali).
Selain itu, wafatnya putra-putra Nabi menegaskan bahwa tidak akan ada nabi lagi setelah beliau, karena jika ada, salah satu putranya bisa menjadi pengganti, namun takdir Allah menetapkan beliau sebagai nabi penutup.
Kisah ini menunjukkan sisi kemanusiaan Nabi sebagai ayah yang mencintai anaknya, sekaligus keteguhan imannya dalam menerima setiap ketetapan Allah, bahkan dalam kesedihan yang paling dalam.









