21.5 C
Sukabumi
Kamis, Mei 9, 2024

Sumbangan terbesar dari asetnya di Sukabumi, harta Prajogo Pangestu tembus Rp1.013 T

sukabumiheadline.com - Kekayaan pemilik PT Barito Renewables...

Sport Bike Honda Dax 125 MY 2024 Memikat Pecinta Motor Retro, Harga?

sukabumiheadline.com l Motor sport berdimensi ringkas, Honda...

Tebing Palagan Bojongkokosan Sukabumi longsor timpa jalan

sukabumiheadline.com - Musibah longsor terjadi di kawasan...

Ngeri, Data Pemerintah Pusat: Anak Derita Stunting di Kabupaten Sukabumi 27,5%

LIPSUSNgeri, Data Pemerintah Pusat: Anak Derita Stunting di Kabupaten Sukabumi 27,5%

sukabumiheadline.com l Definisi stunting sejauh ini telah mengalami perubahan. Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.

Selanjutnya menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang/kronis yang terjadi dalam 1.000 HPK.

Apakah Balita Pendek Pasti Stunting?

Perlu diketahui bahwa tidak semua balita pendek itu stunting, sehingga perlu dibedakan oleh dokter anak, tetapi anak yang stunting pasti pendek.

Menurut dr. Desi Fajar Susanti, M.Sc, Sp.A (K)  dari RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, dampak masalah stunting antara lain adalah gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus), hambatan perkembangan kognitif dan motoric.

Kemudian, gangguan metabolik pada saat dewasa sehingga akan risiko penyakit tidak menular (diabetes, obesitas, stroke, penyakit jantung, dan lain sebagainya).

Penanganan Stunting Masuk PSN 2024

Masalah stunting sendiri masih menjadi momok bagi pemerintah pusat dan daerah. Hal itu karena menurut data WHO, stunting berpotensi menimbulkan kerugian setiap tahunnya sebesar 2-3% GDP.

Keseriusan pemerintah pusat sendiri bisa dilihat dari telah ditetapkannya sebanyak 44 proyek prioritas strategis/major project dalam rencana kerja pemerintah (RKP) pada 2024, di mana salah satunya adalah penanganan masalah stunting.

Berdasarkan Lampiran I Perpres No. 52/2023 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2024, disebutkan bahwa proyek prioritas strategis major project yang memiliki daya ungkit dalam mendukung percepatan pencapaian sasaran prioritas nasional pada 2023 akan tetap dilanjutkan dan dipertajam pada RKP 2024.

Dalam RKP 2024 poin Proyek untuk meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing, nomor 18 adalah terkait Percepatan Penurunan Kematian Ibu dan Stunting.

Data Stunting di Kabupaten Sukabumi

Sementara menurut data Rencana Kerja Pemerintah Daerah atau RKPD Kabupaten Sukabumi pada 2024, diketahui jumlah anak stunting mencapai 5,30% pada tahun 2022 lalu.

Ketimbang tahun 2018 yang sebesar 5,32%, 2019 sebesar 8,34% dan 6,91 persen pada 2020 serta pada 2021 sebesar 7,33 persen, maka data tahun 2022 yang sebesar 5,30% menunjukkan adanya penurunan signifikan.

Sedangkan menurut data dalam Buku Saku Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) terbitan Kementerian Kesehatan pada 2022, sebanyak 27,5% anak di Kabupaten Sukabumi menderita stunting.

Artinya, dari 100 bayi yang lahir sebanyak 27,5 orang di antaranya merupakan penderita stunting.

Kabupaten Sukabumi kedua dari kiri setelah Sumedang dalam chart data stunting Kementerian Kesehatan RI. l Istimewa

Angka tersebut menempatkan Sukabumi di posisi kedua dengan anak stunting terbanyak di Jawa Barat setelah Kabupaten Sumedang yang mencapai 27,6%. Sedangkan, Kota Bekasi merupakan wilayah di Tatar Pasundan dengan penderita stunting terendah, yakni 6%.

Angka penderita stunting di Kabupaten Sukabumi tersebut di atas, masih menurut data yang sama, berada di atas rata-rata anak penderita stunting di Jawa Barat yang sebesar 20,2%.

Penyebab Stunting

Untuk diketahui, beberapa faktor yang mendasari terjadinya stunting, antara lain yaitu asupan kalori yang tidak adekuat dan faktor sosio-ekonomi (kemiskinan).

Kemudian, faktor pendidikan dan pengetahuan yang rendah mengenai praktik pemberian makan untuk bayi dan batita (kecukupan ASI), dan peranan protein hewani dalam MPASI.

Selanjutnya, terjadinya penelantaran terhadap anak, pengaruh budaya, ketersediaan bahan makanan setempat, kebutuhan yang meningkat, penyakit jantung bawaan, alergi susu sapi, dan berat badan bagi saat lahir sangat rendah serta terjadinya kelainan metabolisme bawaan.

Selain itu, infeksi kronik yang disebabkan kebersihan personal dan lingkungan yang buruk (diare kronis) dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi (Tuberculosis/TBC, difteri, pertussis, dan campak).

Apakah Stunting Bisa Dicegah?

Tentu stunting dapat dicegah. Berikut beberapa tips mencegah stunting:

  1. Saat Remaja Putri melaksanakan skrining anemia dan konsumsi tablet tambah darah.
  2. Saat Masa Kehamilan disarankan untuk rutin memeriksakan kondisi kehamilan ke dokter. Perlu juga memenuhi asupan nutrisi yang baik selama kehamilan. Dengan makanan sehat dan juga asupan mineral seperti zat besi, asam folat, dan yodium harus tercukupi.
  3. Sesaat setelah bayi lahir, segera lakukan IMD agar berhasil menjalankan ASI Eksklusif. Setelah itu, lakukan pemeriksaan ke dokter atau ke Posyandu dan Puskesmas secara berkala untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
  4. Perhatikan jadwal imunisasi rutin yang diterapkan oleh Pemerintah agar anak terlindungi dari berbagai macam penyakit.
  5. Berikan ASI eksklusif sampai anak berusia 6 (enam) bulan dan diteruskan dengan MPASI yang sehat dan bergizi.
  6. Pemantauan tumbuh kembang àtau weight faltering.
  7. Terapkan gaya hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan sebelum makan, memastikan air yang diminum merupakan air bersih, buang air besar di jamban, sanitasi sehat, dan lain sebagainya.

Lantas, bagaimana alurnya jika menemukan kasus masalah gizi supaya dapat mencegah stunting?

  1. Surveilans gizi dan penemuan dan penangan kasus (Posyandu à Puskesmas).
  2. Pelayanan sekunder atau tersier, memiliki Sp.A atau Sp.AK (gizi, tumbuh kembang). Memiliki sarana dan prasarana: klinik khusus tumbuh kembang.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer