28.3 C
Sukabumi
Sabtu, Mei 4, 2024

Honda AMAX 160, skutik futuristik performa unggul jadi penantang Yamaha Aerox

sukabumiheadline.com - Honda kembali menggebrak pasar skutik...

Ternyata Ini Penyebab Ledakan Tabung CNG di Cibadak Sukabumi, Kepsek SD Korban Tewas

sukabumiheadline.com l Peristiwa pilu meledaknya tabung gas...

Pabrik Garmen Manito World Cicurug Sukabumi Bangkrut, Ribuan Pekerja di-PHK

LIPSUSPabrik Garmen Manito World Cicurug Sukabumi Bangkrut, Ribuan Pekerja di-PHK

sukabumiheadline.com l Gelombang pemutusan hubungan kerja atau PHK buruh pabrik di Sukabumi, Jawa Barat terus berlanjut. Terbaru, ribuan buruh sebuah pabrik garmen mengalami nasib serupa. Baca lengkap: Belasan Pabrik di Sukabumi Bangkrut dan Relokasi ke Jawa Tengah, Ini Biang Keroknya

Kali ini, PT Manito World, salah satu pabrik garmen di Sukabumi menutup pabriknya imbas krisis global. Alhasil, ribuan buruhnya harus menelan pil pahit karena terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Baca lengkap: Ngeri, Sebab Krisis Ekonomi Global 24 Ribu Buruh di Sukabumi Dirumahkan

Menurut APINDO Kabupaten Sukabumi, pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Siliwangi, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat itu gulung tikar sebab tak kuat menahan gempuran krisis ekonomi global.

Baca Juga: Buruh Sukabumi, Kiamat Pabrik Garmen di Depan Mata Ini Biang Keroknya

Wakil Ketua I Sektor Industri Padat Karya DPK APINDO Kabupaten Sukabumi David FC Dharmadjaja menyebut dampak krisis ekonomi global masih terasa dan meluas, sehingga berdampak kepada industri padat karya yang melakukan ekspor ke sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat.

“Memang ada perusahaan inisial MW di wilayah Cicurug baru tutup. Karyawannya sebelum COVID-19 itu ada sekitar 2.800 orang, itu full ekspor padat karya tapi sekarang sudah tutup,” kata David, Senin (9/10/2023).

“Bukan hanya itu, industri sepatu saja sudah mengurangi karyawannya karena permintaan kurang akibat krisis ekonomi global,” imbuhnya.

Menurutnya, kabar mengenai dampak krisis global harus disampaikan secara terbuka karena keberpihakan pemerintah dinilainya tidak maksimal.

“Keberpihakan pemerintah terhadap industri padat karya masih belum maksimal, atau bisa dibilang tidak ada,” tegas dia.

David menambahkan, dampak terbesar dari krisis ekonomi global yang dirasakan perusahaan-perusahan padat karya, yaitu menurunnya pesanan. Kondisi ini, membuat dunia industri di wilayah Sukabumi kesulitan untuk bertahan.

“Kalau ini tidak dicarikan solusi, lama kelamaan maka akan banyak perusahaan yang tutup. Makanya, kebijakan perihal pengupahan tahun 2024 dan seterusnya juga harus mampu menyelamatkan keberlangsungan sektor industri padat karya yang mampu banyak menyerap tenaga kerja,” sambungnya.

Menurut David, data sementara di DPK APINDO Kabupaten Sukabumi, semenjak krisis ekonomi global hingga saat ini, sudah ada sekitar 24.000 karyawan yang telah dirumahkan di Kabupaten Sukabumi.

Berita Terkait: Industri Garmen Sukabumi Terancam Bangkrut Imbas Predatory Pricing Social Commerce

“Kalau sebelumnya, itu paling ada sekitar 19.000 ribu karyawan. Sekarang itu perkiraan kami sudah ada 24.000 karyawan,” kata dia.

Adapun puluhan ribu karyawan yang dirumahkan ini, merupakan data sementara dan pihaknya akan melakukan survei ke lapangan pada Oktober 2023 mendatang.

APINDO sendiri, kata David, saat ini sedang menyurvei kapasitas produksi sebelum COVID-19, ketika normal pada 2019 dengan perbandingan kondisi saat ini, seperti apa.

“Jadi, sebelum Covid berapa dan sekarang berapa,” pungkas dia.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer