Profil AP Hasanuddin, Peneliti BRIN yang Viral Ancam Bunuh Warga Muhammadiyah

- Redaksi

Selasa, 25 April 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

AP Hasanuddin. l Istimewa

AP Hasanuddin. l Istimewa

sukabumiheadline.com l Viral di media sosial (medsos) seorang peneliti astronomi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang (AP) Hasanuddin usai komentarnya di Facebook yang bernada ancaman terhadap warga Muhammadiyah.

Diketahui, via laman Facebook, Andi mengomentari unggahan rekan sejawat peneliti BRIN Thomas Djamaluddin soal penetapan Lebaran 2023 oleh Muhammadiyah.

Sebelumnya, Muhammadiyah jauh-jauh hari menetapkan lebaran 2023 pada 21 April lewat metode hisab atau wujudul hilal. Sementara, Pemerintah baru menetapkan Idul Fitri 2023 lewat sidang isbat, Kamis (20/4), via pemantauan hilal atau imkan rukyat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda kalender Islam global dari Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian,” tulis akun Facebook AP Hasanuddin.

Sontak saja komentarnya tersebut menuai reaksi keras dari warga Muhammadiyah. BRIN pun bakal memanggilnya ke Majelis Etik. Andi pun meminta maaf kepada warga Muhammadiyah.

Menurut Andi, Thomas Djamaluddin yang merupakan mantan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), sudah merumuskan kriteria hilal yang mulai disederhanakan memakai selisih ketinggian Bulan (hilal) 4 derajat dan elongasi (jarak Bulan-Matahari) minimal 6,4 derajat.

Baca Juga :  Muhammadiyah Ajak Masyarakat Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Hal ini pun disepakati Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS), dengan penyesuaian.

Karenanya, menurut dia, penentuan hari besar tidak perlu dibuat jadi polemik. Saat Indonesia sudah kompak dengan kriteria yang sama, metode ini bisa digunakan hingga ke tingkat global.

Profil AP Hasanuddin 

Dilansir laman resmi BRIN, AP Hasanuddin merupakan civitas BRIN dengan jabatan Peneliti Ahli Pratama. Dia lulusan S1 Teknik Elektro dan tergabung dalam satuan kerja Pusat Riset Antariksa.

Untuk informasi, pada 2018 ia pernah bekerja di LAPAN yang kini dilebur ke BRIN.

Sejak kecil Andi mengaku seorang ‘pemuja langit’. Sejak kecil dia suka memperhatikan langit senja, fajar, dan menikmati gerhana dengan teropong bintang.

“Saat kecil ada salah satu acara di TVRI Build Night The Science Guy, saat itu membahas fisika dan astronomi. Ada juga acara Pesona Fisika yang menjelaskan juga soal antariksa,” ujar Andi dilansir CNNIndonesia.com pertengahan tahun lalu.

Ketertarikannya itu semakin mengerucut saat ia duduk di bangku SMA. Dalam Olimpiade Sains dan Astronomi Tingkat SMA se-Jawa Tengah, Andi mewakili SMA 1 Semarang dan berhasil masuk 10 besar kompetisi tersebut.

Baca Juga :  5 ormas keagamaan tolak izin tambang dari Jokowi, 1 Islam dan 4 Kristen

Namun, saat kuliah Andi justru mengambil S1 Teknik Elektro di Universitas Diponegoro pada 2009. Meski tidak ‘nyambung’, tapi minatnya terhadap astronomi tidak surut.

Menjadi Astronom Amatir

Untuk tetap menghidupkan minatnya terhadap astronomi, Andi bergabung dengan komunitas astronomi. Berkat rasa ingin tahu, ketekunan belajar dan suntikan pengetahuan dari pembimbing, dia mampu menciptakan platform perhitungan arah kiblat, waktu salat, gerhana dan hisab awal bulan Hijriyah.

Pada 2014, ia pun mulai dikenal di kalangan astronom amatir di Semarang, dibina langsung oleh Widya Sawitar, seorang penceramah senior di Planetarium Jakarta. Pentolan astronom di Indonesia ini juga dijuluki ‘bapak’ komunitas astronomi amatir.

Selepas kuliah, Andi sempat mengajar di beberapa tempat bimbingan belajar (bimbel). Lagi-lagi, ia tetap berjodoh dengan astronomi sebab ada astrofisika sebagai bagian dari kurikulum internasional.

Sejak Orde Baru tumbang, ada perbedaan awal bulan Hijriyah antara Muhammadiyah dan pemerintah. Diketahui, pada masa Orde Baru, jabatan menteri agama banyak dipegang oleh kader Muhammadiyah, seperti Abdul Mukti Ali, Munawir Sjadjali, dan Tarmidzi Taher.

Sejak reformasi, jabatan Menteri Agama diisi kader Nahdlatul Ulama (NU) yang menganut kriteria penentuan awal bulan Hijriyah sama dengan pemerintah.

Berita Terkait

Wacana Kota/Kabupaten Sukabumi gabung Provinsi Sunda Pakuan: Hoaks
Selusin wanita terlibat prostitusi online, siap dikirim ke Sukabumi
Kemendagri beri peluang Jawa Barat dipecah 5 provinsi, ini daftarnya
Isyarat dari Gubernur Jawa Barat, lupakan Kabupaten Sukabumi Utara
Respons PP soal larangan seragam ormas mirip TNI-Polri: Mana ada tentara oranye
Wagub Erwan jengkel Sekda Jabar tak pernah ngantor, minta DPRD turun tangan
Singgung Sukabumi, alasan KDM cuek bencana di Purwakarta: Bupatina geus alus
Warga Pajampangan dimanja KDM, ini program 2026 di selatan Sukabumi

Berita Terkait

Minggu, 29 Juni 2025 - 15:44 WIB

Wacana Kota/Kabupaten Sukabumi gabung Provinsi Sunda Pakuan: Hoaks

Kamis, 26 Juni 2025 - 08:00 WIB

Selusin wanita terlibat prostitusi online, siap dikirim ke Sukabumi

Kamis, 26 Juni 2025 - 04:54 WIB

Kemendagri beri peluang Jawa Barat dipecah 5 provinsi, ini daftarnya

Rabu, 25 Juni 2025 - 11:29 WIB

Isyarat dari Gubernur Jawa Barat, lupakan Kabupaten Sukabumi Utara

Jumat, 20 Juni 2025 - 19:29 WIB

Respons PP soal larangan seragam ormas mirip TNI-Polri: Mana ada tentara oranye

Berita Terbaru

Identitas wisatawan Bogor tewas di Pantai Sunset Sukabumi - SAR

Peristiwa

Identitas wisatawan Bogor tewas di Pantai Sunset Sukabumi

Senin, 30 Jun 2025 - 04:36 WIB