sukabumiheadline.com – Namanya tidak sepopuler artis-artis atau pesohor asal Sukabumi, Jawa Barat, yang kerap wara-wiri di panggung hiburan Tanah Air hingga timeline berbagai platform media sosial (medsos).
Namanya pun tidak sepopuler Sani Rizky Fauzi pemain sepak bola Bhayangkara Presisi FC, atau Eriyanto, pesepakbola asal Nagrak, Kabupaten Sukabumi, yang gagal bersinar.
Bahkan, sosok Luki Abdullah, kalah populer dibandingkan dengan konten kreator yang terkenal kerna aksi joget-jogetnya di depan kamera smartphone, Gunawan Sadbor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Padahal, pemilik nama lengkap Prof. Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr., ini memiliki kiprah membanggakan di bidang pendidikan, khususnya perguruan tinggi.
Siapa sebenarnya Luki Abdullah? sukabumiheadline.com merangkumnya dari berbagai sumber untuk Anda.
Berita Terkait: 5 profesor asal Sukabumi, dari pakar perbankan syariah hingga wanita lulusan Harvard
Profesor lulusan Jerman asal Sukabumi
Karier Luki Abdullah di dunia pendidikan berawal sejak menjadi dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB) University. Bahkan, pria kelahiran Sukabumi, 7 Januari 1967 ini merupakan salah satu dosen berprestasi di zamannya.
Luki menamatkan pendidikan SMA pada 1986. Ia kemudian menamatkan S1 di Fakultas Peternakan IPB. Luki berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya tiga tahun delapan bulan di Fakultas Peternakan IPB pada tahun 1990 di bidang Nutrisi Ternak.
Selanjutnya, Luki Abdullah menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 di University of Gottingen, Jerman. Luki melanjutkan studi di Gottingen dengan berbekal beasiswa dan memperoleh gelar Master of Science pada tahun 1995. Sedangan, gelar Doctor of Philosophy (PhD) diperoleh dari universitas yang sama pada tahun 2002 dibidang Nutrisi Tanaman.
Baca Juga: Rahardi Ramelan, Pakar Struktur Pesawat Terbang asal Sukabumi, dari MBB Jerman Jadi Menteri
Dekan dan Guru Besar IPB
Prof. Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr., adalah Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) IPB yang menjabat selama dua periode berturut-turut yakni periode 2007-2011 dan 2011-2015.
Pri yang biasa dipanggil Prof. Luki itu, dikenal sangat berupaya memajukan pendidikan di bidang ilmu peternakan terutama bidang Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan.
Tidak sedikit hasil risetnya di bidang nutrisi ternak, ilmu tanaman pakan, dan nutrisi tanaman peternakan yang masuk dalam Inovasi Indonesia Paling Prospektif versi Bussiness Innovation Center didukung Kementerian Riset dan Teknologi RI hingga dipublikasikan di berbagai media massa.
Hasil risetnya cukup populer dan banyak dipublikasikan di media massa, terutama terkait pekan indigofera. Dengan keahlian tersebut, Prof. Luki memiliki peran penting bagi kemajuan bidang pakan ternak di Indonesia.
Berita Terkait: Profil dan Biodata Syafii Antonio, Pakar Perbankan Syariah Indonesia asal Sukabumi
Selain sebagai dekan, Prof. Luki juga dipercaya sebagai Sekretaris Jenderal Forum Pimpinan Pendidikan Tinggi Peternakan Indonesia (FPPTPI) periode 2011 – 2014.
Dalam bidang keprofesian, Prof. Luki adalah salah seorang pendiri dan pernah menjadi Ketua Umum Himpunan Ilmuwan Tumbuhan Pakan Indonesia (HITPI) yang didirikan tahun 2011 di Bali.
Banyak program nasional yang turut digagasnya, antara lain Program Sarjana Membangun Desa dan Pengembangan Kawasan Peternakan di beberapa daerah diantaranya di Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Fakfak, Kabupaten Tambrau, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Bombana dan banyak daerah lainnya di Indonesia.
Prof. Luki dikenal mahasiswa sebagai dosen yang supel dan bersahabat. Mahasiswa tidak segan-segan berkonsultasi terkait perkuliahan dengannya.
Berkaitan dengan peningkatan mutu akademik di Fakultas Petrenakan, Prof. Luki sangat mendorong agar program studi di lingkungan Fakultas Peternakan terakreditasi di tingkat nasional dan internasional.
Prof. Luki sangat menaruh perhatian terhadap peningkatan fasilitas pendidikan yang dipercayainya sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan. Dalam kepemimpinannya di Fapet IPB, Prof. Luki berjuang menjadikan laboratorium lapangan sebagai sarana pendidikan dan penelitian andalan.
Caranya dengan membentuk manajemen terpadu laboratorium lapangan Fapet IPB, mendorong kewirausahaan dosen dan mahasiswa untuk produksi ternak di laboratorium lapang.
Baca Juga: Mini biografi Heri Hermansyah: Peneliti BRIN dan Dekan FT UI asal Sukabumi lulusan Tohoku University
Dengan tekadnya itu, banyak divisi berubah menjadi Satuan Usaha Akademik. Dengan perubahan ini membantu divisi memaksimalkan potensinya dalam meningkatkan kualitas lulusan.
Menurut Prof. Luki harus ada kecukupan rasio antara jumlah ternak dengan mahasiswa untuk kebutuhan praktikum, karena kuliah di Fakultas Peternakan membutuhkan modal besar, misalnya untuk melihat organ sapi.
Prof. Luki aktif mengajar mata kuliah diantaranya: Kebijakan Penyediaan Hijauan Pakan (S1), Sistem Produksi Tanaman Pakan (S2), Teknik Riset (S2), Dinamika Nutrien pada Sistem Pastura (S3), dan Bioteknologi Tanaman Pakan (S3).
Di bawah pembinaan Prof. Luki, Fakultas Peternakan IPB terus melakukan lompatan-lompatan peningkatan mutu akademik. Seperti pada pertengahan Maret 2014, Departemen Ilmu Nutrisidan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB mendapat visitasi dari Asia Tenggara (AUN-QA) dalam rangka proses akreditasi internasional.
Baca Juga: Prof. Mayling Oey-Gardiner, Ph.D, Kiprah Wanita Sukabumi di Dunia Pendidikan dan Penelitian
Prof. Luki berharap dengan diraihnya akreditasi internasional nantinya maka kualitas pendidikan dan manajemen pendidikan di Fakultas Peternakan bisa diakui dan dsejajarkan dengan perguruan tinggi ternama di Asia Tenggara bahkan di dunia.
“Prof Luki memiliki sepak terjang yang tinggi di dunia research, semoga mahasiswa dapat mengambil manfaat sebanyak-banyaknya,” puji koleganya yang juga dosen senior jurusan peternakan, Dr. Ir. Erwanto, M.S.
Mengembalikan peternak ke khittah-nya
Prof. Luki juga dikenal dengan pemikirannya, yakni bahwa peternak dalam negeri harus bisa kembali ke khittahnya untuk memberikan pakan kepada ternaknya sesuai asalnya, yaitu rumput.
“Kita harus kembali ke kodrat awal bahwa ternak itu makan rumput, bukan limbah agroindustri”, ungkapnya.
Lebih lanjut Luki, menjelaskan bahwa konsistensi untuk membangun kultur pertanian yang baik harus di terapkan.
“Konsistensi untuk membangun kultur/budaya yang baik sangat penting, belajar menerapkan etos kerja agar tidak mudah menyerah,” kata dia.