sukabumiheadline.com – Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dikenal memiliki banyak destinasi wisata yang menarik untuk di kunjungi. Karenanya, tidak mengherankan jika setiap weekend, long weekend, terlebih lagi jika musim libur panjang seperti cuti bersama hari raya dan libur sekolah, Natal dan Tahun Baru banyak wisatawan berkunjung.
Mengutip data Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, total jumlah wisatawan yang berkunjung pada 2024 sebanyak 6.786 wisatawan mancanegara, dan 1.213.597 wisatawan domestik atau lokal.
Namun sayangnya, tidak semua wisatawan membawa pulang kesan baik usai berwisata ke Sukabumi. Banyak di antaranya mengeluhkan kondisi sektor kepariwisataan Sukabumi di media sosial dan kemudian viral. Dari mulai infrastruktur jalan, toilet tak terawat, pungutan liar, hingga getok harga makanan dan minuman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, kesan negatif berwisata ke Sukabumi yang umum dikeluhkan wisatawan meliputi pengelolaan objek wisata, dan faktor keamanan, terutama karena Sukabumi merupakan daerah rawan bencana alam.
Berikut adalah 5 kesan negatif yang umum dikeluhkan wisatawan dari luar daerah setelah berkunjung ke destinasi wisata di Sukabumi, dirangkum sukabumiheadline.com, Rabu (26/11/2025).
1. Fasilitas minim dan tak terawat

Beberapa objek wisata dinilai memiliki fasilitas yang kurang memadai, seperti toilet minim perawatan, atau bahkan rusak, seperti landmark patung penyu yang rusak dan kebersihan yang kurang terjaga, terutama masalah pengelolaan sampah di kawasan pantai.
Kondisi tersebut pernah diprotes Paguyuban Jampang Tandang Makalangan atau JTM yang menilai Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi tidak layak memungut retribusi dari pengunjung selama infrastruktur jalan menuju lokasi dan sejumlah fasilitas masih dibiarkan rusak.
Berita Terkait: Jalan rusak dan fasilitas kumuh, ormas JTM bubarkan Pos Retribusi Pantai Minajaya Sukabumi
“Selama infrastruktur jalan menuju kawasan wisata Pantai Minajaya masih rusak dan fasilitas-fasilitas yang ada juga rusak, pengunjung tidak perlu membayar retribusi,” kata Panglima JTM, Yudi Pratama
2. Akses kalan yang kurang baik

Akses menuju beberapa destinasi wisata, terutama di daerah selatan seperti Geopark Ciletuh, terkadang terkendala oleh kondisi jalan yang kecil atau kurang terawat, menyulitkan pergerakan kendaraan besar atau saat berpapasan. Terutama ketika memasuki kawasan pantai yang terletak di lokasi yang cukup jauh dari jalan utama.
Berita Terkait: Tak Jadi ke Sukabumi karena Jalan Rusak, Baim Wong Undang Pasangan Viral ke Jakarta
Sukabumi merupakan daerah yang rawan bencana alam, seperti longsor atau banjir. Peristiwa bencana ini dapat menyebabkan penutupan objek wisata atau penurunan kunjungan wisatawan karena kekhawatiran akan keselamatan, terutama di wilayah pesisir.
3. Ketidaknyamanan lingkungan

Beberapa wisatawan mengeluhkan lingkungan yang berisik oleh oknum tertentu, atau kondisi pantai yang terkesan kumuh pada waktu-waktu tertentu. Kemudian, getok harga oleh para penjual makanan dan minuman pun turut memperburuk citra kepariwisataan Sukabumi. Baca selengkapnya: Digetok Pungli, Pria Ini Mengaku Kapok Piknik ke Tempat Wisata di Sukabumi
4. Sumber daya manusia (SDM) sektor pariwisata

Kualitas SDM di bidang pariwisata, termasuk pelayanan dari beberapa oknum di lapangan, dinilai masih perlu ditingkatkan agar dapat memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pengunjung.
Berita Terkait: Menghitung jumlah wisatawan, kamar, tempat tidur dan naker hotel di Sukabumi dalam satu tahun
5. Paekir dan ungutan liar

Salah satu keluhan yang sering muncul adalah adanya pungutan liar atau biaya tambahan yang tidak wajar di lokasi wisata tertentu, yang membuat wisatawan merasa terbebani. Di beberapa tempat, tiket masuk utama hanya untuk akses, sementara spot foto atau fasilitas lain memerlukan pembayaran terpisah.
Kondisi tersebut dilengkapi dengan banyaknya parkir liar yang membebani pengunjung.
Berita Terkait: Getok Parkir Rp100 Ribu, 6 Terduga Pelaku Pungli di Tempat Wisata Sukabumi Ditangkap
Salah seorang pengusaha travel berinisial AR mengaku kapok membawa wisatawan ke tempat wisata di Kabupaten Sukabumi. Hal itu diakuinya karena adanya praktik pungutan liar (pungli) yang dia alami.
Kejadian pungli, diakuinya, ketika ia membawa wisatawan ke sejumlah tempat wisata di Sukabumi. Dia kemudian mengunggah video terkait pengalamannya. Video yang diunggah akun @hic_travel itu kemudian menjadi viral.
AR juga mengatakan, sebenarnya ada empat agenda perjalanan dalam waktu dekat ini ke lokasi wisata lainnya di Sukabumi. Namun, rentetan kejadian yang dialaminya, membuat AR memilih membatalkan jadwal lanjutan dan mengajak wisatawan ke tempat wisata lain, tepatnya Pantai Sawarna, Banten, via Palabuhanratu.
“Tim travel soal pungli jadi bahasan di grup ya, kita sangat tidak merekomendasikan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi pada akhirnya,” kata AR.
Keluhan-keluhan di atas menunjukkan bahwa meskipun Sukabumi memiliki keindahan alam yang menarik untuk dikunjungi, namun perbaikan aspek pengelolaan kepariwisataan dan infrastruktur pendukungnya sangat diperlukan untuk meningkatkan kepuasan wisatawan.









