sukabumiheadline.com l Kisah sukses PT Hero Supermarket tidak terlepas dari kehidupan seorang “hero”-nya yang sangat inspiratif. Ia adalah almarhum Muhammad Saleh Kurnia atau populer di dipanggil MS. Kurnia, yang lahir di Sukabumi, pada 11 Desember 1934.
Mengutip dar laman hero.co.id, meskipun lahir di Sukabumi, namun MS. Kurnia menjelang remaja dibesarkan di masa yang sulit di Jakarta.
Bahkan saking sulitnya, Kurnia kecil tidak mempunyai waktu untuk menikmati masa kecil seperti teman sebayanya yang lain. Hal itu karena ia harus membantu keluarganya keluar dari kesulitan ekonomi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dari penelusuran, orang tua Kurnia merupakan pengusaha toko kelontong, berjualan barang pecah belah, dan pakaian jadi. “Semacam grocery store,” katanya.
Namun nasib malang kemudian menghampiri keluarganya, ketika pria bernama Tionghoa, Wu Lai Tjang, itu berusia sembilan tahun, toko orangtuanya di Sukabumi dibakar habis oleh tentara pendudukan Jepang.
Kemudian beberapa tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, mereka sekeluarga pindah ke Jakarta. Disana mereka mulai merintis bisnis dari awal lagi, yaitu berjualan makanan dan minuman di sebuah toko kecil di Gang Lebar, Pintu Besar.
Sejak itu, Kurnia bekerja membantu orang tuanya seraya belajar berdagang.
Kurnia kecil tidak mau membuang-buang waktu, sepulang sekolah tanpa waktu untuk bermain dengan teman-temannya, ia langsung bekerja untuk mengumpulkan uang dengan menjual makanan.
“Kegigihannya menghasilkan dukungan dari orang tua dan saudaranya,” tulis laman resminya dikutip sukabumiheadline.com, Rabu (27/12/2023).
Hingga pada 1954, Kurnia dengan kakaknya laki-lakinya, Wu Guo Chang, mencoba untuk melakukan bisnis dengan serius dengan mendirikan CV (Commanditaire Vennootschap) perusahaan dengan nama CV. Hero.
Namun, pada 1959 Wu Guo Chang mengundurkan diri dari CV. Hero tanpa alasan yang disebutkan.
Tetapi hal itu tidak membuat Kurnia namun putus asa. Ia tetap optimis dengan prospek ritel bisnis Hero dalam makanan dan minuman impor.
“Kunci dari kesuksesan adalah pertama, kita harus mengambil kesempatan pada waktu yang tepat walaupun kesempatan itu datang dari mana saja. Kedua, itu tergantung pada apakah Anda mempunyai visi dan bisa bertumbuh di atas yang lain”, kata Kurnia secara jelas tentang prinsipnya.
Ini adalah bakat Kurnia. Dia bisa melihat sisi positif dari sebuah kesempatan yang tidak bisa dilihat oleh kebanyakan orang.
Tidak lama kemudian, tahun 70-an datang dan membawa harapan. Saat kondisi ekonomi membaik, Kurnia melihat kesempatan terbuka lebar.
“Lihatlah orang-orang asing itu, mereka pergi ke Singapura 3 atau 4 kali hanya untuk berbelanja makanan barat dan minuman. Ini adalah kesempatan, kita bisa mengimpor makanan dan minuman yang mereka butuhkan dan kita bisa menjualnya lagi di Jakarta” kata Kurnia dengan penuh semangat.
Dengan nasehat dari temannya yang berasal dari Kanada, Charles Turton, Kurnia dan Nurhajati pergi ke Singapura untuk melakukan survey tentang supermarket.
Satu per satu, mereka mengunjungi beberapa supermarket modern disana, dan mereka membuat persiapan dengan hati-hati. Kurnia lalu siap untuk membuka supermarket modern.
Dia sangat percaya diri dan yakin dengan prospek bisnisnya. Untuk pertama kali pada 23 Agustus 1971, Hero Mini Supermarket dibuka di Jl. Falatehan No. 23, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, di tengah perumahan mewah, dengan total pegawai hanya 16 orang.
Upacara pembukaannya sangat sederhana, hanya keluarga dekat yang diundang.
Di awal bisnis supermarketnya, Kurnia mengalami banyak kesulitan. Dia menyadari bahwa waktu kerjanya kurang menguntungkan. Ditambah kurangnya pengalaman, banyak makanan yang terbuang karena tidak terjual.
Kurnia akhirnya berinovasi, memulainya dengan membangun gudang spesial untuk makanan segar untuk mengatur waktu kerja para pegawainya.
Pada tahun 70-an, kebanyakan supermarket tutup pada hari Ahad dan liburan. Kurnia melihat situasi ini sebagai kesempatan. Pada hari-hari tersebut, dia membuka Hero dan mendapat respons yang besar dari pelanggannya.
Melihat kesuksesan Hero, toko lainnya dan supermarket lalu mengikuti strateginya. Ini membuat Hero sebagai pelopor dalam mempunyai jam belanja alternatif di Indonesia.
Pasang dan surut, untung dan rugi, surplus dan minus, Kurnia harus melewati ini semua dalam menjalani ritel bisnisnya.
Bersama dengan Nurhajati, dia melakukan apa pun untuk mencapai kesuksesan untuk Hero.
Semua harus ada percobaan pertama. Tanpa itu, akan sangat sulit untuk mengetahui apakah ini akan bekerja atau tidak, dan itu tidak mengambil waktu yang lama untuk prinsipnya dibuktikan.
Kesuksesan Hero Faletehan menciptakan kesempatan yang lebih banyak untuk Kurnia dan membuatnya lebih mudah untuk mencapai target yang dia inginkan.
Kesuksesan Hero pertama dikarenakan waktu yang tepat, ekonomi yang kondusif, dan juga dukungan dari partner perusahaan.
Lebih dari itu, Hero bertahan dan melanjutkan berkembang dengan hampir tidak ada pesaing. Kebanyakan, hanya ada para pengikut. Selama Hero berkembang, supermarket lainnya muncul dan mengikuti gaya Hero.
Tidak mengejutkan, Hero Supermarket berkembang seperti bambu di musim semi. Hero berkembang menjadi perusahaan ritel terbesar di Indonesia.
Satu per satu, Hero Supermarket dibuka di tahun 70-an. “Membuka satu Supermarket setiap tahun”, kata Kurnia saat dia mengatur target penjualan.
Sampai 1980, pernyataan Kurnia dibuktikan dengan terbentuknya 9 cabang Hero Supermarket di Jakarta. Ini adalah pencapaian yang luar biasa pada saat itu.
Muhammad Saleh Kurnia wafat pada 10 Mei 1992.