sukabumiheadline.com l Rektor Universitas Katolik Soegijapranata (Unika) Kota Semarang, Ferdinandus Hindarto, mengaku diintimidasi oknum polisi agar membuat video testimoni untuk mengapresiasi kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Namun, Fernandus Hindarto mengaku menolak mentah-mentah permintaan tersebut.
“Kami memilih sikap sebagai Universitas Katolik harus menyuarakan kebenaran,” kata Ferdinandus, dilansir dari kompas.com, Rahu (7/2/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut pengakuan Fernandus, apabila di Indonesia ada sesuatu yang tidak beres, Kampus Unika harus berbicara jujur.
“Ketika ada sesuatu yang tidak beres, kami harus berbicara jujur. Kalau sesuatu yang baik, kami jujur untuk mengapresiasi,” kata dia.
Namun terkait Pemilu 2024, ia menegaskan bahwa posisi Unika netral dan tidak memihak salah satu pasangan calo.
“Kami netral, lalu harusnya demokrasi tanda petik tidak melibatkan kekuasaan. Jadi, itu saja yang kami resahkan dan suarakan,” papar dia.
Keresahan itu dimulai sejak keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal batas umur calon presiden dan wakil presiden disahkan.
“Kemudian, Presiden mengatakan boleh memihak dan kampanye. Enggak bisa dong, orang ASN di tingkat lurah saja enggak boleh kok. Lurah mengampanyekan istrinya saja ditangkap,” imbuh dia.
Dia menambahkan, pada Sabtu, 3 Februari 2024, sebanyak 26 universitas Katolik telah mengadakan pertemuan di Surabaya, Jawa Timur (Jatim).
“Hasilnya apa? Panduan kami universitas Katolik harus menyuarakan kebenaran. Jadi, bukan mendukung salah satu pasangan calon,” imbuh dia.
Dihubungi polisi Sebelumnya, Rektor Unika mengaku diminta polisi untuk membuat testimoni video mengapresiasi kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Nomor satu diminta mengapresiasi kinerja Pak Jokowi. Kedua bahwa pemilu ini mencari penerus Pak Jokowi. Yang ketiga lupa,” kata dia.
Dia menuturkan, pemilik nomor yang mengaku dari polisi tersebut mulai menghubunginya pada Jumat, 2 Febuari 2024.
“WA (WhatsApp) dari anggota Polrestabes Semarang atas instruksi Polda Jateng menghubungi Jumat,” kata dia.
Orang yang mengaku dari Polrestabes Semarang itu memintanya untuk membuat video testimoni untuk Jokowi dengan poin-poin yang telah dikirimkan.
“Beliau meminta saya untuk buat video. Tapi, saya enggak respons, karena kami memang berbeda,” ujar dia. Kemudian, pada Sabtu, 3 Febuari 2024, menghubunginya kembali dengan mengirimkan video-video testimoni dari kampus lain.
“Ini bapak semuanya sudah ngirim untuk saya kirim ke Kapolda,” ucap Hindarto, menirukan pesan yang dikirim kepadanya.
Merasa tak perlu membuat video testimoni tersebut, Hindarto memilih untuk tidak membalas pesan dari nomor yang mengatasnamakan dari kepolisian itu.
“Saya enggak respons karena itu bukan pilihan kami,” papar dia.
Hingga akhirnya, pada Senin, 5 Febuari 2024, nomor tersebut kembali menghubunginya. Kali ini melalui sambungan telepon.
“Senin siang masih telepon lagi, tapi tetap enggak saya respons,” ujar dia.