Picu kanker dan mandul, warga Sukabumi wajib tahu bahaya BPA dalam galon AMDK

- Redaksi

Kamis, 18 Juli 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Galon air minum dalam kemasan - Istimewa

Galon air minum dalam kemasan - Istimewa

sukabumiheadline.com – Warga Sukabumi, Jawa Barat, tentunya sudah tidak asing lagi dengan galon air minum dalam kemasan atau AMDK. Namun, siapa sangka ternyata penggunaan galon dinilai berbahaya, sehingga sebaiknya dihindari.

Diketahui, terdapat kandungan Bisfenol A (BPA) dalam material galon air yang dapat memicu kanker dan kemandulan pada orang dewasa, serta dapat menurunkan IQ pada anak-anak.

Karenanya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menerbitkan perubahan aturan terkait label pangan olahan berdasarkan kajian risiko BPA pada AMDK. BPOM mewajibkan pencantuman potensi bahaya BPA pada air minum dalam kemasan yang menggunakan kemasan polikarbonat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pada Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan, terdapat dua pasal tambahan terkait pelabelan risiko BPA pada kemasan AMDK, yaitu 48a dan 61a, dengan tenggat waktu transisi empat tahun bagi produsen untuk melakukan penyesuaian.

Adapun 48A berbunyi: “Keterangan tentang cara penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) pada Label air minum dalam kemasan wajib mencantumkan tulisan ‘simpan di tempat bersih dan sejuk, hindarkan dari matahari langsung, dan benda-benda berbau tajam“.

Baca Juga :  Banyak Perusahaan AMDK Bikin Basah, 2023 Rp84 Miliar Masuk Kas Pemkab Sukabumi

Sedangkan, Pasal 61A berbunyi, “Air minum dalam kemasan yang menggunakan kemasan plastik polikarbonat wajib mencantumkan tulisan ‘dalam kondisi tertentu, kemasan polikarbonat dapat melepaskan BPA pada air minum dalam kemasan’ pada label“.

Dari mana datangnya BPA?

Untuk informasi, paparan BPA berasal dari banyak sumber berbahan plastik, salah satu yang paling signifikan secara intensitas dan risiko adalah galon air minum yang digunakan ulang.

Sebelumnya, BPOM menyebutkan galon polikarbonat paling banyak beredar di masyarakat dengan persentase 96% dari total galon air minum bermerek yang beredar.

Mengutip hasil pemeriksaan BPOM pada fasilitas produksi selama 2021-2022, kadar BPA yang bermigrasi pada air minum lebih dari 0,6 ppm meningkat berturut-turut hingga 4,58 persen. Begitu pun dengan hasil pengujian migrasi BPA di ambang 0,05-0,6 ppm, meningkat berturut-turut hingga 41,56 persen.

Baca Juga:

Baca Juga :  Sukabumi Kekeringan, Aqua Sedot dan Jual Air Hingga 8 Miliar Liter
Ilustrasi kemasan AMDK. l Istimewa
Ilustrasi kemasan AMDK. l Istimewa

Sebelumnya, berbagai negara di dunia pun telah melarang penggunaan BPA, seperti Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropa, China, Malaysia, dan Filipina.

Sementara Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Prof Junaidi Khotib menyampaikan paparan bahaya BPA, terutama dalam jangka panjang, dapat memicu berbagai gangguan kesehatan tubuh, termasuk sistem endokrin.

Menurutnya, sistem endokrin merupakan jaringan kelenjar yang memproduksi dan melepaskan hormon yang mengontrol fungsi penting dalam tubuh. Hal ini termasuk proses fisiologis, seperti pertumbuhan, metabolisme, dan reproduksi.

“BPA dikenal sebagai endocrine disruptor alias senyawa yang mengganggu fungsi normal sistem endokrin tubuh,” kata Prof Junaidi dalam keterangannya, dikutip Kamis (18/7/2024).

GALON
Galon AMDK. l Istimewap

Saat masuk ke tubuh melalui medium makanan atau minuman yang ditempatkan dalam wadah plastik, BPA akan meniru hormon alami dan merebut tempat hormon tersebut pada reseptor di berbagai organ. Akibatnya, terjadi gangguan hormonal di dalam tubuh.

Gangguan hormonal kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan dan pubertas, serta fertilitas. Bahkan, sejumlah referensi ilmiah menyebutkan kondisi ini dapat memicu munculnya sel abnormal pada tubuh, serta meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, dan hipertensi.

“Sistem endokrin yang terganggu, efeknya tidak langsung terasa. Namun, berbahaya dalam jangka panjang,” paparnya.

Junaidi mengungkapkan aturan terbaru BPOM tersebut merupakan langkah pemerintah untuk melindungi dan edukasi terkait bahaya BPA.

Berita Terkait

Samsung Galaxy A17 dan Samsung Galaxy A07, dua HP baru segera masuk Indonesia
Sukabumi wajib waspada, BRIN: Siklus 600 tahun tsunami dipicu megathrust ancam jutaan warga di Jawa
Cek spesifikasi dan harga Realme 15 5G dan Realme 15 Pro 5G
Daihatsu Ayla GH Style Retro Future 70% berubah dari model lama
Vivo T4R resmi meluncur, spesifikasi wow harga terjangkau
Realme P3 5G untuk gaming berat, performa wah dan harga murah
Yamaha Venomatic 300, konsep skuter matic maxi performa gahar
Realme Note 50 dan Realme C51s: HP murah desain mewah, dijual Rp1,2 juta

Berita Terkait

Jumat, 8 Agustus 2025 - 03:20 WIB

Samsung Galaxy A17 dan Samsung Galaxy A07, dua HP baru segera masuk Indonesia

Rabu, 6 Agustus 2025 - 12:00 WIB

Cek spesifikasi dan harga Realme 15 5G dan Realme 15 Pro 5G

Sabtu, 2 Agustus 2025 - 18:55 WIB

Daihatsu Ayla GH Style Retro Future 70% berubah dari model lama

Sabtu, 2 Agustus 2025 - 02:14 WIB

Vivo T4R resmi meluncur, spesifikasi wow harga terjangkau

Selasa, 29 Juli 2025 - 17:12 WIB

Realme P3 5G untuk gaming berat, performa wah dan harga murah

Berita Terbaru

Hukum

Kibarkan bendera One Piece bukan tindak pidana

Kamis, 7 Agu 2025 - 19:02 WIB