sukabumiheadline.com – M. Geri Selamat, seorang pelajar Kelas XI SMA Negeri Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menjadi korban amuk massa yang salah sasaran pada Jumat (8/08) lalu.
Remaja warga Kampung Tipar RT 003/004, Desa Cikiray, Kecamatan Cikidang, itu tidak hanya dipukuli hingga babak belur oleh sejumlah warga yang menuduhnya sebagai maling motor, dia pun mengaku saat itu tangannya di ikat dan disiram air got.
Sebelum peristiwa nahas itu menimpa dirinya, pada Jumat (8/8/2025) dini hari sekira pukul 03.00 WIB, Geri mengantarkan ayahnya ke Terminal Pajagan. Namun saat hendak pulang ke rumah, sang ayah mengatakan jika dompet berisi KTP ketinggalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ayah minta tolong agar dompet yang ketinggalan diambil. Saya pulang lagi untuk mengambil dompet,” ujar Geri, Senin (11/8/2025).
Saat dalam perjalanan, Geri mengaku berpapasan dengan dua orang yang sedang jalan kaki dan satu lagi menggunakan mobil. Bahkan, mobil itu seperti hendak memepet dirinya.
“Saat diperjalanan pulang, tiba-tiba ada dua orang. Satu orang bawa mobil, yang satu lagi jalan kaki. Saat saya lewat si mobil itu seperti mau menyerempet. Saya langsung tancap gas, tiba-tiba yang jalan kaki itu bilang tewak (tangkap) ke arah saya. Namun tiba-tiba di depan saya ada dua orang lagi yang sudah menunggu, satu orang enggak bawa apa-apa satu lagi bawa gantar bambu,” terangnya.
Geri pun menghentikan laju kendaraanya. Selanjutnya, tiba tiba ia dituduh sebagai pelaku pencurian. Karena takut, Geri berusaha menjelaskan, namun warga tetap tidak mempercayainya.
“Setelah itu saya berhenti, setelah berhenti ditanya ‘maneh bangsat lain (kamu maling bukan)?’, ‘bukan’, kata saya,” jelas Geri.
“Saya sudah jelaskan saya mau antar dompet dan KTP, tapi mereka tidak mendengar, tahu-tahu motor diseret, langsung jatuh diseret sambil dipukulin. Sudah dipukul ditanya, ‘kalau kamu babaturan lin jeung nu nyolong (kamu temanan sama maling)’, kata mereka, saya sudah membantah, saya bilang, ‘tidak kenal’,” terangnya.
“Lalu saya dipukul lagi, dipukul berkali kali tidak terhitung, setelah itu ditanya lagi, ‘maneh anak saha (Kamu anak siapa)’, saya jawab sebut nama bapak,” ungkap dia.
“Mereka bilang mau anak siapa, mau anak jendral enggak perduli, pokokna sia dipodaran (pokoknya kamu dibunuh),” papar Geri.
“Saya kaget, saya didudut (diseret) ke dekat bensin. Saya bilang lagi, saya sempat menjelaskan lagi, ‘pak saya mau antar dompet soalnya ayah saya mau kerja ke pulau’, enggak ada yang percaya, saya langsung dipukul lagi,” tuturnya.
Karena tersudut, Geri coba memperlihatkan KTP, namun warga tetap tidak perduli dan terus memukul sambil mengintrogasinya.
“Saya mau ambil dompet saya dipukul lagi, mereka bilang lagi, kalau kamu enggak mengaku kamu dipaehan di harepen bapak maneh (Kalau tidak ngaku kamu akan di bunuh di depan bapak kamu), saya panik saya diikat sambil dipukul,” jelas Geri.
Karena tak merasa apa yang di tuduhkan warga tersebut, Geri pun tidak mengakui, namun dengan kondisi tangan terikat, Geri terus di introgasi bahkan pakaian yang digunakan sampai disobek.
“Saya enggak mengaku kan saya enggak salah. Saya ditarik beberapa orang sampai jaket saya robek. Selain itu saya juga disiram menggunakan air got, sudah mah luka disiram pakai air got itu otomatis luka saya perih. Sudah disiram saya juga dipukulin,” pungkas Geri.
Upaya hukum oleh keluarga
Sementara itu, pihak keluarga Geri yang diwakili Mochamad Irfanudin berharap kasus ini segera ditangani pihak berwajib.
“Harapan saya, ingin keadilan untuk korban, melalui upaya kami menempuh jalur hukum, agar para pelaku segera diadili,” kata pria yang akrab dipanggil Ipang itu kepada sukabumiheadline.com, Senin (11/8/2025).
Ipang bersama kuasa hukum pun berencana kembali mempertanyakan progres laporan pihak korban ke Polres Sukabumi.
“Rencana malam ini kami mau merapat ke Mapolres Sukabumi bareng kuasa hukum, untuk menanyakan progress LP,” pungkasnya.