sukabumiheadline.com – Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi, Tawfiq F. Alrabiah, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap langkah perusahaan jasa logistik Indonesia, JNE atau PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir, sebuah perusahaan jasa ekspedisi, logistik dan distribusi barang di Indonesia.
Pujian dilontarkan setelah JNE memberangkatkan 1.643 karyawan ke Makkah al-Mukarramah untuk menunaikan ibadah umrah. Program tersebut diberikan sebagai bentuk loyalitas sekaligus penghargaan bagi karyawan berprestasi.
Melalui akun X nya, Tawfiq mengatakan inisiatif tersebut sebagai contoh positif bagaimana perusahaan dapat memberikan apresiasi yang bermakna bagi para pegawainya. Ia menekankan bahwa dukungan penuh terhadap pelaksanaan ibadah—termasuk pembiayaan perjalanan dan manasik—adalah bentuk perhatian yang jarang ditemui dalam skema penghargaan korporasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini sebuah bentuk perhatian yang berbeda, dan hadiah yang tidak biasa,” ujar Tawfiq beberapa lalu.
Program keberangkatan umrah massal ini mencakup pembiayaan penuh mulai dari biaya perjalanan, akomodasi, hingga rangkaian manasik. JNE menyebut program ini sebagai bagian dari komitmen mereka untuk meningkatkan kesejahteraan sekaligus memberikan pengalaman religius yang berkesan bagi para karyawan unggulan.
Inisiatif perusahaan milik Djohari Zein tersebut menjadi salah satu program apresiasi terbesar yang dilakukan perusahaan Indonesia dalam bentuk perjalanan ibadah ke Tanah Suci.
Bagaimana dengan korporasi besar lainnya di Indonesia, akankah mengikuti jejak JNE? Patut dinantikan dan jangan ragu untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Bos JNE mualaf

Perkembangan pesat e-commerce di Indonesia, ikut mendongkrak bisnis pengiriman barang JNE. Djohari Zein atau akrab disapa Jo adalah orang dibalik kesuksesan JNE.
Jo lahir keluarga Tionghoa penganut Budha di Medan, Sumatera Utara pada 16 April 1954. Lahir dari keluarga pedagang seperti kebanyakan warga etnis Tionghoa lainnya, membuat insting bisnisnya terasah.
Saat menginjak usia remaja, Jo menempuh pendidikan di sekolah Katholik. Pada saat SMP, tahun 1967, Jo menggunakan mesin ketik ayahnya untuk membuat majalah, dan menjualnya ke teman sekolah. Usaha ini berlanjut hingga memasuki SMA pada 1970. Semasa sekolah, Jo mengaku kerap menerima bully-an dari teman-temannya.
Setelah memutuskan untuk memeluk Islam pada 1982, Jo bisa melihat tempat tersebut secara langsung. “Waktu saya lihat Jabal Rahmah itu, saya ingat pernah mimpi melihat itu,” ujar pria yang juga hobi membaca dan filatelli itu. Baca kisah lengkapnya: Kisah Sukses Bos JNE, Bangun 99 Masjid Setelah Memeluk Islam









