28.1 C
Sukabumi
Jumat, April 19, 2024

Yamaha Zuma 125 meluncur, intip harga dan penampakan detail motor matic trail

sukabumiheadline.com - Yamaha resmi memperkenalkan Zuma 125...

Ternyata Ini Penyebab Ledakan Tabung CNG di Cibadak Sukabumi, Kepsek SD Korban Tewas

sukabumiheadline.com l Peristiwa pilu meledaknya tabung gas...

Hancur, mobil terperosok longsor Jalan Tol Bocimi Longsor di Ciambar Sukabumi, Cek foto-fotonya

sukabumiheadline.com - Petugas gabungan berhasil mengevakuasi mobil...

Kisah Sukses Bos JNE, Bangun 99 Masjid Setelah Memeluk Islam

NasionalKisah Sukses Bos JNE, Bangun 99 Masjid Setelah Memeluk Islam

sukabumiheadline.com l JAKARTA – Perkembangan pesat e-commerce di Indonesia, ikut mendongkrak bisnis pengiriman barang JNE. Djohari Zein atau akrab disapa Jo adalah orang dibalik kesuksesan JNE.

Jo lahir keluarga Tionghoa penganut Budha di Medan, Sumatera Utara pada 16 April 1954. Lahir dari keluarga pedagang seperti kebanyakan warga etnis Tionghoa lainnya, membuat insting bisnisnya terasah.

Saat menginjak usia remaja, Jo menempuh pendidikan di sekolah Katholik. Pada saat SMP, tahun 1967, Jo menggunakan mesin ketik ayahnya untuk membuat majalah, dan menjualnya ke teman sekolah. Usaha ini berlanjut hingga memasuki SMA pada 1970. Semasa sekolah, Jo mengaku kerap menerima bully-an dari teman-temannya.

“Kalau di sekolah, tiba-tiba celana ditarik. Ya itu pernah kita alami. Itulah bunga-bunganya, saya syukuri, membuat saya kadang-kadang lebih waspada. Alhamdulillah itu semua bisa saya jalani, saya syukuri itu semua, saya jadi lebih mampu, lebih kuat,” kata Djohari di kanal YouTube Coach Yudi Candra.

Usai lulus dari SMA, Jo melanjutkan pendidikannya ke Akademi Perhotelan Trisakti pada 1973-1976. Setelah lulus kuliah, ia langsung bekerja di Hilton International Hotel sejak 1976 hingga 1980.

Mendirikan JNE

Pada 1980 hingga 1984, Jo bekerja sebagai sales di perusahaan pengiriman multinasional, TNT/Skypak International. Beberapa tahun kemudian, ia mendapat promosi sebagai Operation Manager TNT Indonesia. Pada tahun 1982, ketika berada di puncak kariernya di TNT, Jo memutuskan memeluk Islam.

Kemudian 1985, Jo mendirikan perusahaan jasa pengiriman Worldpak, kemudian berganti nama menjadi Pronto. Karena tergolong perusahaan baru, Pronto mengalami masalah pada cashflow, sehingga ia memutuskan untuk menjual sebagian sahamnya ke perusahaan Singapura.

Alhasil, misi Jo untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri menjadi terganggu, hingga kemudian memutuskan untuk keluar dari perusahaan yang didirikannya itu.

Setelah itu, ia memilih bergabung dengan PT Titipan Kilat (Tiki), hingga kemudian pada 2016 mendirikan PT Jalur Nugraha Ekakurir atau JNE. Di perusahaan jasa pengiriman ini, Johari menjadi salah satu pendiri sekaligus pemegang saham.

Selain menjabat sebagai Presiden Komisaris JNE, Johari mulai berinvestasi pada bidang teknologi informasi. Pada tahun 2017, ia mendirikan perusahaan logistik berbasis aplikasi online bernama Paxel. Ia juga masih aktif memimpin empat perusahaan lainnya, yakni Gorila, Kawan, Omiyago dan Alien.

Keputusan pehobi olah raga sepak bola, tenis lapangan dan meja mendirikan JNE sebagai perusahaan logistik Indonesia, berhasil mewujudkan misinya untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

JNE pun berkembang pesat, dimulai dengan hanya delapan karyawan dengan modal Rp100 juta, JNE saat ini memiliki 15 ribu karyawan dan 5.000 agen, dengan lebih dari 400 ribu paket per hari dengan tujuan dalam dan luar negeri.

Sebuah perjuangan yang tidak mudah, mengingat Jo pernah terlilit utang dan harus berjuang mengembangkan bisnisnya di tengah krisis 1998. Namun, ia berhasil bangkit dengan membawa nilai-nilai Islam di dalam usahanya hingga membuat rezekinya tak habis-habis.

Pengalaman Spiritual Sebelum Menjadi Mualaf

Sebelum memeluk Islam, Jo yang masih merintis usaha itu mengaku kerap bermimpi diperlihatkan Jabal Rahmah yang berada di Arafah. Di dalam sejarah tempat itu merupakan saksi bisu pertemuan kembali Adam dan Hawa.

Setelah memutuskan untuk memeluk Islam pada 1982, Jo bisa melihat tempat tersebut secara langsung.  “Waktu saya lihat Jabal Rahmah itu, saya ingat pernah mimpi melihat itu,” ujar pria yang juga hobi membaca dan filatelli itu di kanal YouTube Cerita Untungs.

“Saya haji pertama kali, saya masih merinding, di situ saya baru ingat, ini benar agama saya. Saya tidak boleh main-main, Allah sudah berikan pemandangan (di mimpi),” imbuh Jo.

Membangun 99 Masjid

Jo menuturkan, Islam menuntunnya menjadi pribadi lebih baik. Bahkan, dalam mimpinya, ia mengaku mendengar Allah SWT memintanya membuatkan 99 masjid. Hal itu yang memacunya membangun yayasan untuk menggagas pembangunan 99 mesjid di seluruh Indonesia.

“Saya sebagai muslim itu jauh lebih tenang. Suatu kali saya ke sana (umrah), saya minta kalau boleh izinkan saya satu saja (bangun) masjid, di situ pula saya dapat jawaban, Allah SWT bilang, jangankan 1, 99 pun juga bisa. Lalu saya berasa wah ini tugas. Saya minta bangun 1 mesjid tapi Allah sarankan 99 pun bisa’. Makanya saya berani bangun 99 masjid di umur 68,” bangga Jo.

Usai mendapat jawaban tersebut, Jo tak lantas membangun masjid saat tiba di Tanah Air. Kesibukannya sebagai CEO membuat ia sulit membagi waktu. Hingga di tahun 2016, Jo menjadi komisaris sehingga memiliki waktu luang lebih banyak dan mencoba membangun masjid pertamanya.

Saat berkesempatan haji pertama kalinya tersebut, Jo mengaku mulai berniat mendalami agama islam yang sudah diyakininya. Di sini, Jo memulainya dengan menganut prinsip manajemen spiritual yang juga ia tuangkan di dalam bisnisnya.

“Saya gak belanja (selama di mekkah), di hotel shalat aja. Rasanya sedih kalau mau meninggalkan itu (shalat). Saya mulai mencari lebih serius lagi, saya jalankan kebijakan yang saya bilang manajemen spiritual,” jelasnya lagi.

Selalu Rendah Hati dan Bersyukur

Di dalam manajemen spiritualnya, Jo selalu rendah hati. ia menilai pujian yang didapatkannya bisa berimbas pada kondisi berbahaya yang membuat banyak orang terlena.

“Kalau kita sedang dipuji kadang-kadang kita terbang. Itu bahaya banget. Mendingan kita inget susah daripada sedang dipuji-puji. Yang saya jalani hidup waktu jaman kecil sebagai yang paling kecil di kelas, pastinya di-bully. Di dalam bisnis juga kita nggak selalu normal,” tuturnya.

Jo juga menganut satu nilai penting dari agama Islam yang dipegang teguh hingga kini, yakni sedekah. Hati yang lebih baik itu, kata Jo, berasal dari memperbanyak sedekah kepada yang membutuhkan. Dengan sedekah, Allah SWT membukakan rezeki. “Hatinya lebih baik, pasti rejekinya lebih lancar,” kata Jo.

“Saya juga sering ingatkan tentang manajemen spiritual bahwa harus inget value-value bahwa rezeki itu dari Allah SWT. Sedekah akan memberi kebaikan-kebaikan. Itu selalu jadi petunjuk,” bebernya.

Di dalam bisnis dan kehidupannya, Jo juga mengaku selalu bersyukur karena segala sesuatu akan terasa dan terlihat lebih indah jika mau bersyukur. Semakin sering bersyukur, semakin tajam mata kita, makin tajam kuping kita dan makin mudah tersentuh hati kita.

Keluarga

Dalam manajemen spiritualnya Jo juga menyelipkan hubungan baik dengan keluarga. Salah satu yang ia lakukan adalah mendidik anak-anaknya agar memiliki ilmu yang lebih tinggi darinya sehingga rezeki mereka bisa lebih mudah.

Dari pernikahannya dengan Noerlaila, Djohari Zein memiliki lima orang anak bernama Mindi Febriani, Nadya Ayuni, Keshia Safitri, Luthfi Safitri, dan Shafa Maylisa.

“Hubungan kekeluargaan tetap baik, dan saya selalu ingin didik mereka jangan dibayang-bayangin oleh prestasi saya. Harus punya prestasi sendiri,” pungkas Jo.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer