sukabumiheadline.com – Parungkuda adalah salah satu dari 47 kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Wilayah ini terdiri dari 8 desa, yakni Babakanjaya, Langensari, Palasari Hilir, Kompa, Parungkuda, Bojongkokosan, Pondokkasolandeuh, dan Sundawenang.
Menurut laman resmi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi, Kecamatan Parungkuda tidak memiliki tanggal berdiri yang spesifik seperti pendirian desa atau kabupaten.
Namun, wilayah ini sudah ada jauh sebelum kemerdekaan. Parungkuda disebut sebagai daerah penting sejak zaman Kerajaan Pajajaran, yakni tempat di mana Prabu Siliwangi menjadikannya sebagai tempat persinggahan kuda. Namun demikian, catatan tidak menyebutkan sumber informasi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Wilayah ini juga dikenal sebagai lokasi Peristiwa Bojongkokosan pada 9 Desember 1945. Kisah kelam yang menjadi bagian dari sejarah perjuangan Kemerdekaan RI.
Kini, Parungkuda berkembang dari pemukiman dan menjadi pusat desa, lalu kecamatan seiring perkembangan administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi.
Berita Terkait: Mangkrak 20 tahun, 5 catatan jalan panjang Tol Bocimi sejak 1997
Kecamatan ini tidak saja memiliki stasiun kereta api, namun juga pasar semi modern. Baca selengkapnya: Menelisik alasan dibangun dan penampakan Stasiun KA Parungkuda Sukabumi tahun 1900

Bahkan, Gerbang Tol Ciawi-Sukabumi (Cisuka) Seksi 2, atau populer disebut Tol Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi) berdiri megah di kecamatan ini. Baca selengkapnya: Tol Bocimi Seksi 2 Diresmikan Jokowi Hadiah HUT RI ke-78, Akankan Sukabumi Merdeka dari Macet?
Wilayah ini juga banyak berdiri industri padat karya, seperti pabrik garmen hingga bonek dan wig. Pertambahan penduduk tidak terelakkan, sehingga banyak hunian baru berupa kompleks-kompleks perumahan.
Luas wilayah dan jumlah penduduk Parungkuda
Luas wilayah Kecamatan Parungkuda menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, menunjukkan angka 25,87 km persegi, menjadikannya salah satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi dengan luas yang relatif kecil dibandingkan kecamatan lainnya.
Sedangkan, jumlah penduduk menurut data terbaru dari BPS Kabupaten Sukabumi tahun 2024 tercatat 74.481 jiwa, dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai buruh swasta dan tani. Mereka tersebar di 8 desa seperti telah disebutkan di atas.
Peristiwa Bojongkokosan

Di dalam perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, bangsa ini memasuki masa yang disebut dengan Revolusi Kemerdekaan atau revolusi fisik, dalam rangka mempertahankan kemerdekaan dan demi mendapatkan kedaulatan bangsa yang baru berdiri.
Salah satu peristiwayang terjadi pada masa revolusi fisik tersebut terjadi di sebuah desa yang bernama Bojongkokosan, suatu peristiwa heroik yang di kenal dengan nama Peristiwa Bojongkokosan pada 9 Desember 1945. Baca selengkapnya: Hari ini 80 tahun silam: Pertempuran sengit di Bojongkokosan Sukabumi
Kala itu, para pejuang dengan gigih menghadapi tentara sekutu dan Nederlandsch Indië Civil Administratie atau Netherlands-Indies Civil Administration atau NICA, peristiwa ini tidak bisa di lepaskan dari peristiwa perjuangan bangsa secara keseluruhan.
Menurut laman yang sama, ada tiga peristiwa besar pada masa perang dunia ke II (PD-II). Ketiga peristiwa tersebut sangat berpengaruh besar terhadap tatanan dunia di segala bidang, yakni:
1. Perjanjian Atlantic Charter (14 Agustus 1941)
Perjanjian ini diadakan di sebuah Kapal Induk Atlantic. Salah satu pasal terpenting dalam perjanjian itu adalah “Bahwa setiap bangsa berhak menentukan nasibnya sendiri, hak hak semua bangsa harus di jungjung tinggi dan harus di lindungi, serta bebas untuk menentukan nasibnya sendiri.”
2. Konfrensi Yalta ( 4-11 Februari 1945)
Konferensi ini digelar di Uni Soviet (sekarang Rusia), dan keputusan akhirnya adalah di jatuhkannya ultimatum agar Jerman menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Tuntutan ini akhirnya terwujud pada 8 Mei 1945.
3. Deklarasi Postdam (26 Juli – 2 Agustus 1945)
Deklarasi dihasilkan di Berlin (Jerman), dan hasil deklarasi itu adalah di jatuhkannya ultimatum agar Jepang juga menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Sehingga, dijatuhkan bom di Kota Hiroshima dan Nagasaki pada 6-9 Agustus 1945. Kedua kota ini akhirnya luluh lantak dan membuat Jepang menyerah pada Sekutu pada 14 agustus 1945.
Setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2, menjadi angin segar bagi Belanda untuk kembali bisa menguasai kembali Indonesia, hingga pada 24 agustus 1945 terjadi suatu perjanjian yang dikenal sebagai Civil Affair Agreement, antara Ingris dan Belanda.
Perjanjian ini berisi antara lain bahwa Inggris mengakui kedaulatan belanda atas Indonesia, dan NICA yang akan menjalankan roda pemerintahan Indonesia setelah Jepang menyerah.
Inggris selaku wakil Sekutu yang mendapatkan misi Internasional Released Allied Prisioners of war and Internees (RAFWI) untuk melucuti atau mengembalikan tentara Jepang dan interniran ke negaranya masing-masing.
Namun, misi tersebut diboncengi oleh NICA/Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia. Sehingga, dalam menjalankan misinya pihak Sekutu selalu mendapatkan perlawanan dari pihak pejuang Indonesia, termasuk ketika sekutu dan NICA menjajaki Sukabumi dalam Peristiwa Bojongkokosan 1945.
Berita Terkait: Peringatan Hari Juang Siliwangi 2025 di Sukabumi ditunda, PP: Penyimpangan sejarah, cacat administrasi
Peristiwa Bojongkokosan

Ahad 9 Desember 1945, jam 15.00 WIB, tibalah konvoy pasukan Sekutu di Bojongkokosan, dari arah Bogor menuju Sukabumi. Mereka datang dengan kekuatan satu batalyon dan perlengkapan tempur modern, di antaranya adalah tank Sherman dan Stuart, panser wagon, brencarrier dan 150 truk pasukan NICA dan tentara GURKHA. Tak hanya itu, mereka juga dan lindungi dari udara oleh pesawat pengebom Royal Air Force (RAF).
Setelah konvoy Sekutu berhenti mendadak karena terhalang barikade, serentak Komandan Kompi III Kapten Murad Idrus dari Batalyon I Resimen III Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Letkol Eddie Sukardi, memberi isyarat tembakan dua kali ke udara sebagai komando dimulainya pertempuran.
Alhasil, serentak pimpinan Seksi I Letnan Muda M. Muhtar di tebing utara Bojongkokosan dan pimpinan Seksi II Letnan Muda D. Kusnadi di tebing selatan, dibantu dari kelaskaran masyarakat dan barisan pemuda seperti Hisbullah, Pesindo, Banteng, dll, secara serentak menggempur Sekutu.
Selama kurang lebih dari 1 jam pasukan pejuang mampu memberikan perlawanan sengit, sampai akhirnya peluru dan persenjataan habis.
Kala itu, mendadak turun hujan lebat disertai kabut tebal, hinga situasi tersebut dimanfaatkan pihak Republik, kelaskaran, dan masyarakat untuk bergerak mundur.
Sementara itu, pasukan Sekutu mulai bergerak maju menyerang pertahanan di pejuang, tebing-tebing Bojongkokosan digempur tank dan panser. Alhasil, 12 orang dari pasukan pejuang kemerdekaan gugur di antara tebing-tebing tersebut.
Baca Juga: Kisah Ulama Kharismatik Sukabumi, KH Muhammad Kholilullah Berjuang dengan Pena dan Golok

Pesawat pengebom RAF yang mulai memuntahkan bom, tapi karena terhalang hujan dan kabut sangat tebal, akhirnya banyak amunisi mengenai pasukan mereka sendiri.
Namun, ketika hujan mulai reda pertempuranpun berhenti, ditandai peluit dari pihak sekutu untuk melanjutkan perjalanannya.
Tercata 28 pasukan dari TKR dan kelaskaran tewas dalam Peristiwa Bojongkokosan, termasuk dua orang tidak dikenal, dan identitas nya tidak pernah diketahui hingga saat ini.
Dampak Peristiwa Bojongkokosan

Setelah serangkaian peristiwa, baik sebelum atau setelah terjadi Peristiwa Bojongkokosan 1945 tersebut, pihak Sekutu mengadakan perundingan dengan Indonesia yang diwakili Perdana Menteri Sutan Sjahrir.
Sjahrir kemudian memerintahkan pimpinan Resimen III Letkol Edi Sukardi, berikut Bupati Sukabumi pada saat itu Mr. Harun, Walikota Sukabumi Dr. R. Syamsudin, SH, untuk duduk bersama.
Perundingan berlangsung selama kurang lebih dari 4 hari, hingga disepakati untuk genjatan senjata dan TKR akan mengawal pihak Sekutu dalam setiap melaksanakan tugas RAFWI-nya di wilayah Sukabumi.
Peristiwa Bojongkokosan telah memberi dampak luas bukan hanya secara regional maupun nasional, tetapi juga telah memberi arti terhadap perjuangan politik di forum internasional.
Peristiwa ini juga telah menggambarkan sikap patriotisme dan kegigihan rakyat Sukabumi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dari seluruh rangkaian yang terjadi dalam masa perang kemerdekaan di seluruh wilayah Indonesia, membawa bangsa ini ke perundingan bangsa-bangsa di seluruh dunia di Kota Denhag Belanda, yaitu perundingan Meja Bundar.
Perundingan ini, menekankan bahwa bangsa Indonesia diakui sebagai bangsa berdaulat, serta berhak menentukan nasibnya sendiri sebagaimana tertuang dalam Atlantic Charter, 14 agustus 1941.








