27.4 C
Sukabumi
Rabu, Mei 8, 2024

Sport Bike Honda Dax 125 MY 2024 Memikat Pecinta Motor Retro, Harga?

sukabumiheadline.com l Motor sport berdimensi ringkas, Honda...

Yamaha Zuma 125 meluncur, intip harga dan penampakan detail motor matic trail

sukabumiheadline.com - Yamaha resmi memperkenalkan Zuma 125...

Ini 5 Fakta Gus Miftah, KH Najih Maimoen: Bukan Anak Kyai kok Dipanggil Gus?

NasionalIni 5 Fakta Gus Miftah, KH Najih Maimoen: Bukan Anak Kyai kok Dipanggil Gus?

sukabumiheadline.com l Putra Kiai Maimoen Zubair, KH Najih Maimoen mengaku heran dengan sapaan ‘Gus’ yang melekat pada penceramah kondang, Miftah Maulana Habiburrahman.

Menurut KH Najih Maimoen, Miftah bukan anak kyai, sehingga tak layak menyandang panggilan tersebut.

Bukan hanya Miftah, sapaan ‘Gus’ menurutnya juga tak cocok digunakan penceramah lainnya, seperti Gus Muwafiq, Gus Nuril, dan masih banyak lagi. Najih beranggapan, mereka menggunakan panggilan ‘Gus’ agar lebih cepat tenar atau dikenal publik.

“Ini kemarin ada video orang yang namanya Gus, dia (Miftah) bukan Gus, artinya bukan anak kyai, ada juga Muwafiq juga bukan anak kiai, Gus Nuril juga bukan. Orang bukan anak kiai tapi dinamakan Gus, biar cepat tenar,” ujar KH Najih Maimoen, Ahad 10 Oktober 2021 lalu.

Untuk informasi, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “gus” adalah nama julukan atau nama panggilan kepada laki-laki. Gelar depan ini bermakna “bagus, tampan, atau pandai”. Variannya bisa menjadi agus untuk gelar putra atau keluarga laki-laki dari seorang kyai yang belum cukup untuk disebut kyai atau sebagai panggilan keakraban dan bentuk penghormatan.

Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah. l Istimewa
Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah. l Istimewa

5 Fakta Gus Miftah

KH Muhammad Najih Maimun atau Gus Najih, putra KH Maimoen Zubair pun membuat pernyataan yang tak kalah menghebohkan. Ia menyebut bahwa Gus Miftah bukan anak kiai dan tak pantas menyandang gelar “Gus”.

Berikut adalah 5 fakta seputar Gus Miftah dirangkum sukabumiheadline.com dari berbagai sumber.

1. Penceramah Nyentrik

Nama Gus Miftah Maulana memang kerap jadi perbincangan publik. Selain karena gayanya yang nyentrik, seperti kacamata hitam, belangkon, dan rambut gondrong, cara berdakwah Gus Miftah juga dinilai tak biasa.

Seperti diketahui, pria kelahiran Lampung, 5 Agustus 1981 itu kerap berdakwah di kalangan yang jarang terjamah pada da’i seperti kelab malam hingga salon plus-plus.

Bahkan, dirinya melakukan orasi kebangsaan di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung di Penjaringan, Jakarta Utara pada Mei 2021, yang juga mengundang reaksi publik.

Bagus KH. Najih, Gus Miftah yang pernah membacakan puisi tepat di bawah simbol salib, sebagai Islam Nusantara.

“Ini dia bikin puisi di Gereja, di belakangnya ada salib. Dia mengatakan; di saat aku memegang tasbih kau memegang salib, aku ke Istiqlal kau ke Katredal. Ini namanya Islam Nusantara,” terangnya.

KH. Najih menambahkan, Islam Nusantara yang dibawa Nahdlatul Ulama tak salah. Namun, dalam praktiknya, kini mulai banyak kekeliruan.

“Kalau Islam Nusantara yang baik, kita pertahankan seperti sowan-sowan kepada orang tua. Kalau di Gereja itu Islam Nusantara, islamnya bikinan Said Aqil,” tuturnya.

Dia menambahkan, perbuatan Gus Miftah yang gemar berceramah di gereja sama saja membenarkan perbuatan syirik. Sebab, di bangunan tersebut, ada simbol agama lain yang mengarah ke kekufuran.

“Kesannya adalah ke gereja gak apa-apa, ada salib di atasnya gak apa-apa. Kesan-kesan yang membenarkan kekufuran dan kesyirikan. Kata Miftah kami memanggil Allah, mereka manggil Yesus Kristus, hanya masalah nama, Tuhannya berarti sama, nauzubillah,” kata KH Najih Maimoen.

2. Hijrah ke Yogyakarta

Mengutip dari laduni.id, Gus Miftah tercatat pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Bustanul Ulum Jayasakti, Lampung Tengah. Kala itu, setelah menyelesaikan jenjang Madrasah Aliyah (MA) dengan predikat peraih nem tertinggi sebagai santri madrasah se-Provinsi Lampung, ia hijrah ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 1999.

Selanjutnya, ia mendaftar di kampus UIN Sunan Kalijaga Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam.

Namanya mulai menyita perhatian publik pada usia 21 tahun, ketika video dirinya viral saat memberikan pengajian di salah satu kelab malam di Bali.

Ia kemudian dikenal sebagai ulama muda Nahdlatul Ulama (NU) yang fokus berdakwah bagi kaum marjinal, baik melalui dakwah di dalam maupun di luar pesantren.

2. Dakwah di Diskotik 

Pada sekira tahun 2000-an, Gus Miftah yang sering salat tahajud di sebuah mushala di sekitar kawasan Sarkem atau area lokalisasi di Yogyakarta. Ditemani Gunardi atau Gun Jack sosok yang menjadi penguasa pada saat itu, ia pun mulai berdakwah.

Meski awalnya banyak tantangan, namun lama kelamaan banyak pekerja dunia malam yang menerima kehadirannya. Tidak jarang, ketika pengajian sejumlah jemaah meneteskan air mata dan mulai mengubah perilakunya secara perlahan.

Perjalanan dakwahnya kemudian berlanjut ke diskotik dan juga salon plus-plus. Awalnya ia masuk lantaran mendapati keluh kesah para pekerja dunia malam yang kesulitan mendapat akses kajian agama.

Ketika hendak mengaji di luar, mereka mengaku menjadi bahan pergunjingan. Sebaliknya di tempat kerjanya tidak ada kajian agama yang bisa didapatkan.

Meski pernah mendapat penolakan ketika hendak memberi kajian, kini banyak pekerja malam yang malah merasa butuh untuk mendapat pengajian.

Banyak pekerja malam kemudian berhijrah menjadi lebih baik. Sejak lima tahun terakhir langkah Gus Mftah pun didukung oleh ulama kharismatik asal Pekalongan, Habib Luthfi bin Yahya.

3. Keturunan Ulama Besar

Dilansir dari laduni.id, meskipun bukan keturunan langsung, bukan anak kyai, namun Gus Miftah ternyata keturunan ke-9 Kiai Ageng Hasan Besari, pendiri Pesantren Tegalsari di Ponorogo.

Kiai Ageng Besari sendiri merupakan tokoh penyebar Islam di Ponorogo pada abad ke-17. Ia dikenal mahaguru para Raja Jawa. Kiai Ageng Besari merupakan kakek dari Kiai Muhammad Hasan Besari, ulama abad ke-18 yang disebut Gus Dur sebagai monumen perpaduan antara Islam dan nasionalisme.

Pendiri Nahdlatul Ulama Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari juga keturunan dari Kiai Ageng Muhammad Besari dari jalur Kiai Basyariyah Sewulan, Kabupaten Madiun, yang menjadi menantu Kiai Bin Umar Banjarsari.

Disebutkan pula bahwa dari garis keturunan Kiai Ageng Besari pula kelak lahir sosok Sultan Kartasura, yakni Pakubuwono II, Begawan Kasultanan Kartasura Raden Ngabehi Ronggowarsito, dan tokoh pergerakan kemerdekaan HOS Tjokroaminoto. Pendiri Pondok Pesantren Tremas Pacitan, KH Abdul Mannan, juga pernah nyantri di Tegalsari.

Gus Miftah. l Istimewa

4. Pendiri Ponpes Ora Aji

Gus Miftah juga dikenal sebagai pendiri Ponpes Ora Aji di Dusun Tundan, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman.

Gus Miftah memiliki tujuan tersendiri menamakan pesantrennya Ora Aji yang berarti tak berarti. Bukan sekadar nama, ada filosofinya, yakni bahwa tak ada seorang pun yang berarti di mata Allah selain ketakwaannya.

Sejak berdiri pada 2011, Ponpes Ora Aji milik Gus Miftah tak pernah memungut biasa sepeser pun untuk para santri yang ingin mondok.

5. Penasihat Spiritual Deddy Corbuzier 

Ponpes ini juga jadi saksi sejarah mualafnya Deddy Corbuzier. Di tempat ini juga ia menuntun Deddy Corbuzier dalam prosesi pengucapan syahadat.

Tak cuma Deddy, Gus Miftah juga ternyata dikenal di kalangan artis dan juga pejabat-pejabat negara.

Beberapa seleb pernah mengunjungi pondok pesantrennya di antaranya Cinta Penelope, Anang-Ashanty, Ustaz Yusuf Mansur hingga Opick. Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo juga pernah ke pesantrennya.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer