Kadin: Bisnis Franchise Dilanda Badai Kebangkrutan

- Redaksi

Selasa, 23 November 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi franchise. l Istimewa

Ilustrasi franchise. l Istimewa

SUKABUMIHEADLINES.com I JAKARTA – Tsunami kebangkrutan disebut menghantam bisnis waralaba atau franchise di Indonesia. Saat ini, banyak penyewa lisensi yang coba mengalihkan lisensinya kepada orang lain.

“Selama pandemi di 2020 banyak yang tutup, tapi kita bisa lihat mulai akhir 2020 geliat kembali bisnis waralaba mulai terasa,” kata Ketua Komite Tetap Kadin Indonesia bidang Franchise, Lisensi & Networking Marketing Levita G Supit dilansir CNBC Indonesia, Selasa (23/11/2921).

Menurut Lovita, meskipun geliat sudah mulai nampak, namun masih jauh untuk kembali normal. Menurunnya daya beli masyarakat menjadi salah satu penyebab, di mana kemampuan tidak seperti waktu sebelum pandemi. Akibatnya, banyak franchise melakukan berbagai cara untuk bertahan, termasuk menutup puluhan gerai.

“Cara survive bermacam-macam, dengan mengurangi gerai dari 100 gerai jadi 50 atau 70. Luas tempat yang tadinya 500m2 diperkecil jadi 200m2. Itu dilakukan waralaba agar bisnisnya tetap survive,” ujar Levita.

“Fix cost tetap jalan sementara nggak ada income, khususnya pelaku usaha di mal. Tahun lalu mal buka-tutup. Saat tutup, semua bisnis nggak ada yang bisa beroperasi sehingga membuat bisnis nggak jalan, sehingga nggak ada income sementara ada tanggungan membayar tenaga kerja walau nggak full,” tambah dia.

Baca Juga :  5 Alasan Orang Tionghoa Cepat Kaya, Warga Sukabumi Bisa Tiru Caranya

Banyak franchise yang tutup hingga harus menjual lisensinya kepada pihak lain. Langkah ini dilakukan demi bisa bertahan setelah terkena pandemi hampir 2 tahun.

“Sekarang mau nggak mau bisnis harus online untuk merespons perilaku masyarakat yang terjadi. Nggak semua pelaku usaha siap mengikuti perubahan perilaku masyarakat yang terjadi. Kenapa? salah satunya segi dana, karena digitalisasi butuh dana dan SDM yang mampu mengelola digital,” sebutnya.

Meski demikian, ia optimistis di tahun berikutnya waralaba masih bisa bertahan di tengah badai pandemi.

“Pelaku usaha masih cari peluang bisnis di waralaba, pastinya waralaba masih berprospek karena menjalankan waralaba sudah proven, jadi nggak mulai dari 0 tapi sudah menjalankan 50% tinggal ke 100%,” sebutnya.

Berita Terkait

Mengenal pesona green stone Sukabumi yang mendunia
Petani Cidadap Sukabumi keluhkan harga pupuk subsidi dijual lebih mahal
Selain Maruarar Sirait, anaknya juga ngebet investasi di Persib Bandung, ternyata ini alasannya
Rencana Persib listing di Bursa Efek Indonesia, ini ulasan tujuan dan proses IPO
Rajin kritik Dedi Mulyadi, ternyata gaji Komisioner KPAI capai Rp26 juta per bulan
Hanipa, pesepakbola Timnas Putri asal Sukabumi ini minta bantuan Dedi Mulyadi
Pendiri Microsoft, Bill Gates tak ingin mati dalam keadaan kaya: Memalukan
Persib masuk bursa efek, Menteri PKP akan investasi Rp100 M, berharta Rp1,5 T ini rinciannya

Berita Terkait

Rabu, 4 Juni 2025 - 00:16 WIB

Mengenal pesona green stone Sukabumi yang mendunia

Selasa, 3 Juni 2025 - 13:00 WIB

Petani Cidadap Sukabumi keluhkan harga pupuk subsidi dijual lebih mahal

Senin, 2 Juni 2025 - 19:36 WIB

Selain Maruarar Sirait, anaknya juga ngebet investasi di Persib Bandung, ternyata ini alasannya

Kamis, 29 Mei 2025 - 08:40 WIB

Rencana Persib listing di Bursa Efek Indonesia, ini ulasan tujuan dan proses IPO

Rabu, 28 Mei 2025 - 10:00 WIB

Rajin kritik Dedi Mulyadi, ternyata gaji Komisioner KPAI capai Rp26 juta per bulan

Berita Terbaru