29.8 C
Sukabumi
Sabtu, April 27, 2024

Honda AMAX 160, skutik futuristik performa unggul jadi penantang Yamaha Aerox

sukabumiheadline.com - Honda kembali menggebrak pasar skutik...

Kisah perjalanan spiritual Philippe Troussier, eks pelatih Timnas Vietnam Mualaf

sukabumiheadline.com - Philippe Troussier, mantan pelatih Tim...

Keluh Kesah Sopir Angkot 09 di Sukabumi, 5 Rit Habis untuk Makan dan Rokok

SukabumiKeluh Kesah Sopir Angkot 09 di Sukabumi, 5 Rit Habis untuk Makan dan Rokok

sukabumiheadline.com l PARUNGKUDA – Jika sekira 10 tahun lalu menjadi sopir angkutan kota (angkot) bisa menjadi pilihan bagi pria Sukabumi, Jawa Barat yang belum memiliki pekerjaan tetap, sepertinya kini tak lagi menjanjikan.

Selain para penumpangnya kini mulai direbut ojek dan taksi online, para pelanggan setianya pun, seperti butuh pabrik dan pelajar, kini banyak yang memilih jemputan atau membawa kendaraan sendiri.

Salah seorang sopir angkot 09 trayek Cibadak-Benda, Junaedi mengatakan kondisi saat ini memaksanya untuk narik hingga lima rit, agar bisa bawa uang untuk anak istrinya di rumah.

Mirisnya, kata pria asal Cikidang, Kabupaten Sukabumi berusia 30 tahun itu, kadang narik sampai lima rit pun, uang habis untuk beli bensin, makan dan rokok.

“Berat sekarang mah. Kemarin aja saya narik sampai lima rit cuma kebagian 70 ribu. Itu blm makan dan rokok saya,” kata pria yang biasa dipanggil Edi itu kepada sukabumiheadline.com, Rabu (19/7/2023).

“Apalagi kalau sudah macet, seperti waktu Tol Bocimi Seksi 2 dibuka atau pawai anak sekolah. Berat,” imbuhnya.

Ditambahkannya, anak dan istrinya tinggal di Nyomplong, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi.

Nah, istri saya tinggal di Nyomplong, Kota Sukabumi. Kalau saya pulang pergi ke rumah, udah pasti habis di jalan,” keluhnya.

“Apalagi sekarang anak sudah masuk sekolah. Makanya kebutuhan sehari-hari juga jadi nambah lagi,” kata Edi.

Untuk menyiasati agar lebih hemat, Edi lebih memilih tidur di dalam angkotnya yang diparkir di daerah Sundawenang , Kecamatan Parungkuda, ketimbang pulang ke rumah orang tuanya di Cikidang.

Bermodalkan sehelai selimut berwarna merah, Edi biasa tidur jam 24.00 WIB, usai mencuci bersih angkotnya agar nyaman digunakan keesokan harinya.

“Saya pulang tiga hari sekali ke Nyomplong. Kalau setiap hari pasti yang di rumah gak kebagian,” kata dia.

“Sebenarnya, kalau ada kerjaan tukang bangunan saya mau. Saya punya keahlian tukang dan sering garap bangunan rumah di Jakarta,” akunya.

“Cuma walaupun di Sukabumi banyak proyek, kalau gak ada yang bawa tetap susah,” pungkasnya.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer