21.9 C
Sukabumi
Kamis, April 25, 2024

Yamaha Zuma 125 meluncur, intip harga dan penampakan detail motor matic trail

sukabumiheadline.com - Yamaha resmi memperkenalkan Zuma 125...

PDIP memohon ke Prabowo bantu selamatkan PPP agar lolos ke Senayan

sukabumiheadline.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)...

Keturunan Rasulullah SAW, 5 Fakta KH Ahmad Sanusi Pahlawan Nasional asal Sukabumi

LIPSUSKeturunan Rasulullah SAW, 5 Fakta KH Ahmad Sanusi Pahlawan Nasional asal Sukabumi

SUKABUMIHEADLINE.com l KH Ahmad Sanusi menjadi satu di antara lima tokoh bangsa yang akan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, pada 7 November 2022 lalu, setelah dikonfirmasi oleh Menko Polhukam, Mahfud MD, melalui cuitannya pada hari ini, Kamis (3/11/2022).

Pemerintah akan anugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada 5 putera pejuang dan pengisi kemerdekaan Indonesia. Kepada daerah-daerah dan institusi-institusi warisannya dipersilahkan melakukan tahniah (syukuran). Penganugerahan gelar oleh Presiden akan dilakukan di Istana Negara tanggal 7 Nov 2022,” ucapnya di akun Twitter @mohmahfudmd.

Kelima Pahlawan Nasional tersebut, adalah antara lain, KH Ahmad Sanusi (Jawa Barat). Baca lengkap: Pemerintah Beri Anugerah 5 Pahlawan Nasional, Salah Satunya Ulama asal Sukabumi

Anugerah Pahlawan Nasional untuk KH Ahmad Sanusi diterima cucu perempuan Hj. Neni Fauziah dari Presiden Joko Widodo. Baca lengkap: Gelar Pahlawan Ulama asal Sukabumi Diterima Cucu Perempuan, Profil Neni Fauziah

Berikut adalah 5 fakta KH Ahmad Sanusi, ulama Nusantara asal Sukabumi, dirangkum sukabumiheadline.com dari berbagai sumber:

1. Lahir dari Keluarga Ulama di Cicantayan

KH Ahmad Sanusi lahir pada Jumat, 12 Muharram 1306 H, atau tanggal 18 September 1888, di Desa Cantayan, Kecamatan Cikembar Cibadak (saat itu, kini Kecamatan Cicantayan), Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, KH Ahmad Sanusi ialah anak dari Ajengan KH. Abdurrahim dan Ibu Empok.

KH Ahmad Sanusi adalah putra ketiga dari delapan bersaudara. (Daftar Orang-orang Indonesia Terkemuka di Jawa, R. A. 31No. 2119). Kecamatan Cantayan, daerah tersebut dulunya bernama kampung Cantayan Desa Cantayan Onderdistrik Cikembar, Distrik Cibadak, Afdeeling Sukabumi).

2. Riwayat Pendidikan Agama

  • 6 bulan di Pesantren Selajambe Cisaat yang dipimpin KH. Muhammad Anwar.
  • 2 bulan berguru kepada KH. Muhammad Siddik di Pesantren Sukamantri Cisaat.
  • 6 bulan berguru pada KH. Djenal Arif/Ajengan Sulaeman/Ajengan Hafidz di Pesantren Sukaraja.
  • 12 bulan/1 tahun belajar tasawuf di pesantren Cilaku Cianjur.
  • 5 bulan belajar di pesantren Ciajag Cianjur.
  • 6 bulan berguru pada KH. Ahmad Satibi di Pesantren Gentur di Desa Jambudipa Kecamatan Warungkondang Cianjur.
  • 3 bulan berguru di Pesantren Buniasih Cianjur.
  • 7 bulan berguru di Pesantren Keresek Blubur Limbangan Garut.
  • 4 bulan di Pesantren Sumursari Garut.
  • 12 bulan/1 tahun berguru pada KH. Suja’i di Pesantren Gudang Tasikmalaya.

3. Menikah dan SI jadi Awal Perjuangan

KH Ahmad Sanusi kemudian menikah dengan Siti Juwariyah putri Haji Affandi dari Kebonpedes. Beberapa bulan kemudian, atau tepatnya pada 1910 ia beserta istri berangkat ke Mekkah al-Mukarromah untuk menunaikan ibadah haji.

Usai menunaikan ibadah haji, keduanya bermukim di Mekkah al-Mukarromah selama lima tahun untuk memperdalam pengetahuan agama Islam.

Pandai dalam beretorika maupun berdiplomasi, membuat popularitas KH Ahmad Sanusi menjadi sorotan Para ulama di Mekkah.

Karenanya, Kota Mekkah menjadi cikal bakal KH Ahmad Sanusi terjun di dunia perpolitikan, yang diawali dengan pertemuannya tokoh Serikat Islam (SI) bersama Abdul Muluk di Kota Suci Umat Muslim tersebut.

Sekembali dari Mekkah, KH. Ahmad Sanusi lantas bergabung dengan organisasi SI dengan tujuan untuk melepaskan ketergantungan masyarakat pribumi terhadap negara asing.

Kemudian, pada sekira 1933 dan 1934, ia mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Gunungpuyuh yang lokasinya berada di belakang rumahnya. Dalam perkembangannya, ponpes tersebut diberi nama Pergoeroean Syamsoel ‘Oeloem.

Selain itu, KH Ahmad Sanusi juga pernah menjadi anggota BPUPKI. Pemikirannya tentang konsep bentuk Negara dan wilayah Negara, hal ini terungkap dalam sidang BPUPKI pada tanggal 10-11 Juli 1945.

Untuk informasi, BPUPKI atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara Jepang di Jawa.

4. Sempat Dibui oleh Belanda

Karena menghasilkan banyak karya tulis yang menyerukan perjuangan dan ‘membahayakan’ penjajah, Belanda saat itu memenjarakan KH Ahmad Sanusi menggunakan tuduhan fitnah.

Ia dituduh memobilisasi masa pada peristiwa perusakan jaringan telepon yang menghubungkan Bogor, Sukabumi, dan Bandung.

Sehingga pada 1927 KH Ahmad Sanusi dipenjara selama 9 bulan di penjara Cianjur, lalu dipindah ke penjara Sukabumi hingga November 1928, sebelum kemudian diasingkan di Batavia Centrum Senen.

Barulah pada 20 Februari 1939, KH Ahmad Sanusi bebas melalui Surat Keputusan (SK) dari Gubernur Jendral Hindia Belanda No. 3 yang terbit berdasarkan usulan pejabat baru Advicer Voor Inlandse Zaken, G.F. Pijper kepada Gubernur Jendral Hindia Belanda A.W.L. Tjarda.

Selain membentuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Pesantren Gunungpuyuh, KH Ahmad Sanusi juga bergabung dalam kepengurusan Jawa Hokakai (Kebangkitan Jawa) mewakili Masyumi, bersama KH Wahid Hasyim dan Djoenaedi.

Ulama yang juga dikenal dengan sebutan Ajengan Genteng itu meninggal dunia di Sukabumi pada 31 Juli 1950, dan dimakamkan kompleks makam KH Ahmad Sanusi Belfast, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.

Atas jasa-jasanya selama masa perjuangan yang tak terhingga untuk bangsa, Presiden Suharto pun menganugerahkan Bintang Maha Putera Utama kepadanya.

Kemudian, disusul penganugerahan Bintang Maha Putera Adipradana oleh Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 November 2009, yang diterima oleh ahli warisnya di Istana Negara.

5. Keturunan Nabi Muhammad SAW

KH Ahmad Sanusi merupakan seorang habib alias keturunan Rasulullah SAW dari jalur nasab Siti Fatimah, melalui ayahnya bernama KH Abdurrahim.

KH Abdurrahim memiliki 17 keturunan dari dua istri. Dan K.H Ahmad Sanusi merupakan anak ketiga dari istri pertama KH Abdurrahim, yaitu ibu Empok. (Buku karangan Miftahul Falah, Maret 2009).

Adapun ayahnya, KH Abdurrahim nasabnya sampai pada Rasul SAW, yakni Ajengan KH. Abdurrahim bin H. Yasin bin Nurzan bin Nursalam bin Nyi Raden Candra binti Syekh H. Abdul Muhyi Pamijahan bin Raden Ageng Tanganziah bin Kentol Sumbirana bin Wira Candera bin Syekh ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri) bin Ishaq Ma’sum bin Ibrahim Al-Ghazali bin Jamal Al-Din Husein bin Ahmad bin ‘Abd Allah bin ‘Abd Al-Malik bin ‘Alawi bin Muhammad bin Sahib Al-Mirbat bin ‘Ali Khalil Qasam bin ‘Alawi bin Muhammad bin ‘Alawi bin ‘Abd Allah bin Ahmad Al Muhajir bin ‘Isa Al Bisari bin Muhammad Al Faqih bin ‘Ali Al ‘Uraydi bin Ja’far Sadiq bin Muhammad Al Baqir bin ‘Ali Zayn Al ‘Abidin bin Husayn bin Siti Fatimah binti Muhammad SAW.

Terkait jalur nasab di atas, mengutip tulisan Dosen Hadits dan Ummul Hadits STAI Sukabumi H. Istikhori, ia telah menerima informasi dari Prof. Dr. Said Agil Husin Al Munawwar, di mana menurut pengakuannya, K.H. Ahmad Sanusi adalah kawan dekat kakeknya

Pada masa hidupnya, kakek dari Said Agil Al Munawwar sering berkunjung ke Sukabumi untuk menemui KH Ahmad Sanusi. Diketahui, keduanya memiliki garis keturunan Nabi SAW. Hanya saja, menurutnya, KH Ahmad Sanusi menyembunyikan identitasnya tersebut.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer