21.5 C
Sukabumi
Jumat, Maret 29, 2024

Soal tangan buruh wanita asal Bojonggenteng Sukabumi putus, Latas: Disnaker harus proaktif

sukabumiheadline.com - Paskakecelakaan kerja yang terjadi di...

Polsek Parakansalak Sukabumi kembali hunting pocong, hasilnya?

sukabumiheadline.com - Kabar beredar di masyarakat adanya...

Dua pemuda Cikole dan Warudoyong Sukabumi terpaksa harus rayakan Lebaran di penjara

sukabumiheadline.com - Jajaran Satnarkoba Polres Sukabumi Kota,...

Kisah Fakhitah, Wanita yang Dua Kali Menolak Lamaran Rasulullah SAW

Gaya hidupKisah Fakhitah, Wanita yang Dua Kali Menolak Lamaran Rasulullah SAW

SUKABUMIHEADLINE.com l Sebelum menikah dengan Sayyidah Khadijah, Rasulullah SAW pernah jatuh hati dan melamar sosok wanita bernama Fakhitah.

Namun, cinta Rasulullah SAW kandas setelah ditolak dengan halus oleh Abu Thalib, ayahanda Fakhitah.

Cinta pertama memang selalu berkesan. Sayang pula, ketika ada kesempatan kedua, lamaran Rasulullah SAW kembali ditolak.

“Wahai Rasulullah, saya mencintaimu melebihi mata dan telingaku. Akan tetapi, bukankah hak seorang suami itu besar? Saya khawatir jika saya menerima engkau sebagai suami, perhatian saya terhadap diri saya dan anak-anak akan terabaikan. Namun apabila saya lebih mementingkan anak-anak saya, saya khawatir tidak bisa memenuhi hak-hak Baginda Rasul sebagai suami,“ jawab Fakhitah ketika menolak lamaran kedua Rasulullah SAW.

Penolakan kedua itu terjadi pada saat peristiwa Fathul Makkah (pembebasan Kota Makkah). Suami Fakhitah, Hubaira, melarikan diri dan bertahan dengan kekafirannya.

Di sisi lain, ketika Fakhitah menjadi Muslimah, maka hukum pernikahan dengan suaminya yang menolak Islam, itu menjadi rusak dan keduanya bercerai. Fakhitah menjadi janda dengan empat orang anak.

Ummi Hani Fakhitah binti Abu Thalib bin Abdul Muttalib bin Hasyim

Dalam buku Usudul Ghabah fi ma’rifat as-shahabah Ibnul Atsir menyebutkan nama lengkap dan nasabnya, yakni Ummi Hani Fakhitah binti Abu Thalib bin Abdul Muttalib bin Hasyim.

Fakhitah lahir pada 576 M dan meninggal 50 H. Ia perempuan keturunan Bani Hasyim, putri paman Rasulullah SAW. Kakak dari Ali bin Abi Thalib RA, saudara perempuan dari Ja’far bin Abu Thalib, Ali bin Abu Thalib, dan Aqil bin Abu Thalib.

Dalam buku Ali bin Abi Talib: Sampai kepada Hasan dan Husain, Ali Audah menyebut Fakhitah adalah salah seorang putri paman Rasulullah SAW itu akrab disapa Ummu Hani. Dia dipanggil demikian karena anak pertamanya bernama Hani.

Lamaran Pertama yang Ditolak

Lamaran Muhammad kepada Fakhitah yang pertama terjadi pada saat beliau belum menjadi rasul. “Abu Thalib sudah punya rencana lain untuk putrinya itu,” demikian ungkap Ali Audah dalam bukunya.

Hubairah dari kabilah Bani Makhzum sudah lebih dahulu melamar Ummu Hani. Pria itu masih berkerabat dengan Abu Thalib dari garis ibu. Dia juga dikenal karena kekayaannya dan kepandaian bersyair.

Saat itu, Bani Makhzum berkembang cukup pesat, sedangkan Bani Hasyim, yakni kabilah Abu Thalib dan Muhammad SAW, cenderung berkurang peranannya.

Seperti diketahui, dalam budaya masyarakat Arab ketika itu, jumlah anak laki-laki dipandang penting bagi sebuah kabilah, sebab dari sanalah dapat diukur seberapa besar peranan suatu kabilah.

Abu Thalib beralasan kepada kemenakannya itu bahwa dahulu Bani Makhzum telah mengawinkan gadis-gadisnya kepada Bani Hasyim. “Orang yang telah bermurah hati harus dibalas dengan sikap serupa,” kata Abu Thalib.

Muhammad SAW pun mengartikan kata-kata sang paman sebagai sopan santun bahwa dirinya dinilai belum waktunya menikah, dan beliau menerima keputusan pamannya itu.

Dari hasil pernikahannya dengan Hubairah bin Amr al-Makhzumi al-Quraisyi, Fakhitah memiliki empat orang anak, di antaranya Amr, Ja’dah, Hani, dan Yusuf.

Hubungan Rasulullah SAW dengan Abu Thalib masih sangat erat. Sejak kecil, Muhammad SAW yatim piatu. Ayah Abu Thalib, Abdul-Muttalib, kemudian mengasuh Muhammad SAW hingga wafatnya. Abdul-Muttalib sempat berwasiat kepada Abu Thalib agar merawat cucunya itu sepeninggalan dirinya.

Abu Thalib mengasuh Muhammad SAW, meskipun dalam keadaan miskin dan banyak anak. Kasih sayang dan perlindungan Abu Thalib tidak berkurang sedikit pun kepada Muhammad SAW, bahkan sampai risalah kenabian datang.

Karena Fakhitah bukan jodoh yang ditakdirkan Allah SWT untuknya, Muhammad SAW pun akhirnya menemukan sosok perempuan yang menjadi cinta sejatinya, bahkan menjadi istri pertamanya dan mendampingi dakwah beliau, Siti Khadijah.

Khadijah seorang wanita cantik terhormat, sekaligus kaya raya. Siti Khadijah adalah jodoh yang ditakdirkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, setelah ditakdirkan tidak berjodoh dengan Ummu Hani’.

Dijelaskan dalam kitab Al-Ishobah, setelah Muhammad SAW diangkat menjadi Rasulullah SAW, terjadi peristiwa Fathu Makkah.

Banyak orang berbondong-bondong memeluk Islam. Namun, suami Ummu Hani’ tidak mau ikut masuk Islam, tidak mau bersyahadat, bahkan Hubayroh melarikan diri keluar dari Makkah.

Hubairah bin Amr al-Makhzumi kabur ke Yaman hingga meninggal dunia di sana tanpa memeluk Islam. Dia juga melupakan begitu saja anak dan istrinya di Najran.

Lamaran Kedua yang Juga Ditolak

Sepeninggal suaminya, Fakhitah merawat dan mendidik anak-anaknya seorang diri. Sehingga, Rasulullah SAW bermaksud meminangnya sebagai istri agar anak-anaknya memiliki seorang ayah.

Namun, Fakhitah menolak secara halus dengan menjawab, “Wahai Rasulullah SAW, aku ini perempuan yang sudah tua dan memiliki banyak anak. Aku takut mereka menyakitimu.”

Ummu Hani menolak cinta Rasulullah SAW untuk yang kedua kalinya karena ia lebih memilih anak-anaknya dari pada menelantarkan calon suaminya.

Rasulullah SAW pun mengerti dan mengurungkan niatnya. Namun, ia menyanjung Ummu Hani dengan sebutan, “Sebaik-baik perempuan yang menanggung unta adalah yang paling sayang kepada anak-anaknya yang masih kecil dan yang paling bisa menjaga harta suaminya.”

Makna dari “yang paling sayang terhadap anak-anaknya” adalah seorang ibu yang menyayangi anak-anak dan merawat mereka, mendidik, dan tidak lagi menikah sepeninggal suaminya.

Sementara, makna “Dan yang paling bisa menjaga harta suaminya” adalah seorang istri yang mampu menjaga, mengatur, dan menjaga amanat suami.

Rasulullah SAW sering mengunjungi Ummu Hani di rumahnya dan beristirahat di sana. Rasulullah SAW juga sering menerima pendapat dan pertimbangan dari Ummu Hani, bahkan tak pernah satu kali pun menentang pendapatnya.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer