sukabumiheadline.com – Sosok wanita konten kreator, Kumaila Hakimah, belakangan mencuat dan menjadi perbincangan publik Tanah Air. Meskipun seorang Muslimah, Kumaila dituding banyak kalangan mengajarkan penyimpangan dalam beragama di dalam konten-kontennya.
Namanya kemudian kian dikenal setelah mendapatkan tantangan hafalan AlQuran dari mualaf asal Jawa Timur, Hanny Kristianto. Hanny diduga baper dengan konten-konten yang dibuat Kumaila yang dinilai mualaf itu berbeda dengan keyakinannya. Mualaf itu lalu menantang kemampuan Kumaila.
“Kalau mbaknya beneran hafal Quran saya kasih rumah saya deh.. paling juga cuma berapa surat, ” tulis akun @hannykristianto_id.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tak hanya itu, Hanny juga menyindir Kumaila dengan hadits yang menganjurkan umat Islam untuk mengamalkan AlQuran dalam kehidupan sehari-hari.
Komentar mualaf itu langsung di-notice Kumaila. Ia mem-posting ulang komentar itu sambil menyertakan ijazah resmi tertulis nama Kumaila dan deskripsi yang menyatakan kalau dirinya lulus ujian Tahfizh AlQuran program 30 juz.
Di ijazah itu juga tertulis status kelulusan Kumaila dari Fakultas Ushuluddin, Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir.
“Alhamdulillah tahun baru rumah baruuu. Pernyataan merupakan akad ya. Terima kasih banyak atas kemurahan hatinyaa @hannykristianto_id,” tulis Kumaila di caption.
Kumaila juga bagiin momen tes hafalannya dengan seorang followenya, @ibnulfadani. “Abang @hannykristianto_id kalau mau ngetes langsung juga boleh banget ya,” tulisnya.
Kumaila mengaku jarang mempublikasikan momen hafalannya karena nggak mau mencari validasi dari netizen.
“Bedanya, sekarang seseorang berhutang rumah padaku, kalau begitu kan aku jadi punya tujuan untuk menyiarkan ini,” tulisnya dengan emot ketawa.
Dikasih bukti-bukti, Hanny pun mengakui kekalahannya. Dia mengumumkan rencana menyerahkan Rumah Quran di Bandung kepada Kumaila melalui proses notaris pada Januari ini.
Meski begitu, Hanny tetap menyuarakan ketidaksetujuannya dengan beberapa pernyataan Kumaila yang dianggap kontroversial. Di antaranya, “menghafal AlQuran nggak penting dan hanya jadi bahan marketing”. Juga pernyataan “AlQuran sudah kadaluwarsa, nggak berjilbab nggak masalah, dan tidak masuk neraka,” juga pernyataan Kumaila lainnya.
Melihat konten-kontennya di kanal YouTube yang banyak itu. Mayoritas umat Muslim pasti akan terkaget-kaget, “tidak berjilbab tidak masuk neraka, soal daging babi, soal masturbasi wanita, dan banyak lagi.
Menurutnya, mengharamkan daging babi seharusnya tidak relevan di negeri seperti di Tiongkok. Kumaila pun bercerita mengenai asbabun nuzul-nya. Yakni latar belakang mengapa Islam mengharamkan daging babi.
Menurut Kumaila, babi juga diharamkan oleh agama sebelum Islam. Khususnya agama yang lahir di Timur Tengah seperti Yahudi dan Kristen.
Babi itu, kata Kumala, binatang yang sangat rakus akan air. Ia penyedot air terbanyak. Padahal di tempat lahirnya agama itu sangat sulit mendapat air. Babi membuat binatang lain sengsara. Maka babi dilarang dipelihara. Saking kerasnya larangan itu sampai difatwakan sebagai daging yang haram.
Kumaila heran mengapa haramnya daging babi sampai diilmiah-ilmiahkan: mengandung cacing pita dan kandangnya kotor. Padahal ada binatang yang mengandung penyakit lebih berat dari cacing pita tidak diharamkan. Pun binatang yang lebih kotor dari babi.
Demikian juga soal tidak pakai jilbab. Menurut Kumaila jilbab tidak ada hubungannya dengan neraka. Tidak satu pun ayat AlQuran, kata Kumaila, yang menghubungkan jilbab dengan neraka.
Dan banyak lagi konten lainnya.

Habiskan masa remaja di Sukabumi
Kumaila Hakimah lahir dari keluarga yang religius. Sejak kecil ia sudah dikenalkan dengan bacaan AlQuran oleh ayahnya yang juga seorang intelektual Muslim, Prof Dr Achmad Mubarok. Kumaila sendiri mengaku sudah hafal AlQuran sejak masih umur 12 tahun.
Kumaila enam bersaudara, dia sendiri yang wanita. Sang ayah alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Mulai S-1 sampai S-3. Mubarok sendiri merupakan guru besar pertama untuk Ilmu Psikologi Islam. Ia pernah menjadi dekan fakultas dakwah di almaternya itu.
Informasi dihimpun sukabumiheadline.com, Kumaila menghabiskan masa remaja di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sejak SD hingga SMA, Kumaila menuntut ilmu di Pondok Pesantren As-Syafi’iyah di Jl. Pasekon KM.10, Desa Sukamaju, Kecamatan Sukalarang. Karenanya, tak heran jika sejak remaja ia selalu berhijab.
Namun, ia tidak lagi berjilbab sejak 2019, saat itu usianya 27 tahun, atau satu tahun sebelum bercerai dengan Abdulrohman bin H. Suwandi Abay, di Pengadilan Agama (PA) Bekasi, pada 6 April 2020.
Ketika tamat SMP Kumaila sempat tidak mau langsung masuk SMA. Kumaila menghabiskan waktu satu tahun mengaji informal di Massaratul Muhtadin, di Banten. Lalu pindah ngaji ke Nihayatul Amal di Karawang. Lalu balik ke Sukabumi untuk menamatkan SMA di As-Syafi’iyah.
Kumaila dikenal cerdas sejak sekolah. Dia sering ikut Olimpiade Sains dan Matematika, dan sering juara. Dia juga pernah menjadi guru ngaji. Juga guru Bahasa Arab.
Kumaila kemudian konsentrasi sebagai content creator serta menjadi mentor untuk pelajaran logika dan penalaran umum di sebuah perusahaan bimbingan belajar online.
Penguasaan ilmu agama Kumaila lebih dalam lagi di perguruan tinggi. Kumaila memilih kuliah di Institut Ilmu AlQuran, Jakarta, Jurusan Tafsir AlQuran.
Saat kuliah itulah sikap kritis Kumaila atas ajaran agama mulai mendapatkan tempat. Waktu remaja ia menyimpan begitu banyak pertanyaan. Dia tidak berani mengemukakan. Takut dimarahi. Di kuliahlah semua tanda tanya itu dia carikan jawabnya.
Diruturkan oleh jurnalis senior, Dahlan Iskan, intelektual Islam yang juga Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), juga mantan Rektor UIN Jakarta, Prof Dr Komaruddin Hidayat menyebut Kumaila telah melakukan “pemberontakan”.
“Dia melakukan sebuah pemberontakan dengan penampilan wajah yang cantik, ramah dan pintar. Agama bagi Kumaila telah menyatu dengan budaya. Baru sebatas pemberontak? Belum pemikir Islam?” ujar Prof Komaruddin.
“Potential jadi pemikir dengan modal pengetahuan yang dia miliki. Perlu lebih banyak interaksi dengan arus pikiran zaman agar kian matang dan paradigmatik. Sayang kalau sekadar masuk dalam jajaran penceramah selebriti. Dia punya modal jadi pemikir trend setter,” tambah Komaruddin.