sukabumiheadline.com – Warga Sukabumi, Jawa Barat, tentunya banyak melihat kompleks-kompleks perumahan di kecamatan masing-masing. Baik yang sudah selesai dibangun maupun yang sedang dalam proses pembangunan.
Meskipun kabar terbaru Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menghentikan semua izin pembangunan kompleks perumahan baru, namun sepertinya ke depan akan semakin banyak kompleks perumahan baru yang akan dibangun, meskipun harus melalui proses perizinan yang akan semakin ketat.
Baca Juga: Sejarah singkat RSUD Sekarwangi Sukabumi, berdiri sejak 1932
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Catatan sejarah perkembangan Sukabumi
Kota Sukabumi merupakan suatu wilayah di Jawa Barat yang tergolong mengalami perkembangan pesat. Pada awalnya Sukabumi merupakan pemukiman penduduk bagian dari wilayah pemerintahan District Goenoeng Parang, Onderafdeeling Tjiheulang. bagian dari Afdeeling Tjiandjoer, Residentie Preanger. (Regeerings Almanaks tahun 1872).
Dalam Jurnal Patanjala berjudul Kota Sukabumi: dari Distrik Menjadi Gemeente (1815-1914), Setia Nugraha dan Nina Herlina Lubis, menulis Andries Christoffel Johannes de Wilde, seorang berkebangsaan Belanda yang pertama kali mengenalkan nama Soekaboemi (Soeka Boemi) ke dunia luar. Baca selengkapnya: Hari ini, 111 tahun silam Kota Sukabumi didirikan untuk tempat tinggal warga Belanda
Setia Nugraha, sebagai peneliti sejarah, menulis evolusi Kota Sukabumi dari sisi akademis-historis. Menurutnya, dari sebuah pemukiman, selanjutnya Sukabumi mengalami perkembangan pesat melampaui Cianjur yang sebelumnya berada di depan garis pacu.
“Untuk menjabarkan dinamika Kota Sukabumi (1914-1942), dilakukan kajian historis dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi,” kata Setia dan Nina dalam jurnalnya, dikutip sukabumiheadline.com, Senin (22/12/2025).
Setia dan Nina menyebut penelitiannya fokus pada asal-usul terbentuknya Kota Sukabumi, dinamika pemerintahan, sosial dan ekonomi Kota Sukabumi dan Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan Kota Sukabumi berkembang pesat dari district menjadi gemeente.
Menurutnya, bukan tanpa alasan pejabat dan pengusaha Belanda betah di Kota Mochi, hal itu mengingat posisi Sukabumi yang strategis karena menjadi tempat transit yang menghubungkan Batavia dengan Bandung.
Hingga pada 1 Mei 1926, Mr. George François Rambonnet diangkat menjadi “Burgemeester” hingga 1933. Baca lengkap: Daftar Lengkap Wali Kota Sukabumi Sejak Zaman Hindia Belanda, Hanya Ada Satu Wanita
Pada masa kepemimpinan Rambonnet, banyak dibangun bangunan megah pada masanya. Salah satu bangunan heritage peninggalan Belanda, adalah Gereja HKBP Sektor Sukabumi.
Keberadaan gereja ini terbilang minim diekspos. Padahal, siapa sangka ternyata bangunan dengan desain arsitektur ala Eropa ini merupakan salah satu peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang mendiami kota ini semenjak abad ke-17 hingga 19. Baca selengkapnya: Peninggggalan Belanda, sejarah dan desain interior Gereja HKBP Sukabumi
Baca Juga: Mengenal sejarah 3 zaman Paroki Santo Joseph dan perkembangan Katolik di Sukabumi
Kompleks perumahan pertama di Sukabumi

Pada masa awal berdirinya Gemeente Sukabumi banyak dibangun objek-objek vital seperti stasiun kereta api, masjid, gereja, hingga pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Ubrug. Baca selengkapnya: Mengintip interior dan mengenal sejarah PLTA Ubrug Sukabumi
Kemudian, Centrale (Gardu Induk) Cipoho, Sekolah Polisi Gubermen yang berdekatan dengan lembaga pendidikan Islam tradisionil, Pondok Pesantren (Ponpes) Syamsul ‘Ulum Gunung Puyuh yang didirikan oleh KH Ahmad Sanusi pada 1933. Baca lengkap: Semangat Melawan Penjajahan dan Perjalanan Panjang Syamsul ‘Ulum Sukabumi
Selain itu, kompleks perumahan pertama yang dianggap ikonik dan elit di Sukabumi pada masa Hindia Belanda, adalah Kota Paris atau Kuta Parijs (nama ketika pertama didirikan), juga dibangun di era Rambonnet.
Senada menurut akun Instagram Sukabumi Mesin Waktu, Kota Paris dibangun sekira 1930-an di area Ciaul dan Cipelang, berfungsi sebagai perumahan percontohan dengan arsitektur modern yang sekaligus menjadi gerbang kota.
Kompleks ini terdiri dari puluhan unit rumah dan menjadi penanda area ‘kota’ Sukabumi pada masa itu, dengan nama-nama jalan seperti Jalan Cimandiri dan Halimun.
Sejarah dan karakteristik Kota Paris
Kota Paris selesai dibangun pada sekira 1931 oleh pemerintah Hindia Belanda melalui NV Volkhuisvesting, perusahaan yang dibentuk oleh pemerintah. Lokasi kompleks perumahan ini terbagi menjadi Kota Paris Timur (Ciaul) dan Kota Paris Barat (Cipelang).
Pembangunan kota ini awalnya dirancang sebagai perumahan modern dan bersih, menjadi etalase perumahan elit dengan arsitektur indah. Kini, meskipun banyak bangunan telah berubah, beberapa rumah asli masih ada dan memiliki potensi menjadi cagar budaya.
Untuk informasi, pada awalnya nama “Kota Paris” merupakan julukan, karena kemiripan tata letak dan keindahan arsitektur dengan nama ‘Kota Paris’ di Bogor. Nama ini sudah dikenal sejak awal kemerdekaan, bahkan disebutkan dalam buku perjuangan tahun 1945.
Kini, Kota Paris merupakan bukti sejarah perkembangan kota modern di Sukabumi pada era kolonial Belanda dan memiliki nilai penting dalam sejarah urbanisme lokal.









