Muhammadiyah Susun Kalender Islam Global Tunggal untuk Satu Abad, Ini Penjelasannya

- Redaksi

Senin, 4 Desember 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lambang Muhammadiyah. l Istimewa

Lambang Muhammadiyah. l Istimewa

sukabumiheadline.com l Majelis Tarjih pertama kali didirikan pada 1927 dalam Kongres Muhammadiyah ke-16. Sehingga empat tahun yang akan datang genap satu abad. Dalam momen menyambut usia seabad ini, Ketua PP Muhammadiyah Syamsul Anwar mendorong agar Majelis Tarjih melakukan percepatan dalam menyusun Tafsir At-Tanwir 30 juz.

“Menulis tafsir itu tidak mudah karena harus mengerahkan semua bidang pengetahuan dan kehidupan yang ada seperti agama, ekonomi, pendidikan, hukum, dan lain-lain. Ini memerlukan kerja yang serius,” tutur Syamsul dalam Seminar dan Sosialisasi Kalender Hijriyah Global Terpadu di Universitas Muhammadiyah Mataram, dilansir dari muhammadiyah.or.id.

Selain itu, dalam momen seabad Majelis Tarjih, Syamsul juga berharap Kalender Islam Global Tunggal dapat diimplementasikan. Saat ini, Majelis Tarjih telah menyusun Kalender Islam Global Tunggal untuk jangka waktu 100 tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kalender Islam Global Tunggal 

Syamsul merasa beruntung dengan adanya para ahli falak Muhammadiyah yang tiada henti-hentinya mempromosikan Kalender Islam Global Tunggal ini.

“Di lingkungan Muhammadiyah ada sejumlah akademisi yang mempromosikan Kalender Islam Global Tunggal. Ada Arwin Juli Rakhmadi Butar-butar, ada Prof Tono Saksono, dan masih banyak lagi. Kita berharap kajian-kajian astronomi di lingkungan Muhammadiyah bisa berkembang dan mencapai kemajuan,” tuturnya.

Baca Juga :  Profil AP Hasanuddin, Peneliti BRIN yang Viral Ancam Bunuh Warga Muhammadiyah

Metode Ini Disebut Paling Jitu Beri Kemanfaatan, Syauqi Dorong Setiap Kader Muhammadiyah Jadi Sociopreneur
Cegah Korupsi, Anwar Abbas Berharap Negara Berlakukan Hukuman Tegas yang Memberi Efek Jera

Menurut Syamsul, ada banyak kriteria Kalender Islam Global, tapi tidak semua dari kriteria tersebut yang bersifat “Tunggal”.

Tunggal, kata Syamsul, memiliki prinsip bahwa seluruh dunia mengikuti satu zona tanggal, yang berarti bahwa awal bulan baru dimulai secara serentak di seluruh dunia. Hal inilah yang sedang diperjuangkan Muhammadiyah.

Sementara itu, konsepsi Kalender Islam Global yang lain masih memperlihatkan sisi zonalitas. Konsep kalender ini membagi dunia menjadi beberapa zona tanggal, seperti bizonal, trizonal, atau quadrozonal, di mana awal bulan baru pada bulan tertentu dapat dimulai pada hari yang berbeda di zona yang berbeda.

“Problem mendasar dari kriteria Kalender Islam Global Zonal ialah akan terjadinya perbedaan dalam menyikapi tanggal-tanggal penting umat Islam terutama persoalan puasa Arafah yang jatuh pada 9 Zulhijah. Inilah problem dari Kalender Islam Global Zonal,”

Syamsul mengutip keluhan Rasyid Ridha di dalam Majalah Al Manar. Menurutnya, umat Islam tidak dapat melakukan selebrasi keagamaan secara serempak.

Keluhan Rasyid Ridha ini akhirnya pada tahun 1939 dijawab seorang ahli hadis dari Mesir yaitu Ahmad Muhammad Syakir yang mengusulkan agar kalender itu bersifat global, bukan lokal atau nasional. “Orang pertama yang punya perhatian pada Kalender Islam Global justru ahli hadis, bukan ilmu falak,” terangnya.

Baca Juga :  Nasabnya ke Nabi SAW, Leluhur Pendiri NU dan Muhammadiyah Nikahi Putri Prabu Siliwangi

Dalam karyanya yang berjudul “Awa’il al-Syuhur al-‘Arabiyyah”, Syakir menyatakan bahwa awal bulan tidak seharusnya berbeda karena perbedaan wilayah dan jarak antar tempat, meskipun waktu tenggelamnya bulan dapat berbeda.

Pada 1998, parameter Syakir ini diadopsi oleh kalender Ummul Qura. Kriterianya menyatakan bahwa bulan baru akan dimulai jika ijtimak (pertemuan hilal dan matahari) terjadi sebelum matahari tenggelam di Mekah atau di negeri-negeri Islam yang bersekutu dalam sebagian malam dengannya.

Namun, konsep dari Syakir ini tidak dapat diterima karena menjadikan Mekkah matlak. Hal ini kemudian dikoreksi Jamaluddin ‘Abd ar-Raziq dalam karyanya yang berjudul “At-Taqwim al-Qamary al-Islamy al-Muwahhad”.

Kitab yang ditulis pada tahun 2004 ini kemudian diterjemahkan Syamsul Anwar dengan judul “Kalender Kamariah Islam Unifikatif Satu Hari Satu Tanggal di Seluruh Dunia”.

Menurut ‘Abd-Raziq, ada Ada beberapa prinsip dasar yang harus diterima secara normatif untuk membuat sebuah kalender kamariah: hisab sebagai dasar (i’timad al-hisab), transfer visibilitas hilal (naql imkanurrukyah), semua bumi adalah satu matlak (ittihad al-mathali’), dan dijadikannya waktu tengah malam di garis tanggal internasional sebagai awal waktu dan tempat permulaan hari. Kalender tipe inilah yang saat ini sedang diperjuangkan Muhammadiyah.

Berita Terkait

Foto-foto Ruben Onsu shalat di Sukabumi untuk pertama kali usai mualaf
Hukum menikah bulan Syawal, awalnya dinilai sial sebab unta mengangkat ekornya
Reinwardt pendaki pertama Gunung Gede, sekarang ditutup karena aktivitas vulkanik meningkat
Fatimah Al-Fihri, pendiri universitas tertua di dunia dan pengaruhnya di bidang pendidikan
Alasan Ruben Onsu mualaf, Shalat Ied bareng Igun dan bangun mushala di Sukabumi
Muslim Sukabumi mau puasa Syawal? Ini tanggal, fadhilah dan panduan lengkapnya
Mengenang Gatot Taroenamihardja, Jaksa Agung RI pertama tokoh antikorupsi dari Sukabumi
Hasil rukyatul hilal di Sukabumi, 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin 31 Maret 2025

Berita Terkait

Selasa, 8 April 2025 - 01:15 WIB

Foto-foto Ruben Onsu shalat di Sukabumi untuk pertama kali usai mualaf

Sabtu, 5 April 2025 - 14:00 WIB

Hukum menikah bulan Syawal, awalnya dinilai sial sebab unta mengangkat ekornya

Kamis, 3 April 2025 - 00:01 WIB

Reinwardt pendaki pertama Gunung Gede, sekarang ditutup karena aktivitas vulkanik meningkat

Selasa, 1 April 2025 - 20:44 WIB

Fatimah Al-Fihri, pendiri universitas tertua di dunia dan pengaruhnya di bidang pendidikan

Senin, 31 Maret 2025 - 21:56 WIB

Alasan Ruben Onsu mualaf, Shalat Ied bareng Igun dan bangun mushala di Sukabumi

Berita Terbaru