sukabumiheadline.com – Harian berbahasa Ibrani Maariv melaporkan, beberapa jam setelah serangan balasan Iran terhadap negara Zionis, jumlah warga Israel yang membutuhkan bantuan psikolog melonjak hingga 350%.
Surat kabar tersebut mengutip data dari Asosiasi Pusat Trauma Israel, yang membantu mereka yang terkena dampak trauma mental terkait perang.
Menurut Direktur Jenderal Pusat Trauma Israel, Efrat Shafrut, warga Zionis di seluruh wilayah pendudukan membanjiri saluran telepon, menggambarkan gejala-gejala seperti serangan panik, gemetar, menangis, detak jantung meningkat, dan kecemasan ekstrem.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Shafrut menambahkan, “Orang-orang menelepon dan mengatakan mereka kehilangan kendali dan terlalu takut untuk meninggalkan tempat penampungan.”
Para analis berpendapat, intensitas dan skala operasi Iran telah menciptakan dampak psikologis yang belum pernah terjadi sebelumnya pada pemukim ilegal Israel, terutama karena ini menandai pertama kalinya sejak 1948 warga Israel berada di bawah serangan rudal langsung dan berkelanjutan jauh di dalam wilayah Israel.
Selama tiga hari berturut-turut, publik Israel terbangun dalam keadaan takut dan bingung, dengan media Ibrani beralih dari retorika perang yang biasa ke liputan penuh tentang cedera, pemandangan kehancuran, dan rumah sakit yang kewalahan.
Mereka yang menonton televisi Israel sekarang melihat perubahan dramatis dalam nada. Komentator telah mengganti slogan-slogan pencegahan dan didominasi dengan diskusi tentang bangunan yang runtuh, keluarga yang mengungsi, korban sipil, dan kondisi jiwa publik yang sangat terguncang.
Transformasi ini menggarisbawahi dampak psikologis yang mendalam yang ditimpakan pada entitas Zionis setelah tanggapan Iran yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap agresi Israel.