Penyemprotan Disinfektan di Sukabumi Tanpa Alasan Ilmiah, Fitra: Memerintah Tanpa Akal

- Redaksi

Kamis, 8 Juli 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penyemprotan disinfektan di Kota Sukabumi. | Foto: BPBD Kota Sukabumi

Penyemprotan disinfektan di Kota Sukabumi. | Foto: BPBD Kota Sukabumi

SUKABUMIHEADLINES.com – Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Jawa Barat menilai pemerintah harus memberi penjelasan ilmiah kepada publik soal penyemprotan disinfektan di Sukabumi pada masa PPKM Darurat.

Direktur Fitra Jawa Barat, Abubakar Abdul Hasan mengatakan, pandemi Covid-19 merupakan ancaman kesehatan dan berdampak pada kerentanan ekonomi. Sehingga selain PPKM, seharusnya pemerintah juga memperhatikan kerentanan sosial yang diakibatkan oleh Covid-19.

“Alokasi anggaran untuk pengamanan, penyemprotan disinfektan sebaiknya direalokasi untuk penanganan kesehatan dan pemberian bantuan sosial,” kata pria yang akrab disapa Abah Amo itu saat diwawancarai sukabumiheadlines.com, Kamis, 8 Juli 2021.

Ia menjelaskan, upaya pencegahan yang dinilai tidak efektif seharusnya perlu dipangkas agar tidak membuang-buang uang. Sebab, semua orang tidak pernah tahu pandemi kapan pandemi ini akan berakhir.

“Berapa banyak uang lagi yang masih dibutuhkan untuk mengatasi pandemi beserta dampak-dampaknya. Pemerintah kita melakukan penyemprotan disinfektan tidak ada alasan ilmiahnya tapi masih dilakukan. Penghamburan anggaran. Memerintah tanpa akal,” ucap Amo.

Baca Juga :  Atap Rumah Milik Esih, Warga Cidahu Sukabumi Hancur

Menurutnya, uang dan sumber daya yang ada semestinya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Jika memang menurut penelitian disinfeksi itu tidak efektif, seharusnya otoritas terkait memberikan instruksi untuk menghentikan kegiatan tersebut mulai dari level paling atas hingga paling bawah. “Dengan begitu, uang yang ada bisa dimanfaatkan hal lain yang lebih berguna,” imbuhnya.

“Kalau soal efektifitas penyemprotan disinfektan saya tidak akan mengomentari lebih jauh. Tapi seingat saya beberapa pendapat virologi mengatakan itu tidak efektif,” katanya lagi.

“Pemerintah harus menjelaskan alasan ilmiah atas penyemprotan disinfektan dan seberapa efektifnya. Jika tidak penyemprotan dimaksud hanya hanya bagian dari pembenaran dan ‘show of force’ soal kedarutan Covid-19,” pungkasnya.

Berita Terkait

Jumlah penduduk miskin 5 tahun terakhir, Kabupaten Sukabumi naik, kota turun
Menghitung luas dan jumlah penduduk Kota Sukabumi jika ditambah 7 kecamatan terdekat
10 kecamatan terluas dan tersempit, luas Kabupaten Sukabumi berbanding jumlah penduduk
Dasar pencopotan Marwan Hamami dan profil Denas, PLT Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Sukabumi
86 ribu IRT di Kabupaten Sukabumi tak ikut KB karena ingin punya anak, tapi hanya 19 ribu hamil
Bantah PK, DPD Jabar: Asep Japar penuhi syarat jadi Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Sukabumi
Membanding volume panen tanaman perkebunan di Sukabumi, teh tak lagi juara dunia
Membanding jumlah Wanita Sukabumi menurut jenis pekerjaan

Berita Terkait

Senin, 12 Mei 2025 - 03:35 WIB

Jumlah penduduk miskin 5 tahun terakhir, Kabupaten Sukabumi naik, kota turun

Senin, 5 Mei 2025 - 01:05 WIB

Menghitung luas dan jumlah penduduk Kota Sukabumi jika ditambah 7 kecamatan terdekat

Senin, 5 Mei 2025 - 00:01 WIB

10 kecamatan terluas dan tersempit, luas Kabupaten Sukabumi berbanding jumlah penduduk

Minggu, 4 Mei 2025 - 00:26 WIB

Dasar pencopotan Marwan Hamami dan profil Denas, PLT Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Sukabumi

Kamis, 1 Mei 2025 - 04:34 WIB

86 ribu IRT di Kabupaten Sukabumi tak ikut KB karena ingin punya anak, tapi hanya 19 ribu hamil

Berita Terbaru

Bupati Sukabumi Asep Japar - Istimewa

Eksekutif

Profil Asep Japar: Bupati Sukabumi ke-19 termiskin di Jawa Barat

Minggu, 11 Mei 2025 - 17:16 WIB