28.3 C
Sukabumi
Selasa, April 23, 2024

Tebing Palagan Bojongkokosan Sukabumi longsor timpa jalan

sukabumiheadline.com - Musibah longsor terjadi di kawasan...

Sempat Benci Suara Adzan, Julie Akhirnya Mualaf di Usia 10 Tahun

NasionalSempat Benci Suara Adzan, Julie Akhirnya Mualaf di Usia 10 Tahun

sukabumiheadline.com l Kisah wanita mualaf ini berawal dari benci mendengar suara adzan. Namun, setelah menjadi mualaf justru begitu merindukan panggilan sholat itu.

Julie Prastini, kala itu masih berumur 10 tahun saat saat memutuskan memeluk Islam. Diakui Julie, sempat merasakan kebencian pada agama Islam.

Satu hal yang dibencinya dari Islam, adalah adzan. Panggilan shalat itu membuatnya merasa terganggu. Julie yang kini berusia 19 tahun, merasa heran mengapa ibadah agama Islam harus didahului dengan adzan.

“Dulu saya nggak suka denger adzan. Dulu saya mikir, ngapain sih orang mau solat diteriak-teriakin. Apaan sih orang mau ibadah diteriakin. Saya aja nggak pernah ada yang koar-koar ke gereja kok. Itu kayak ganggu masyarakat. Saya nggak suka itu doang (dari Islam dulu),” kata Julie dikutip sukabumiheadline.com dari kanal YouTube Ape Astronout, Jumat (25/2/2022).

Diakuinya, ia memeluk Islam di usia 10 tahun lantaran mengikuti sang ibu yang juga seorang mualaf. Keputusan ibunya menjadi mualaf mengejutkan banyak pihak, terutama keluarganya yang mayoritas beragama nasrani.

“Waktu itu mama saya juga baru mualaf. Di keluarga saya itu ya Chinese dan semuanya agak beragama Kristen. Kaget dong. Lho kok masuk Islam gitu. Waktu itu masih masuk Islam sendiri itu mama saya, dua tahun pertama sendiri. Jadi saya sama adik belum masuk Islam,” ujarnya.

Dua tahun pertama menjadi mualaf, sang ibu menjalankan ibadah seorang diri, mulai dari shalat, puasa Ramadhan, hingga lebaran. Selang dua tahun, Julie dan adiknya memutuskan mengikuti agama yang dianut sang ibu.

Namun, sang ibu kebingungan bagaimana mengajarkan anak-anaknya mengenai agama Islam lantaran ia sendiri masih minim ilmu agama.

Sang ibu yang belajar Islam dari seorang ustadzah, disarankan mendaftarkan Julie dan adiknya ke pesantren. Dengan harapan, Julie dan adiknya mendapat ilmu agama yang memadai dan melebihi sang ibu. Alih-alih merasa semangat, Julie justru merasa ‘dibuang’ jika harus masuk pesantren.

“Baru satu bulan masuk Islam, saya langsung ke pesantren. Berasa mau dibuang,” kenang Julie.

Namun, ibunda Julie tak kenal lelah untuk meyakinkan Julie agar mau masuk pesantren dan menimba ilmu di sana. Julie yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu merasa syok.

Setelah mendengar penjelasan dari ibunya, Julie akhirnya mau masuk pesantren namun hanya dalam rentang setahun.

“Akhirnya pas udah mau lulus baru-baru kerasa kayak ini perasaan (kata mama) seminggu seminggu seminggu seminggu, sampai lulus kelas 6,” tuturnya.

Lulus dari sekolah dasar, Julie yang belum merasa betah di pesantren pun menepis permintaan ibunya untuk lanjut ke sekolah menengah pertama di pesantren. Menurut Julie, ia tak dapat membantah lantaran sang ibu sudah terlanjur mendaftarkan ke pesantren. Ia beralasan bahwa dirinya mudah sakit sehingga tak bakal kuat di pesantren.

“Akhirnya coba di pesantren di Cikarang, seminggu pertama bener-bener sakit demam. Karena di sana nggak ada tidur siang, pas bangun sebelum subuh, langsung full kegiatannya, hafalan Quran, sampai tidur lagi jam 10-11 malam,” jelasnya.

Julie pun dipindahkan ke pesantren lain yang lebih longgar sistem belajarnya sehingga waktu istirahatnya masih cukup banyak. Namun, ia masih belum merasa betah dan sang ibunda melakukan trik agar Julie bisa betah dengan tak menjenguknya selama beberapa pekan. Ibundanya berpesan, bahwa tak akan dijenguk hingga Julie merasa betah di pesantren.

“Terus tiba-tiba ngomong, ‘Udah nggak mau sekolah, saya maunya hafal Al-Quran aja’. Nggak tahu omongan dari mana itu tiba-tiba,” celetuknya.

Hingga akhirnya, Julie mengaku betah meski kerap meminta dipindahkan dari pesantren tempatnya menimba ilmu. Namun tanpa terasa, Julie nyaris lulus sekolah menengah dan telah menghafal Al-Quran sesuai niat awalnya.

“Pokoknya mama saya tuh punya cara buat saya mau di pesantren. Saya nggak bisa berbakti apa-apa ke orangtua saya. Di pesantren, senakal-nakalnya anak nggak akan sebaik-baiknya anak-anak di luar,” ungkapnya.

Diakuinya, selama di pesantren, ia telah belajar bahwa agama Islam memiliki konsep ‘merangkul’ yang membuatnya nyaman. Jika awal dulu Julie adalah sosok yang egois, Julie kini sudah sangat peka terhadap sesama.

“Paling penting, benerin gimana ngadep ke Allah SWT. Di sini saya kenal Allah, ngafal (Quran) pakai hati. Ayatnya ngena banget. Saya mentadaburri ayat-ayatnya,” katanya.

Bahkan, Julie yang sudah betah di pesantren mulai shalat dan ibadah dengan khusyu’, sampai-sampai kerap menangis ketika shalat. Julie pun merasakan perubahan ketika mengenal dan merasakan kehadiran Allah SWT melalui kemudahan rezeki.

“Benar-benar ngerasa islam itu indah. Agama yang indah, saling ngerangkul. Shalat jamaah aja Allah SWT nyatuin umatnya. Kenal nggak kenal, shalat aja. Baru ngerasa kaya Allah SWT tuh ada ngerangkul Julie dan keluarga juga,” papar Julie.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer