Sosok pengisi kekosongan Raja Sunda usai Perang Bubat, serang balik Majapahit

- Redaksi

Sabtu, 11 Mei 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi serangan balasan tentara Kerajaan Sunda ke Majapahit - Istimewa

Ilustrasi serangan balasan tentara Kerajaan Sunda ke Majapahit - Istimewa

sukabumiheadline.com – Pasca-peristiwa Perang Bubat, Kerajaan Majapahit disebutkan mendapat serangan balik dari Kerajaan Sunda. Serangan tersebut sebagai balasan atas kematian raja dan dan putri Sunda dalam peristiwa berdarah tersebut. Baca lengkap: Raja Sunda Dijebak, Ini Alasan Gajah Mada Enggan Menyerang Langsung Pajajaran Secara Militer

Kematian Raja Sunda, putri dan para pejabat penting itu nyaris membuat Kerajaan Sunda runtuh, sebelum kemudian pemerintahannya diambil alih oleh Patih Mangkubumi Hyang Bunisora.

Tak pelak sang Patih langsung memberikan instruksi khusus kepada rakyatnya agar tidak boleh menikah dengan orang Jawa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sang raja mengeluarkan peraturan esti larangan ti kaluaran yang di antaranya berisi larangan menikah dengan luar lingkungan kerabat Sunda atau dengan pihak timur dari Kerajaan Sunda, Kerajaan Majapahit.

Perang Bubat 1279 Saka: Membongkar Fakta Kerajaan Sunda vs Kerajaan Majapahit
Buku Perang Bubat 1279 Saka: Membongkar Fakta Kerajaan Sunda vs Kerajaan Majapahit – Mizan

Kisah tersebut sebagaimana dikutip dari “Perang Bubat 1279 Saka: Membongkar Fakta Kerajaan Sunda vs Kerajaan Majapahit“. Baca lengkap: Intrik dalam Kerajaan Sunda, Raja Galuh Langgar Larangan Nikahi Wanita Jawa

Konon, ada satu kisah yang tertuliskan di Prasasti Horren, yang ditemukan di wilayah Kediri selatan, yang saat ini tepatnya berada di Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung. Wilayah Horren ini merupakan salah satu wilayah penting Kerajaan Majapahit kalau itu.

Baca Juga :  Sulit Ditaklukan Majapahit, Meski Kecil Pajajaran Bukan Kerajaan Lemah

Prasasti di atas lembar keping tembaga berukuran panjang 32,6 sentimeter dan lebar 10,6 sentimeter, pasca-Perang Bubat tahun 1357. Pada prasasti tersebut mencatat perihal serangan Kerajaan Sunda, yang menghancurkan wilayah Horren yang merupakan wilayah penting di Majapahit.

Prasasti tersebut dikeluarkan pasca Perang Bubat, atau pada 1357, dan oleh peneliti sejarah asal Belanda W.F. Stutterheim pun memiliki persepsi bahwa selepas Perang Bubat, Kerajaan Sunda melakukan serangan balasan terhadap Majapahit.

Tetapi tidak dijelaskan waktu itu Sunda di bawah pemerintahan Prabu Bunisora Suradipati atau Niskala Wastu Kancana. Baca lengkap: Pemicu Perang Bubat dan Perselisihan Sunda-Jawa, Kecantikan Dyah Pitaloka Citraresmi Disebut Cocok Jadi Artis

Dugaan Stutterheim bahwa Prasasti Horren menceritakan perihal serangan Sunda terhadap Majapahit, mengacu pada petikan kalimat yang tertulis dengan menggunakan gaya bahasa pada era Majapahit: “Ring kaharadara, nguniweh an dadyan tumangga – tangga datang nikanang catru Sunda” yang artinya kerusakan yang tiba-tiba, lagi pula secara mendadak datanglah musuh (dari) Sunda.

Menurutnya, serangan Sunda itu dilakukan dengan teknik senyap, dan langsung menyasar pada jantung Kota Raja Majapahit.

Baca Juga :  Kisah Raja Tamperan, Penguasa Tatar Sunda yang Hobi Selingkuh

Disebutkan, tentara Sunda mendarat dengan tiba-tiba di Horren, di wilayah utara Kadiri, yang letaknya tak terlalu jauh dari Kota Raja Majapahit. Suatu wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Trowulan.

Pendapat tersebut memang bisa diterima logika, serangan Sunda bisa meluluhlantakkan wilayah Horren, karena Hayam Wuruk mempensiunkan Mahapatih Amangkubhumi atau Gajah Mada secara halus. Berita Terkait: Gegara Mojang Sunda, Mahapatih Gajah Mada Diusir Raja Majapahit

Hal ini membuat pasukan Bhayangkara yang berada di bawah kendali Gajah Mada mulai melemah. Sehingga Majapahit dengan angkatan darah dan lautnya dibuat kerepotan saat menghadap serangan Kerajaan Sunda.

Tetapi serangan balasan Sunda ke Majapahit ini masih menjadi misteri. Para sejarawan menentang pendapat Stutterheim itu, mereka beranggapan Sunda tidak pernah menyerang Majapahit.

Mengingat Perang Bubat dikisahkan pada Kidung Sundayana, Kidung Sunda, Serat Pararaton, Carita Parahyangan, Babad Dalem, dan Hikayat Sang Bima, meragukan itu.

Berita Terkait

4 persamaan Sunni dan Syiah versi Ayatollah Khamenei dan cara Barat pecah belah Muslim
Masa kecil, kontroversi hingga gelar akademik Syahrini: Dari Sukabumi ke Festival Film Cannes 2025
Kapan Israel hancur? Ini penjelasan tafsir ulama
Profil RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang milik FK Unsri, didirikan dokter asal Sukabumi
Profil Mohammad Ali, Menkes ke-5 RI asal Sukabumi dan pencetus fakultas kedokteran
5 fakta Grand Inna Samudra Beach Sukabumi: Sejarah, biaya pembangunan, arsitek hingga kamar sakral
Mengenal keunggulan Ponpes Al Firdaus Sukabumi, tempat alumni Gontor mengabdi
Kisah Ani Adiwijaya, rahimnya anak-anak Sukabumi hingga jadi dirut BUMN dan menteri

Berita Terkait

Rabu, 25 Juni 2025 - 15:01 WIB

4 persamaan Sunni dan Syiah versi Ayatollah Khamenei dan cara Barat pecah belah Muslim

Selasa, 24 Juni 2025 - 04:03 WIB

Masa kecil, kontroversi hingga gelar akademik Syahrini: Dari Sukabumi ke Festival Film Cannes 2025

Minggu, 22 Juni 2025 - 04:40 WIB

Kapan Israel hancur? Ini penjelasan tafsir ulama

Sabtu, 21 Juni 2025 - 16:00 WIB

Profil RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang milik FK Unsri, didirikan dokter asal Sukabumi

Sabtu, 21 Juni 2025 - 12:48 WIB

Profil Mohammad Ali, Menkes ke-5 RI asal Sukabumi dan pencetus fakultas kedokteran

Berita Terbaru