24.1 C
Sukabumi
Jumat, April 19, 2024

Yamaha Zuma 125 meluncur, intip harga dan penampakan detail motor matic trail

sukabumiheadline.com - Yamaha resmi memperkenalkan Zuma 125...

Ternyata Ini Penyebab Ledakan Tabung CNG di Cibadak Sukabumi, Kepsek SD Korban Tewas

sukabumiheadline.com l Peristiwa pilu meledaknya tabung gas...

Terlibat Kriminal dan Korupsi, Kepercayaan Publik Thailand terhadap Biksu Menurun

InternasionalTerlibat Kriminal dan Korupsi, Kepercayaan Publik Thailand terhadap Biksu Menurun

SUKABUMIHEADLINES.com l Kepercayaan warga Thailand terhadap praktisi Buddhisme menurun karena setiap bulan ada saja ‘oknum’ biksu ditangkap polisi.

Seperti pada Juni 2020, seorang perempuan sedang hamil dibunuh setelah mengalami kecelakaan fatal di Provinsi Buriram, kawasan timur laut Thailand.

Lelaki yang menabrak mobil dan membunuh penumpangnya tertangkap polisi tak lama setelah kejadian. Pria 59 tahun itu adalah biksu kepala di salah satu biara Buddha terbesar Buriram.

Kepada penyidik, pria itu mengaku terpaksa membunuh karena perempuan yang hamil itu memerasnya. Jika dia tidak memberinya uang, perempuan itu mengancam akan bercerita ke orang-orang kalau mereka punya hubungan gelap.

Masyarakat terkejut, karena sang pemuka agama bukan cuma terlibat perselingkuhan, namun juga melakukan pembunuhan berencana.

Kemudian, Maret 2022, Luang Pu Tuanchai, biksu yang cukup tenar di Thailand karena dianggap umat memiliki kesaktian, ditahan polisi karena kepergok mabuk saat menyetir dan melanggar lampu merah, serta terbukti menyimpan narkoba.

Kemudian pada Januari lalu, biksu lain dipecat dari kepengurusan Thai Sangha karena menjual sabu-sabu ke anak muda yang tinggal dekat biara.

Pakar menyebut rentetan kasus yang mencoreng citra para biksu mulai mengikis kepercayaan masyarakat terhadap jinstitusi Buddhisme di Thailand.

Sikap tak karuan oknum biksu tersebut berdampak serius bagi bangsa Thailand, mengingat Buddha merupakan agama resmi kerajaan dan dianut sekitar 93 persen warganya.

Ada sekira 300 ribu biksu di Thailand dan rutin mendapat donasi masyarakat, karena dianggap tokoh panutan berkat sikap welas asih dan kebersahajaannya mengikuti ajaran Siddharta Gautama.

Katewadee Kulabkaew, peneliti isu Buddhisme dan politik Thailand dari Institute of Southeast Asian Studies, dilansir VICE World News, mengatakan, materi disebut menjadi godaan paling besar karena bagi para biksu di Thailand.

Meskipun mereka seharusnya sudah bersumpah melepas hasrat duniawi, tapi total donasi warga yang diterima seluruh biara tiap tahun rata-rata mencapai US$2,8 miliar. Donasi sebesar itu jarang sekali diikuti laporan keuangan yang transparan.

Sudah jadi rahasia umum bila beberapa petinggi biara di kota besar Thailand memiliki aset serta bermewah-mewahan, dengan dalih fasilitas dari umat untuk memudahkan dakwah.

Wirapol Sukphol, biksu yang pernah viral di YouTube pada 2013, karena pamer naik jet pribadi, menenteng tas desainer mewah, serta memamerkan tumpukan uang tunai. Video itu memicu kecaman masyarakat Thailand, berujung pada pemeriksaan polisi.

Sukhpol belakangan terbukti melakukan pencucian uang dan terlibat pelecehan seksual. Meskipun Sukhpol akhirnya dihukum 114 tahun, tapi sepertinya tidak membuat biksu nakal lain segera bertobat.

“Jujur saja, masalah ini seharusnya bisa diredam kalau pengurus Thai Sangha kompeten menjalankan tugasnya,” ujar Kulabkaew.

Sebagai agama mayoritas, pemerintah Thailand tidak berani mengintervensi cara kerja organisasi Buddha. Padahal, syarat untuk menjadi biksu di Thailand sangat longgar. Semua otoritas pengaturan biksu ada pada Thai Sangha.

“Sangat mungkin bila sebagian biksu itu sebenarnya punya catatan kriminal serius sebelum bergabung dengan biara dan tidak memiliki keinginan bertobat,” tudingnya.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer