sukabumiheadline.com l Rilis hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA terbaru menunjukkan terjadi penurunan elektabilitas calon presiden (capres) dari PDI-P Ganjar Pranowo.
Adapun survei LSI dilakukan terhadap 1.200 responden dengan teknik wawancara tatap muka menggunakan kuesioner pada 3-14 Mei 2023.
Survei dengan metode multi stage random sampling ini memiliki margin of error sebesar lebih kurang 2,9 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, ada tiga hal yang membuat elektabilitas Ganjar turun pada survei pada Mei 2023.
Diketahui, survei terakhir LSI Denny JA memperlihatkan Prabowo Subianto berada di posisi teratas dengan angka 33,9 persen, Ganjar Pranowo di angka 31,9 persen dan Anies Baswedan di angka 20,8 persen.
“Kami menemukan setidaknya ada tiga alasan kuat yang mempengaruhi mengapa elektabilitas Pak Ganjar menurun,” kata Adjie dalam paparan survei, Jumat (19/5/2023) lalu.
1. Penolakan terhadap Timnas Israel
Pertama, kata Adjie, turunnya elektabilitas Ganjar Pranowo disebabkan oleh batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 2023.
Menurutnya, dalam survei LSI Denny JA memperlihatkan ada 72 persen publik yang kecewa Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U20.
Sedangkan, Ganjar dinilai publik menjadi salah satu tokoh yang menolak Israel bermain di Indonesia. Penolakan ini dianggap menjadi salah satu pertimbangkan FIFA membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20.
“Pernyataan Pak Ganjar yang viral kemudian dikaitkan oleh publik menjadi penyebab batalnya Indonesia sebagai tuan rumah ” jelas Adjie.
“Oleh karena itu, siapa yang paling disalahkan, urutan pertama Pak Ganjar, urutan kedua Ibu Megawati, urutan ketiga PDI-P,” tambahnya.
2. Petugas Partai
Sementara, hal kedua yang membuat elektabilitas Ganjar turun adalah persepsi publik terhadap personality Gubernur Jawa Tengah yang disebut sebagai petugas partai saat dideklarasikan sebagai capres tersebut.
Publik menilai, Ganjar Pranowo bukan tipe pemimpin yang kuat lantaran dibayang-bayangi oleh Partainya.
“Pak Ganjar dinilai sebagai pemimpin yang tidak mampu mengambil keputusan sendiri karena keputusan Pak Ganjar harus dikonsultasikan atau harus direstui oleh pihak yang memberi surat tugas, dalam hal ini Ketua Umum PDI-P,” kata Adjie.
3. Minim Prestasi
Adapun, alasan ketiga karena publik menilai kinerja Ganjar Pranowo menangani kemiskinan di Jawa Tengah buruk.
Data menunjukan bahwa Jawa Tengah adalah provinsi kedua termiskin di pulau Jawa dengan presentase kemiskinan sebesar 10.98 persen.
Adapun kemiskinan di Jawa Tengah juga melampaui prosentase rata-rata kemiskinan nasional. Tahun 2022, rata-rata kemiskinan nasional sebesar 9.57 persen.
“Sebagai gubernur dua periode Jawa Tengah, Pak Ganjar dianggap gagal menangani isu kemiskinan. Padahal, isu kemiskinan ini dalam survei yang kita lakukan dari tahun ke tahun adalah isu prioritas,” ujar Adjie.