sukabumiheadline.com – Sukabumi adalah salah satu kota di Jawa Barat yang terkenal akan keindahan panorama alamnya dan cuacanya yang sejuk. Namun siapa sangka, kota ini juga menyimpan cerita sejarah memilukan, yakni menjadi tempat pengasingan dan penahanan bagi beberapa tokoh nasional.
Sukabumi memang dikenal strategis secara geografis karena tergolong dekat dari Batavia (Jakarta). Kota ini berbatasan langsung dengan Bogor, diapit oleh Gunung Gede-Pangrango yang membuatnya dinilai aman sebagai pengasingan.
Lantas siapa sajakah tokoh nasional yang pernah diasingkan di Sukabumi?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berikut daftarnya dirangkum dari sukabumixyz.com, media jejaring sukabumiheadline.com.
1. Mohammad Hatta

Wakil Presiden RI pertama ini lebih dikenal dengan panggilan Bung Hatta. Bapak Proklamator ini adalah tokoh nasional yang bernama lengkap Drs Mohammad Hatta, lahir di Minangkabau 12 Agustus 1902 itu pernah mendekam di pengasingan Sukabumi.
Pada tahun 1941, tepatnya setelah Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor, Jepang menguasai sejumlah daerah di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Karena khawatir para tokoh politik yang dibuang pemerintah kolonial Belanda dimanfaatkan oleh Jepang untuk membangun kerja sama, Bung Hatta dan Bung Sjahrir yang saat itu tenga diasingkan di Banda Neira segera dipindahkan ke Sukabumi.
Bung Hatta dikenal sebagai seorang yang mencintai buku, kalimat terkenal dari Bung Hatta; “Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.”
Bahkan di pengasingannya, Bung Hatta tak pernah lepas dari buku. Beliau membawa serta buku-bukunya saat pindah dari Banda Neira ke Sukabumi. Meski pada akhirnya Bung Hatta harus mengalah untuk mengurangi buku-buku yang beliau bawa sebanyak bobot 3 anak angkat Bung Sjahrir karena kelebihan muatan pesawat yang mereka tumpangi.
Berita Terkait: Mengenal Cagar Budaya Rumah Tahanan Bung Hatta-Sjahrir di Sukabumi
2. Sutan Sjahrir

Sutan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada 5 Maret 1909. Beliau sosok pendiri bangsa yang punya kemampuan diplomasi yang luar biasa. Bung Sjahrir juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Indonesia.
Bersama Bung Hatta, Bung Sjahrir dipindahkan dari tempat pengasingan di Banda Neira ke Sukabumi. Tak pergi seorang diri, Bung Sjahrir membawa serta ketiga anak angkatnya dari Banda Neira ke Sukabumi.
Karena beban maksimal pesawat yang mengangkut mereka saat itu terbatas, Bung Hatta merelakan untuk mengurangi jumlah buku yang ia bawa seberat timbangan tiga anak angkat Bung Sjahrir. Wah, keren sekali ya, kepribadian bapak-bapak pendiri bangsa kita.
Baca Juga: Dari Sukabumi Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir Prediksi Kehancuran Hindia Belanda
3. dr. Cipto Mangoenkoesoemo

dr Tjipto Mangoenkoesoemoinfo gambar
dr. Cipto ialah seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia yang lahir di Jepara 4 Maret 1886. Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.
dr Cipto juga aktif dalam Indische Partij, suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat. Karena ide dan gerakannya, beliau dianggap berbahaya oleh Belanda.
Pada 16 Desember 1927, dr. Cipto dibuang pemerintah kolonial ke Banda Neira dengan tuduhan membantu pemberontakan pihak komunis. Di Banda, dr. Cipto bersama Iwa Kusuma, Hatta dan Sjahrir sering berkumpul dan secara perlahan menyalakan gelora nasionalisme masyarakat Banda.
Pada masa pengasingan, penyakit asma dr Cipto kambuh. Ketika dr. Cipto diminta untuk menandatangani perjanjian bahwa dia dapat pulang ke Jawa dengan melepaskan hak politiknya, dr. Cipto menolak dengan tegas. Beliau mengatakanbahwadirinya lebih baik mati di Banda daripada harus melepaskan hak politiknya. Wah, luar biasa ya.
dr. Cipto kemudian dipindahkan ke Bali, Makasar, sebelum pada 1940, dipindahkan ke Sukabumi. Beliau wafat sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1943 karena sakit. Baca selengkapnya: Kisah hari-hari terakhir Dr. Tjipto Mangunkusumo, sakit karena hawa dingin di Sukabumi lalu wafat
4. Haji Rasul

Syeikh Abdul Karim Amrullah atau biasa dikenal sebagai Haji Rasul lahir pada 10 Februari 1879. Beliau adalah pemikir Islamis moderat, ulama terkemuka sekaligus seorang reformis asal Sumatra Barat. Haji Rasul juga merupakan Ayahanda dari Pahlawan Nasional, Buya Hamka.
Haji Rasul memiliki pengaruh yang besar di Minangkabau, dalam pergerakannya, Sumatra Thawalib yang dikemudian hari melahirkan partai politik dengan nama Persatuan Muslimin Indonesia. Haji Rasul mengumpulkan dua ribu ulama di Bukittinggi pada 1828.
Beliau menentang Belanda secara terang-terangan. Gerakan Haji Rasul itu membuat Belanda resah, pada 8 Agustus 1941 Haji Rasul kemudian ditangkap dan diasingkan ke Sukabumi dengan alasan bahwa kewibawaan dan kekuasan pemerintah serta peraturan adat akan terganggu bila Haji Rasul masih tinggal di Minangkabau. Baca selengkapnya: Mengenal sosok Haji Rasul, pemikir Islam moderat diasingkan ke Sukabumi bersama 2 putranya
Berita Terkait: Perjalanan hidup AWKA, adik Buya Hamka ditahan di Sukabumi lalu murtad dan jadi pendeta
5. Buya Hamka

Abdul Malik Karim Amrullah yang lebih dikenal akrab sebagai Buya Hamka. lahir di Nagari Sungai Batang, Sumatera Barat (1908). Buya Hamka merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia sekaligus ulama, politikus, dan sastrawan yang memiliki kiprah luar biasa. Beliau pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dikutip dari buku Pribadi dan Martabat Buya Hamka karya Rusdi, pada tahun 1964, Buya Hamka dituduh merencanakan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno.
Beliau ditangkap dan dibawa ke Sukabumi untuk diinterogasi. Selama dua tahun lamanya beliau mendekam di penjara, di dalam masa tahanan inilah Buya Hamka menyelesaikan karya gemilangnya berupa Tafsir Al Azhar. Baca selengkapnya: Kisah Buya Hamka ditahan di Sukabumi, menulis buku Hanya Allah hingga ingin bunuh diri