26.4 C
Sukabumi
Minggu, Mei 5, 2024

Thrust Defender 125, Motor Matic Maxi Bikin Yamaha XMAX Ketar-ketir, Cek Harganya

sukabumiheadline.com l Thrust Defender 125, diprediksi bakal...

Ternyata Ini Penyebab Ledakan Tabung CNG di Cibadak Sukabumi, Kepsek SD Korban Tewas

sukabumiheadline.com l Peristiwa pilu meledaknya tabung gas...

Yamaha Zuma 125 meluncur, intip harga dan penampakan detail motor matic trail

sukabumiheadline.com - Yamaha resmi memperkenalkan Zuma 125...

Menjanjikan, Produksi Tempe Warga Bojonggenteng Sukabumi Omzet Rp133 Juta per Bulan

EkonomiMenjanjikan, Produksi Tempe Warga Bojonggenteng Sukabumi Omzet Rp133 Juta per Bulan

SUKABUMIHEADLINE.com l BOJONGGENTENG – Tempe atau tempeh adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari fermentasi kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kacang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer, atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai “ragi tempe”.

Istilah tempe berasal dari bahasa Jawa kuno yaitu tumpi yang berarti makanan yang berwarna putih. Tempe dikembangkan di Jawa sebelum abad ke-16.

Tempe merupakan sumber protein yang baik untuk tubuh. Fungsi protein ini yaitu untuk membangun serta memperbaiki jaringan dan sel tubuh. Protein tersebut termasuk dalam kelompok protein larut air dan bisa mengaktifkan enzim proteolitik.

Karenanya, tak mengherankan jika makanan ini terus diproduksi meskipun ketika harga bahan pokoknya, kacang kedelai, tengah melambung tinggi. Hal itu mengingat kebutuhan akan tempe tidak pernah turun.

Bahkan, warga yang membuka usaha produksi tempe terus bermunculan. Salah satunya di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Cecep Badrudin (45), warga Kampung/Desa/Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi, belum lama ini merintis usaha produksi tempe.

“Betul. Alasan saya memproduksi tempe karena produk ini dibutuhkan masyarakat setiap hari,” kata Cecep kepada sukabumiheadline.com, Senin (9/8/2022) malam.

Selain itu, kata Cecep, dalam hal pemasaran, tempe terbilang mudah karena harganya yang cukup terjangkau.

“Mengingat harganya ekonomis sehingga terjangkau oleh semua kalangan masyarakat,” kata Cecep.

“Kalau untuk pemasaran, sementara ini masih fokus di wilayah Bojonggede dan Kalapanunggal,” tambahnya.

Modal dan Omzet

Cecep mengaku, untuk memulai usahanya tersebut, modal yang dibutuhkan sebesar Rp30 juta. Modal sebesar itu, ia gunakan untuk mendirikan bangunan sederhana pabrik tempenya dan bahan baku.

“Modal itu untuk mendirikan tempat usaha dan bahan baku. Saya bikin pabrik tempe ini tidak di Bojonggenteng, tapi di Kampung Cirangkong RT 018/007, Desa Makasari, Kecamatan Kalapanunggal,” paparnya.

Dalam sehari, aku Cecep, ia memproduksi sekira 700 hingga 800 lonjor (batang) tempe. Sedangkan, untuk omzet penjualan tempenya mencapai Rp3 juta hingga Rp4 juta per hari.

Dengan demikian, omzet usaha tempe Cecep ini sekira Rp130 juta per bulannya.

Tenaga Kerja dan Kendala

Cecep menambahkan, meskipun sejauh ini berjalan lancar, tapi bukan berarti tanpa kendala.

“Kalau kendala, terutama dari peralatan masih kurang, mesin giling kacang dan drum tempat merebus serta pengatur suhu yang belum ada,” jelasnya.

Sedangkan, untuk tenaga pemasaran, ia memilih bekerjasama dengan Himpunan Pedagang Keliling (Hipek).

“Iya kebetulan saya aktif di Hipek, jadi untuk pemasaran tempe ini saya menggandeng Hipek. Jadi bukan karyawan modelnya, kerjasama saja,” pungkasnya.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer