sukabumiheadline.com – Sunandi, seorang tuna netra yang hidup sebatang kara di Kampung Karikil RT 003/001, Desa Bojongsari, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, ternyata memiliki keahlian yang nyaris di luar nalar.
Bagaimana tidak, pria kelahiran 4 Juli 1987, itu sehari-hari hanya mengandalkan kemampuannya memperbaiki barang elektronik yang rusak di sebuah rumah panggung berdinding bilik bambu yang nyaris ambruk.
Uniknya, dengan kondisi mata yang tidak awas, Sunandi ternyata lebih banyak menggunakan instingnya ketika memperbaiki barang elektronik yang rusak tersebut. Meskipun demikian, hasilnya selalu memuaskan pelanggannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Alhamdulillah, suka ada yang minta bantuan memperbaiki peralatan elektronik yang rusak,” kata Sunandi kepada sukabumiheadline.com, Selasa (9/9/225).
Hasil dari usahanya itu, Sunandi gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Menurutnya, itupun tergolong tidak besar, karena ia mengenakan bayar seikhlasnya untuk setiap jasa servis barang elektronik.
“Enggak besar, karena biasanya mereka bayar seikhlasnya aja. Jadi kalau untuk makan, ya alhamdulillah,” kata pria yang hidup sebatang kara itu.
Selain jasa servis barang elektronik, Sunandi juga memiliki usaha sampingan, yakni menyewakan sound system. Namun, sama hal dengan servis, orang yang menyewa sound system dari Sunandi juga membayar seikhlasnya.
“Ya sama, yang merayakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, atau 17 Agustusan, bayar seikhlasnya,” kata Sunandi.
Menariknya, sound system tersebut dirakit sendiri oleh Sunandi. Namun demikian, suaranya tergolong bagus layaknya produk dari pabrik. Hal itu diungkapkan oleh tetangga Sunandi, Bayu Anggara.
“Betul. Emang keren sih suara sound system-nya, kayak beli dari toko aja,” kata Bayu.
“Makanya, kang Sunandi ini kalau diberi modal untuk meningkatkan atau mengembangkan usahanya sewa sound system, pasti bisa mandiri. Mungkin gak butuh bantuan tetangga kalau untuk sekadar makan,” tambah Bayu.
Bantuan dari Pemdes Bojongsari
Sementara itu, dikonfirmasi terpisah, Kepala Desa Bojongsari, H. Asep mengaku saat ini pemerintah desa (pemdes) tengah mengupayakan agar Sunandi bisa mendapatkan bantuan perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (rutilahu).
“Upaya yang dilakukan oleh kami, Pemdes Bojongsari, untuk rumah tidak layak huni setiap tahun mengusulkan ke pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi. Untuk tahun 2024, kami mengajukan 60 unit, termasuk di dalamnya milik Sunandi,” kata Asep kepada sukabumiheadline.com, Rabu (10/9/2025) dinihari.
“Namun, karena keterbatasan anggaran dari pemda, maka Pemdes Bojongsari pada 2024 hanya mendapat jatah sebanyak 2 unit saja. Itupun hasil antrian pengusulan tahun 2020,” imbuhnya.

Ditambahkannya, untuk tahun 2025, Asep mendapatkan informasi dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) bahwa Bojongsari kembali hanya mendapatkan jatah 2 unit.
“Informasi dari LPM, hanya dapat dia unit tahun ini. Itupun masih ngambang, karena inpormasi terbaru malah katanya ada perubahan jadi hanya satu unit. Bahkan, satu unit pun belum ada kepastian,” jelas Asep.
Sementara itu, terkait bantuan untuk kebutuhan hidup, menurut Asep, warganya itu tercatat sebagai penerima Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD).
“Keterkaitan bantuan pemdes ke Sunandi, untuk tahun 2023, yang bersangkutan adalah penerima manfaat BLT DD. Dia merupakan Penerima Manfaat melanjutkan atas nama ibunya,” jelas Asep.
Selain itu, ungkap Asep, Sunandi merupakan peserta aktif BPJS Kesehatan, “Hal BPJS Kesehatan, saat ini madih aktif. BPJS yang iuran kepesertaannya dibayarkan oleh pemerintah.”
“Adapun terkait informasi dari warga (terkait tidak adanya bantuan dari Pemdes Bojongsari – red), itu mah tidak biasa, karena tidak tahu,” pungkasnya.
Berita Terkait: Update jumlah penduduk miskin di Sukabumi dan Jawa Barat
Huni rutilahu nyaris ambruk
Diberitakan sukabumiheadline.com sebelumnya, ibunya Sunandi, menurut Bayu Anggara, sudah meninggal dunia. Sementara itu, bapaknya sudah menikah lagi, dan tinggal bersama istri barunya.
Upah servis barang elektronik milik tetangga dan kenalan, itu digunakan Sunandi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Namun, hasil yang diperoleh juga tidak seberapa. Sehingga, untuk memperbaiki rumahnya, jauh dari kata mampu.
Berita Terkait: Jumlah penduduk miskin 5 tahun terakhir, Kabupaten Sukabumi naik, kota turun
Sementara terkait rumah Sunandi, Bayu menambahkan, rumah tersebut pada 4 tahun lalu pernah diperbaiki warga dengan cara gotong royong. Namun, kini kondisi rumah kembali butuh bantuan perbaikan. Baca selengkapnya: Cerita pilu Sunandi dan rutilahu, tuna netra sebatang kara di Nyalindung Sukabumi