AII tolak Instruksi Kapolri soal tembak di tempat: Berbahaya

- Redaksi

Senin, 1 September 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kapolri Listyo Sigit PrabowoI Istimewa

Kapolri Listyo Sigit PrabowoI Istimewa

sukabumiheadline.com – Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengeluarkan Instruksi Kapolri terkait tindakan tembak di tempat terhadap pihak yang menyerbu markas kepolisian menuai kritik.

Listyo menegaskan bahwa markas kepolisian (Mako) tidak boleh diterobos massa. Ia memerintahkan jajarannya untuk bertindak tegas, termasuk menggunakan peluru karet apabila ada pihak yang masuk hingga ke asrama.

“Haram hukumnya yang namanya Mako diserang, haram hukumnya. Dan kalau kemudian mereka masuk ke asrama, tembak. Rekan-rekan punya peluru karet, tembak,” kata Sigit dalam konferensi video yang beredar di media sosial.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kapolri juga menegaskan dirinya siap bertanggungjawab penuh atas instruksi tersebut.

“Tidak usah ragu-ragu, jika ada yang menyalahkan Kapolri, Listyo Sigit siap dicopot,” tegasnya.

Namun, sejumlah kalangan menilai kebijakan tersebut berbahaya dan meminta pemerintah melakukan evaluasi serius terhadap pola pengamanan aksi demonstrasi.

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia (AII), Usman Hamid. Ia menyesalkan adanya instruksi Presiden kepada Kapolri dan Panglima TNI yang kemudian diterjemahkan ke dalam kebijakan “tembak di tempat” terhadap pengunjuk rasa yang disebut “anarkis”.

Menurut Usman, negara seharusnya merespons tuntutan publik dengan perubahan kebijakan yang menyeluruh, bukan langkah represif.

Baca Juga :  Kapolri: Tingkat Kepercayaan Publik Terhadap Polisi Hanya 10 Persen

“Misalnya, membatalkan kebijakan kenaikan pajak, kebijakan proyek strategis nasional (PSN), Danantara, MBG, sulitnya lapangan kerja, pelanggaran HAM berat, hingga tunjangan finansial bagi anggota parlemen yang dinilai sangat tidak adil bagi rakyat yang sedang kesulitan ekonomi,” tegas Usman.

Ia juga menekankan perlunya evaluasi serius terhadap pola pengamanan aksi demonstrasi, termasuk mengusut aparat yang melakukan kekerasan.

“Dari mulai pemukulan, penangkapan sewenang-wenang, sampai penggunaan kendaraan yang melindas Affan Kurniawan sampai tewas,” katanya.

Usman menilai sanksi internal saja tidak cukup. Negara harus melakukan investigasi independen dan terpercaya.

“Bukan hanya memberi sanksi ringan secara internal dan memilih memperkuat narasi yang menyudutkan masyarakat dengan terminologi ‘anarkis’. Pilihan kebijakan ini hanya menambah luka dan memperlebar jarak antara rakyat dengan negara,” jelasnya.

Amnesty juga menilai instruksi “tembak di tempat” tetap berbahaya meskipun menggunakan peluru karet. Menurut Usman, kebijakan itu berisiko menimbulkan luka fatal, bahkan dapat mengenai warga yang tidak bersalah.

“Instruksi dari Presiden dan Kapolri juga bisa berbahaya karena menutupi akar persoalan, yaitu maraknya ketidakpuasan rakyat atas praktik kebijakan negara yang buruk dan tidak adil. Dengan menggiring opini publik bahwa demonstrasi identik dengan kerusuhan, negara justru mempersempit ruang kebebasan berekspresi dan membenarkan tindakan represif,” tambahnya.

Baca Juga :  Kabareskrim Polri Disebut Terima Setoran Miliaran Rupiah dari Pelaku Tambang Batu Bara Ilegal

Usman menilai perintah Kapolri kepada jajarannya untuk menembak di tempat dengan peluru karet terhadap massa pasca-aksi protes kematian Affan Kurniawan merupakan langkah keliru dan berbahaya. Instruksi tersebut, menurutnya, lahir bukan dari refleksi kritis atas kebijakan negara, melainkan respons reaktif terhadap gelombang kemarahan publik yang justru dipicu oleh sikap represif aparat.

“Kematian Affan yang tidak bersalah namun menjadi korban brutal kendaraan taktis Brimob telah menjadi simbol kegagalan negara membuat kebijakan yang adil untuk rakyat dan dalam memastikan aparat melayani serta melindungi warganya,” tegas Usman.

Lebih lanjut, Usman menyatakan bahwa negara memang berwenang menindak vandalisme atau penjarahan. Namun, hal itu harus dilakukan secara terukur, akuntabel, dan sesuai prinsip HAM.

“Negara tidak boleh mengobarkan pendekatan emosi dan penggunaan kekuatan senjata api sebagai jawaban atas kemarahan rakyat. Yang lebih mendesak saat ini adalah evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan negara yang menyangkut kehidupan sosial ekonomi rakyat, serta perbaikan pola pengamanan unjuk rasa agar lebih manusiawi,” jelasnya.

Berita Terkait

Setiap satu jam seorang ibu meninggal dunia, kualitas dan profesionalisme bidan disorot
Arkeolog: Gunung Padang dibangun 6.000 SM, ditemukan artefak perunggu dan tembikar
Paksa napi Muslim makan daging anjing, DPR RI minta Kalapas Enemawira dipecat dan proses hukum
Dekat dengan Zionis, Gus Yahya dipecat PBNU, tak lagi berstatus ketum PBNU per hari ini
Jakarta-Bogor-Sukabumi-Cianjur dilayani Kereta Wisata Jaka Lalana mulai 14 Desember
Menko Kumham Yusril: Saya heran warga pilih lapor Damkar dibanding polisi
Dedi Mulyadi kaji ulang Hari Jadi Jawa Barat, mengacu penobatan Prabu Siliwangi
Penampakan sebelum dan sesudah gerbang Gedung Sate senilai Rp3,9 M

Berita Terkait

Selasa, 2 Desember 2025 - 11:39 WIB

Setiap satu jam seorang ibu meninggal dunia, kualitas dan profesionalisme bidan disorot

Senin, 1 Desember 2025 - 08:00 WIB

Arkeolog: Gunung Padang dibangun 6.000 SM, ditemukan artefak perunggu dan tembikar

Sabtu, 29 November 2025 - 18:38 WIB

Paksa napi Muslim makan daging anjing, DPR RI minta Kalapas Enemawira dipecat dan proses hukum

Rabu, 26 November 2025 - 23:16 WIB

Dekat dengan Zionis, Gus Yahya dipecat PBNU, tak lagi berstatus ketum PBNU per hari ini

Rabu, 26 November 2025 - 03:00 WIB

Jakarta-Bogor-Sukabumi-Cianjur dilayani Kereta Wisata Jaka Lalana mulai 14 Desember

Berita Terbaru