sukabumiheadline.com – Saat ini berita hoaks sudah menjadi bak tsunami informasi. Berseliweran dari berbagai penjuru Tanah Air. Dari mulai Terkait politik hingga persoalan sosial dan agama. Mirisnya, akibat hoaks kerap terjadi ketegangan tidak hanya di dunia maya, tapi juga hingga dunia nyata.
Karenanya, warga Sukabumi, Jawa Barat, yang tidak berhati-hati dalam mencerna informasi bisa berbahaya. Alih-alih mendapatkan pencerahan, yang ada bisa berakibat hukum bagi diri sendiri.
Nah, siapa sangka ternyata informasi hoaks yang beredar di Sukabumi tidak hanya terjadi belakangan ini, tapi ternyata sudah ada sejak masa pra kemerdekaan Republik Indonesia. Tepatnya, ketika masa penjajahan Belanda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Khususnya di Sukabumi, kala itu Jepang sudah melakukan aktivitas perdagangan dan menjalin hubungan dengan para pengusaha lokal, meskipun sebenarnya pemerintah Hindia Belanda masih merasa khawatir akan ekspansi Jepang.

Bagaimana catatan ihwal hoaks pertama yang terjadi di Sukabumi saat itu?
Berikut adalah kisah menarik terkait kabar bohong pertama yang terjadi di wilayah Sukabumi, disarikan dari media jaringan sukabumiheadline.com, yakni sukabumixyz.com.
Berita Terkait: Dulu Bernama Ciheulang, 5 Catatan Sejarah Kota Cibadak Sukabumi Sejak Zaman Purba
Pasang surut hubungan Jepang dan orang Sunda
Ternyata hubungan orang Sunda dengan Jepang sudah terjadi sejak masa kerajaan Sunda Pajajaran, Gaess. Kapal-kapal Jepang tercatat oleh Tome Pires melakukan jual beli di Pelabuhan Sunda Kelapa. Tahun 1423 Kapal Ryukyu dari Jepang berlayar ke wilayah Sunda, yaitu Banten dan Sunda Kalapa (saat itu disebut Karava (Kalapa)”.
Kapten kapal, Kotaba dan Matsuda, memimpin perdagangan Ryukyu dalam mencari rempah dan komoditas lainnya, sekaligus menjadi mediator Pajajaran dengan Cina.
Jual beli yang dilakukan dengan koin tercatat membawa 90 kerang keong dan 58.000 Crowries (semacam alat tukar). Ada 458 dokumen yang menjelaskan pelayaran Ryuku ke Asia Tenggara termasuk Pajajaran sekira 1425-1509, kunjungan ke Sunda Kalapa pada 1513 itu membawa 226 awak kapal. Setidaknya dua dokumen mencatat kunjungannya ke Sunda Kalapa pada 1513 dan 1518.
Berita Terkait: Kota Produsen Tuak dan Pelabuhan Internasional, Menyingkap Asal-usul Palabuhanratu Sukabumi
Orang Jepang juga sudah berkeliaran di Tatar Sunda pada waktu itu. Tercatat seorang pelukis pernah wara wiri di pedalaman Tatar Sunda pada masa kolonial untuk mencari bentuk fisik binatang badak. Tani Buncho (1764-1840), sang pelukis Jepang, kemudian melakukan ekspedisi ke Priangan Banten selatan untuk melukis badak.
Konon makanan tradisional campuran Jepang, yang kita kenal dengan nama Moci dan saat ini dikenal sebagai penganan khas Sukabumi, juga dibawa orang Jepang. Hal tersebut membuktikan adanya interaksi ekonomi antara orang Jepang dan penduduk lokal Sukabumi sebetulnya sudah terjadi sebelum Jepang menduduki Indonesia.
Sebelum pecah Perang Dunia I, Jepang mulai melakukan unjuk kekuatan, diawali dengan menyerang Rusia di Port Arthur dengan torpedonya, dan berhasil menghancurkan kekuatan Rusia di Manchuria. Pada 1910, Semenanjung Korea, Pulau Taiwan dan Sakhalin sudah dikuasai Jepang. Hal ini cukup mengkhawatirkan pemerintah kolonial di Hindia Belanda.
Berita Terkait: Foto-foto sejarah pembangunan jalur Kereta Api Bogor-Sukabumi-Cianjur 1873
Hoaks dari Cibadak

Ada kisah lucu dalam buku The Netherlands Indies and the Great War 1914-1918 yang ditulis Kees Van Dijk, berkisah tentang kekhawatiran Hindia Belanda akan munculnya nasionalisme bangsa Asia, termasuk bangsa Indonesia.
Bahkan, di Hindia Belanda ternyata pernah heboh akibat pemberitaan tiga koran ternama, Java Bode, de Locomotief, dan Preanger Bode, ketiganya menurunkan berita bahwa Jepang sudah memasuki Palabuhanratu.
Sumber berita berdasarkan telegram dari Cibadak ke Gubernur Jenderal yang melaporkan bahwa ada 15 kapal perang Jepang terlihat di Teluk Palabuhanratu. Sontak isi telegram menimbulkan kehebohan di internal pemerintah Hindia Belanda.
Asisten Residen Sukabumi diminta untuk menginvestigasi kabar tersebut. Lalu, telegram dikirim ke pejabat di Palabuhanratu, namun jawabannya tidak ada yang tahu mengenai hal ini. Demikian juga saat dikonfirmasi ke perusahaan paket di Pelabuhanratu (KPM), jawabannya sama.
Namun kekhawatiran Gubernur Jenderal di Batavia masih ada. Angkatan Darat dan Laut Hindia Belanda pun dalam Siaga 1, dan siap perang dengan mengirim pasukan berkuda ke Palabuhanratu. Bahkan, Jenderal de Greve samapi harus berangkat ke Palabuhanratu menggunakan mobil untuk memantau langsung situasi.
Namun sayangnya, di Palabuhanratu tak terlihat satupun kapal perang Jepang. Staff KPM juga mengonfirmasi bahwa tidak ada tanda-tanda kapal Jepang di situ. Tidak masuk akal kapal Jepang tiba-tiba muncul di Pantai Selatan sebelum melewati Selat Sunda.
Sialnya, ternyata ada seseorang di Cibadak mengirimkan telegram ke kantor Gubernur Jenderal untuk sekadar guyonan dengan mengirim kabar hoaks. Tidak diketahui siapa pengirimnya, namun akibatnya cukup menggemparkan saat itu.
Dilarang republikasi artikel di atas tanpa seizin Redaksi sukabumiheadline.com
Disarikan dari tulisan sukabumixyz.com yang berjudul: Hoaks dari Cibadak dan potret hubungan Jepang-Hindia Belanda di Sukabumi