22.4 C
Sukabumi
Senin, April 29, 2024

Perum Bumi Mutiara Indah 6 dinilai asal-asalan, ini kata Kades Parungkuda Sukabumi

sukabumiheadline.com - Kepala Desa (Kades) Parungkuda, Didih...

Paman Anwar Usman langgar etik lagi, MKMK kembali beri sanksi

sukabumiheadline.com - Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK)...

Kota Produsen Tuak dan Pelabuhan Internasional, Menyingkap Asal-usul Palabuhanratu Sukabumi

LIPSUSKota Produsen Tuak dan Pelabuhan Internasional, Menyingkap Asal-usul Palabuhanratu Sukabumi

sukabumiheadline.com l PALABUHANRATU – Kota Palabuhanratu saat ini tidak sekadar menjadi destinasi wisata alam yang banyak dikunjungi, namun juga sudah ditetapkan menjadi Ibu Kota Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Meskipun saat ini, khususnya warga luar kota hanya mengenal Palabuhanratu sebagai tujuan wisata alam karena memiliki hamparan pantai yang indah, serta mitos-mitos yang kerap diceritakan dari mulut ke mulut terkait keberadaan sosok ratu gaib, Nyi Roro Kidul.

Namun, warga Sukabumi sendiri banyak yang tidak mengetahui jika Palabuhanratu di masa silam pernah menjadi kota pelabuhan internasional yang banyak disinggahi kapal kapal berbendera asing.

Dilansir sukabumixyz.com, Mengarungi samudera kejayaan masa lalu Palabuhanratu sebagai pelabuhan internasional kota ini sejak 31 Mei 1858 dan 20 Oktober 1859 (Staatsblads no. 65 dan 79) secara bertahap Palabuhanratu (Wijnkoopsbaai) dibuka untuk perdagangan internasional secara resmi.

Tak mengherankan jika pada zaman dulu, Palabuhanratu merupakan pelabuhan dagang internasional yang terkenal sibuk karena disinggahi berbagai jenis kapal.

Untuk Anda yang penasaran di mana letak dermaga pelabuhan internasional di wilayah selatan Sukabumi itu, reruntuhan dermaga Gado Bangkong adalah secuil sisa kejayaan masa lalu.

Sejarah Nama Palabuhanratu

Pada awalnya, Palabuhanratu dikenal dengan nama Muara Ratu, kemudian sempat menjadi Wijnkooopsbaai Pelabuhanratu. Konon, pada zaman baheula, Palabuhanratu merupakan pelabuhan militer Kerajaan Sunda Pajajaran saat Sunda Kelapa dikuasai Fatahillah.

Untuk diketahui, nama Muara Ratu hingga saat ini masih tercatat dalam Instruksi Kastil Batavia mengenai rencana ekspedisi wilayah selatan kepada Sersan Scipio dan Letnan Patingi Tanujiwa pada 1687.

Nama Muara Ratu kemudian berubah lagi dalam sejumlah lembaran peta yang dibuat Bangsa Eropa dan disebut Vijnkoopsbaai (dengan huruf “V”).

Suasana Pantai Palabuhanratu di masa lalu. l sukabumixyz.com
Suasana Pantai Palabuhanratu di masa lalu. l sukabumixyz.com

Palabuhanratu Kota Produsen Tuak 

Keberadaan pegunungan di wilayah Palabuhanratu yang disebut vijncoopsbergen, yakni sebuah area perkebunan kelapa dan aren sebagai bahan baku produksi tuak.

Tuak yang diproduksi di Palabuhanratu ini terkenal memiliki daya memabukkan yang setara dengan tuak anggur atau minuman permentasi sari anggur saat ini.

Karenanya, Palabuhanratu ketika itu juga dikenal sebagai pelabuhan yang rutin mengirim tuak kelapa atau aren. Hal ini dijelaskan oleh Professor Veth bahwa nama Wijnkoopsbaai berasal dari pedagang bernama Jan Jacobz yang melakukan bisnis anggur di Palabuhanratu pada masa VOC, atau tepatnya pada 1626.

Jika benar, mungkin dialah orang Eropa pertama yang mendatangi Palabuhanratu.

Sementara pendapat lain, AG Voderman menegaskan bahwa nama tersebut berasal dari tuak/anggur kelapa yang ditanam dan dipanen di sekitar pantai, sehingga orang portugis menyebutnya wijncoops mountain, dan jadilah namanya wijnkoopsbaai.

Sedangkan, orang Sunda mengenalnya sebagai Palabuan (tanpa huruf “H”), dan orang Belanda menyebutnya Palaboean.

Palabuan dalam lingkungan orang sunda sebenarnya tidak hanya terbatas pada pelabuhan perdagangan, tetapi juga tempat berlabuhnya perahu nelayan.

Sehingga disinyalir nama tersebut sudah sangat lama digunakan, terutama jika membaca kisah-kisah rakyat mengenai “Ratu” Pajajaran yang mendirikan kerajaan di sana. Atau versi lain, yaitu raja (yang dulu disebut juga ratu) yang sempat berlabuh di sekitar Muara Cimandiri (daerah Bagbagan).

Dalam catatan Voderman, dibangunnya pelabuhan modern adalah saat VOC hancur, tepatnya pada 1799. VOC juga sempat membangun sebuah gudang dan pelabuhan di Palabuhanratu untuk mengamankan aset mereka sebelum Daendels datang.

Hal ini dikonfirmasi Daendels saat melakukan ekspedisi mengamankan aset tersebut beberapa bulan sesudah dia menginjakan kakinya di Batavia (kini Jakarta).

Ketika Raffles masuk, wilayah ini juga dipergunakan oleh Andries de Wilde untuk mengapalkan kopi yang tidak dia jual kepada pemerintah.

Hal ini menyebabkan dia dianggap telah melakukan penyelundupan kopi. Padahal, alasan utamanya karna harga kopi yang ditetapkan pemerintah terlalu murah sehingga petani merugi.

Akhir Kisah Pelabuhan Internasional Palabuhanratu 

Namun sayangnya, kejayaan ini hanya berlangsung hingga 1873, setelah dibangunnya jalur kereta api (KA) di Pulau Jawa, terutama jalur Bogor-Batavia. Semenjak itu Semua pengiriman dari pantai dialihkan melalui darat.

Pembatasan pun dilakukan sejak 25 Desember 1873, di mana dalam Lembaran Negara No. 264 disebutkan bahwa Palabuhanratu hanya untuk impor terbatas dan ekspor umum dan kantor impor.

Sedangkan, pembatasan barang ekspor dan cukai ditetapkan melalui peraturan 23 Desember 1873 (Lembaran Negara No. 254).

Sejak itu, para pejabat pun satu persatu pergi meninggalkan Palabuhanratu. Dari mulai gedung-gedung pemerintah, pejabat penerima, Master Pelabuhan, benteng-benteng, kantor keuangan, bendera-bendera perwakilan negara-negara sahabat, teluk bongkar muat, dan dermaga, termasuk para prajurit dan komandan yang ditempatkan di sana, semuanya tak lagi beraktivitas di Palabuhanratu.

Kesibukan pelabuhan terhenti sama sekali ketika pemerintah Hindia Belanda mengumumkan bahwa Teluk Wijnkoopsbaai (Palaboean) ditutup untuk semua perdagangan luar negeri.

Keputusan ini tercantum dalam keputusan tentang Penutupan Pelabuhanratu sebagai Pelabuhan Internasional melalui Staatsblaad nomor 207 yang mulai berlaku sejak 1
Oktober 1875.

Alasannya, semenjak distribusi pengiriman barang dilakukan melalui jalur KA melalui Stasiun Bogor, Palabuhanratu malah dijadikan tempat penyelundupan.

Semenjak itu, kapal-kapal yang bersandar hanya berisi manusia yang transit atau keperluan tertentu seperti berburu ke Cikepuh.

Meski kemudian pada April 1901, dermaga dibuka kembali ditandai dengan berlabuhnya kapal besar SS Van Houthorn milik Konklijke Pakketvart Maatschaapij (KPM), namun hal tersebut tidak mampu mengembalikan kejayaannya karena terbatas digunakan KPM dengan rute utama yang terbatas seperti Australia.

Akibatnya, rencana membangun jalur KA dari Cibadak ke Palabuhanratu pun akhirnya dibatalkan.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer