sukabumiheadline.com – Sebuah video memuat Rektor Universitas Indonesia (UI) Heri Hermansyah diteriaki zionis viral di media sosial. Teriakan itu terjadi saat Heri hadir dalam acara wisuda mahasiswa UI.
Dalam video viral itu awalnya terlihat Heri berada di atas panggung bersama sejumlah orang. Saat akan memberikan pernyataan, teriakan zionis lalu menggema dan diarahkan kepada Heri.
Teriakan zionis itu disuarakan oleh mahasiswa yang berada di area Aula Balairung UI. Teriakan itu membuat pidato Heri tertahan beberapa detik. Tak berselang lama, Heri kembali melanjutkan pidatonya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kita juga sama seperti para wisudawan. Saya alumni UI, saya cinta UI,” kata Heri dalam video viral seperti dilihat sukabumiheadline.com, Sabtu (13/9/2025).
Berita Terkait: Dedi Mulyadi: Jawa Barat tanggung jawab UI, rektornya orang Sukabumi keturunan Galuh

Untuk informasi, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU menempuh pendidikan pendidikan di Universitas Indonesia (S.T., Prof.) dan Universitas Tohoku, Jepang (M.Eng., Dr.).
Heri Hermansyah lahir pada 18 Januari 1976 di Sukabumi. Usai menyelesaikan pendidikan SMA pada 1994, ia menjalani pendidikan tinggi dalam bidang Teknik Gas dan Petrokimia di UI. Baca selengkapnya: Mini biografi Heri Hermansyah: Peneliti BRIN dan Dekan FT UI asal Sukabumi lulusan Tohoku University
Undang akademisi pro-Israel
Lantas, dosa apa yang dilakukan Heri Hermansyah hingga diteriaki Zionis?
Aksi mahasiswa dalam momen wisuda tersebut diduga dipicu UI yang telah mengundang akademisi pro-Israel, Peter Berkowitz, dalam kegiatan Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Pascasarjana 2025 beberapa waktu lalu.
Setelah mendapat kritikan dari berbagai pihak sebab mengundang Peter Berkowitz, Direktur Humas, Media, Pemerintah, dan Internasional UI, Arie Afriansyah, menyampaikan permintaan maaf dan mengakui pihaknya kurang cermat dalam memeriksa latar belakang lengkap pembicara tersebut.
“Dengan segala kerendahan hati, UI mengakui kurang hati-hati, dan untuk itu, UI meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia atas kekhilafan dalam kekurangcermatan saat melakukan background check terhadap yang bersangkutan,” ujar Arie dalam keterangannya, Minggu (24/8/2025).
Arie menegaskan, sikap dukungan UI terhadap Palestina tidak berubah, kendati menghadirkan Berkowitz.
Dia menyatakan UI tetap konsisten mendukung kemerdekaan Palestina sesuai amanat konstitusi. Dukungan UI kepada Palestina juga sudah disampaikan langsung oleh Rektor UI kepada Duta Besar Palestina saat berkunjung ke kampus pada 17 Januari 2025.
“UI tetap konsisten pada sikap dan pendirian berdasarkan konstitusi Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yang terus memperjuangkan agar penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, termasuk terdepan dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina menghadapi penjajahan yang dilakukan Israel,” kata Arie.
Adapun permintaan maaf itu disampaikan setelah muncul gelombang kritik di media sosial terhadap UI yang mengundang Berkowitz dalam acara PSAU pada 23 Agustus 2025 kemarin.
Kegiatan tersebut pun ditayangkan secara resmi dalam kanal YouTube Universitas Indonesia bertajuk Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Pascasarjana UI 2025. Dalam sejumlah unggahan di media sosial X, Berkowitz disebut-sebut sebagai tokoh zionis dan pembela Israel.
Dia juga dikaitkan dengan tulisan-tulisan yang mendukung genosida di Palestina, serta pernah menjabat sebagai Direktur Perencanaan Kebijakan pemerintahan Donald Trump.
Arie pun menerangkan bahwa pemilihan Berkowitz semata-mata didasarkan pada pertimbangan akademis. Dia pun menegaskan bahwa UI tidak memiliki maksud lain selain aspek akademik ketika mengundang Berkowitz.
“Saat pemilihan kandidat pembicara, UI menilai bahwa Prof. Peter Berkowitz (The Hoover Institution – Stanford University) dan Dr. Ir. Sigit P. Santosa (PT Pindad, Alumni terkemuka MIT di Indonesia) adalah di antara nama-nama terbaik dari luar negeri dan dalam negeri dalam bidang terkait,” kata Arie.
Meski begitu, lanjut Arie, UI memahami reaksi publik yang muncul atas kejadian ini. Oleh karena itu, dia memastikan bakal menjadikannya bahan pembelajaran agar lebih selektif dalam memilih pembicara di kemudian hari.
“Kami memahami reaksi dan keprihatinan publik yang mungkin muncul akibat orasi yang disampaikan oleh salah seorang akademisi tamu pada kegiatan PSAU tersebut. Kasus ini menjadi sebuah pembelajaran sekaligus bentuk perhatian positif untuk UI agar lebih selektif dan sensitif dalam mempertimbangkan berbagai aspek saat mengundang akademisi internasional pada masa yang akan datang,” pungkasnya.