21.2 C
Sukabumi
Senin, Mei 6, 2024

Smartphone dengan Peforma Mewah, Spesifikasi Xiaomi 13T Dilengkapi Kamera Leica

sukabumiheadline.com - Xiaomi selalu menjadi incaran bagi...

Desain Ala Skuter Retro, Intip Spesifikasi dan Harga Suzuki Saluto 125

sukabumiheadline.com l Di belahan dunia lain, Suzuki...

Cek Harga Vivo V30 Pro, Mirip iPhone Versi Murah dengan Fitur Menarik

sukabumiheadline.com l Pemberitaan tentang kehadiran Vivo V30...

Profil dan Kisah Wilhelmina, Ratu Belanda yang Tak Rela Warga Sukabumi Bahagia

KhazanahProfil dan Kisah Wilhelmina, Ratu Belanda yang Tak Rela Warga Sukabumi Bahagia

sukabumiheadline.com l Bangsa Indonesia, demikian pula warga Sukabumi, Jawa Barat, meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 setelah dijajah berabad-abad. Hingga saat ini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI).

Namun, ada seorang ratu yang tak rela memberikan status merdeka untuk Indonesia.

Ratu Wilhelmina dari Belanda menjadi satu-satunya ratu di dunia yang tidak rela dengan kemerdekaan Indonesia. Indonesia dianggap membawa banyak keuntungan untuk bangsanya, terutama dari segi perekonomian sehingga ia enggan melepaskan tanah jajahannya.

Butuh waktu lama sebelum Belanda bisa melepaskan Indonesia yang mereka anggap sebagai wilayahnya.

Dilansir Latitudes, Belanda pada akhirnya terpaksa mengakui Indonesia telah merdeka empat tahun setelah Proklamasi, tepatnya pada 29 Desember 1949.

Baca Juga: Mengenal Jl. Pahlawan di Nagrak Sukabumi, 5 Fakta Aksi Heroik R Bantamer

NICA Menyerang Sukabumi

Ketidaksukaan Wilhelmina terhadap Proklamasi Kemerdekaan RI juga memicu penyerangan pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ke wilayah Sukabumi, Jawa Barat.

Bojongkokosan merupakan nama suatu Desa di Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sebuah desa yang namanya begitu populer karena pernah menjadi arena pertempuran antara pejuang kemerdekaan Indonesia dengan Pasukan Sekutu.

Pasukan Sekutu saat baku tembak dengan pejuang Indonesia di Bojongkokosan, Sukabumi. l Istimewa
Pasukan Sekutu dan NICA saat baku tembak dengan pejuang Indonesia di Bojongkokosan, Sukabumi. l Istimewa

Ketika itu, konvoi Pasukan Sekutu dibuat tak berdaya oleh para pejuang yang gigih bertekad memerdekakan diri dari cengkeraman penjajah Belanda, atau lebih dikenal dengan Pertempuran Bojongkokosan melawan tentara Inggris dan NICA pada 1945 hingga 1946.

Saking sengitnya, bahkan Pertempuran Bojongkokosan, konon menjadi cikal bakal dari peristiwa Bandung Lautan Api, di Kota Bandung.

Terjadinya pertempuran Bojongkokosan dimulai ketika tentara Inggris, yakni Gurkha, dan NICA sebanyak satu batalyon berusaha masuk ke wilayah Sukabumi. Baca lengkap: Deretan Foto Ketika Pasukan Sekutu Kepayahan dalam Pertempuran Bojongkokosan Sukabumi

Untuk informasi, NICA sebuah Pemerintahan Sipil Hindia Belanda di pengasingan. NICA dideklarasikan di Brisbane, Australia, setelah wilayah Hindia Belanda ditaklukkan tentara Jepang.

Profil Ratu Wilhelmina

Ratu Wilhelmina adalah putri dari Willem III dan Ratu Emma. Ia lahir pada 31 Agustus 1880. Sang Ayah meninggal ketika Wilhelmina berusia 10 tahun, sedangkan ibunda menjabat sebagai bupati hingga ia dewasa.

Wilhelmina menjadi ratu pada 1890 namun baru dilantik pada 6 September 1898 atas persetujuan masyarakat luas. Ia menikah dengan Duke Henry dari Mecklenburg-Schwerin dan dikaruniai anak yang dikenal sebagai Putri Juliana.

Tak rela melepaskan Indonesia begitu saja, Ratu Wilhelmina dikenal memiliki kepribadian yang formal dan sangat tegas, menurut keterangan Rijks Museum. Di negaranya, Ratu Wilhelmina dianggap sebagai simbol pertahanan Belanda terhadap okupasi Jerman pada masa Perang Dunia II.

Masa tua Ratu Belanda, Wilhelmina. l Istimewa
Masa tua Ratu Belanda, Wilhelmina. l Istimewa

Pada tahun 1940, Wilhelmina sempat melarikan diri bersama pemerintah ke London, Inggris. Di sana, ia berbicara kepada orang-orang Belanda melalui Radio Orange.

Melansir dari Britannica, Ratu Wilhelmina berbicara kepada masyarakatnya dengan suara lantang. Ia membangkitkan semangat Belanda yang tengah diduduki oleh Jerman.

Saat kembali ke Belanda, Ratu Wilhelmina disambut dengan antusias ketika kekuasaan Jerman berakhir pada 1945.

Ratu Wilhelmina sempat mengalami nasib buruk hingga disebut sangat merana.

Jatuh sakit dan kehilangan anak
Ratu Wilhelmina sempat mengalami keguguran usai menikah dengan Duke Henry. Setelah itu, ia kembali mengandung namun jatuh sakit karena demam tifoid.

Melansir dari Hystory of Royal Women, Ratu Wilhelmina mengalami demam tinggi selama berhari-hari. Kondisinya sempat pulih, namun seorang ginekolog mengatakan bahwa tidak ada harapan untuknya.

Ratu Wilhelmina sangat kesakitan hingga Duke Henry meninggalkan ruangan karena tak tahan melihat penderitaan sang istri.

“Wimmy yang malang sangat menderita; seluruh rumah menderita bersamanya,” tulis Duke Henry dalam suratnya.

Demam tersebut menyebabkan anak laki-laki Ratu Wilhelmina mengalami stillbirth atau bayi lahir mati. Namun dokter mengatakan bahwa sang Ratu masih bisa mengandung anak sehat di kemudian hari.

Pada 30 April 1909, Ratu Wilhelmina akhirnya dikaruniai seorang putri bernama Juliana.

Turun takhta dan akhir masa penjajahan
Tak lama setelah Indonesia merdeka, kondisi kesehatan Ratu Wilhelmina mulai menurun. Ia akhirnya memutuskan untuk turun takhta, Bunda.

Pada 4 September 1948, Ratu Wilhelmina menyerahkan takhtanya kepada sang anak, Putri Juliana yang berkuasa hingga 1980.

Hubungan bilateral antara Indonesia dan Belanda masih memburuk meski mereka telah mengakui kemerdekaan Indonesia.

Mengutip Dutch Culture, upaya Belanda untuk memperkuat pertahanan wilayah terakhirnya di Indonesia mendapatkan penolakan kuat dari masyarakat. Demonstrasi mahasiswa pecah di depan Kantor Komisaris Tinggi Belanda pada 6 Mei 1960.

Kala itu, ada sekitar 800 orang yang mengakibatkan hancurnya perabotan kantor hingga potret kenegaraan pemimpin Belanda. Potret Ratu Wilhelmina karya Sierk Schröder dan potret Ratu Juliana karya Henricus Pol dirobek dan dilepas dari tembok hingga rusak berat.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer