Akui doom spending masalah mereka, Gen Z Sukabumi khawatir jodoh dan ekonomi

- Redaksi

Jumat, 27 September 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi jodoh - Istimewa

Ilustrasi jodoh - Istimewa

sukabumiheadline.com – Gen Z Sukabumi, Jawa Barat, mengakui bahwa persoalan doom spending adalah masalah bagi mereka. Selain itu, mereka juga khawatir mengenai jodoh dan kondisi ekonomi ke depan.

Kekhawatiran mereka didasari atas kondisi ekonomi saat ini, di mana tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) dan banyaknya kasus perceraian yang dipicu persoalan ekonomi.

Hal itu diungkap dua orang Generasi Z asal Kecamatan Cikembar, Nabila Ainun Inayah dan Fadlan Haikal asal Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, dalam perbincangan dengan sukabumiheadline.com di sukabumiheadline.com, Jumat (27/9/2024) pukul 01.30 WIB, di Sukakopi Kedai 24 Jam, Desa Sundawenang, Kecamatan Parungkuda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kedai Sukakopi l 24 Jam, 100 meter dari exit toll Bocimi Seksi 2. l Advertorial
Kedai Sukakopi l 24 Jam, 100 meter dari exit toll Bocimi Seksi 2. l Advertorial

Doom spending 

Psychology Today memprediksi Generasi Z dan milenial akan menjadi lebih miskin dibandingkan generasi sebelumnya, yakni Generasi X dan Baby Boomers, akibat tren doom spending.

Doom spending alias pengeluaran yang tidak masuk akal terjadi ketika seseorang berbelanja tanpa berpikir untuk menenangkan diri karena merasa pesimis terhadap ekonomi dan masa depan mereka. Baca selengkapnya: Trend doom spending bikin Gen Z dan milenial lebih miskin dibanding Gen X

Baca Juga :  Survei: Golkar Kehilangan Pemilih Gen Z, Gerindra Anjlok

Namun, Ainun mengakui bahwa pengeluaran tidak penting itu juga disebabkan adanya kekhawatiran dalam dirinya, sehingga ia merasa harus melakukan sesuatu agar perasaan khawatir itu hilang.

“Ya kadang karena gara-gara gabut gak jelas. Jadinya kepikiran harus ngapain gitu yang pada akhirnya harus selalu ada cost yang dikeluarkan kan,” kata gadis 23 tahun itu.

“Karena gabut gitu, kalaupun kita gak jalan ke luar, sekarang juga kan serba mudah. Belanja apapun bisa online, beli makan bisa online. Asal kita utak-atik hape gak jelas, akhirnya beli lagi beli lagi,” timpal Fadlan (23).

“Padahal nih kita gak perlu banget barangnya, atau gak lapar-lapar amat gitu,” imbuh pria yang akrab dipanggil Bintang itu.

Baca Juga:

Khawatir jodoh dan masalah ekonomi

Selain itu, Gen Z Sukabumi juga mengaku mengkhawatirkan soal jodohnya di masa depan. Kondisi ekonomi yang sedang sulit dan tingginya angka perceraian saat ini, membuat mereka khawatir tidak menemukan jodoh yang cocok.

Baca Juga :  2010-2024 naik 500%, tapi Gen Z Sukabumi tak pede menikah dengan UMK 2024

“Ngeri emang sekarang. Banyak Gen Z yang baru setahun menikah dan udah punya satu anak pada cerai,” sesal Fadlan.

“Ya sama. Apalagi aku kan cewek ya. Ngeri gagal, jadi takut gak ketemu jodoh yang tepat,” timpal Nabila.

“Makanya sekarang saya tuh mau fokus aja kerja karena alhamdulillah baru diterima kerja di Jakarta. Belum mau mikirin pacaran-pacaran lagi,” aku Fadlan yang mengaku baru diterima bekerja di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan itu.

Rekomendasi Redaksi: Ada 221 ribu balita dan 51 ribu lansia, ini jumlah penduduk Sukabumi menurut kelompok usia

Gen Z 

Generasi Z atau Gen Z, adalah kelompok manusia terbaru yang lahir setelah Generasi Milenial. Gen Z dikenal dengan kemampuannya mengolah segala sesuatu dengan internet.

Di Indonesia sendiri, internet hadir di sekitar 1990an dan menjadi sesuatu yang komersil sejak 1994.

Gen Z yang lahir pada kurun 1997-2012, saat ini sudah memasuki umur 20an yaitu umur di mana orang rata-rata sudah memikirkan jenjang karier, keuangan, serta masa depan. Baca selengkapnya: Gen Z lahir 1997-2012, ortu di Sukabumi wajib tahu 10 karakteristik dan ekspektasi mereka

Berita Terkait

Pengakuan Ramdani, pria asal Simpenan Sukabumi dibekuk polisi di Sulawesi Selatan
Innalillahi, rumah ustadz di Surade Sukabumi ludes terbakar
Miris, sebab jalan rusak parah, warga Sukabumi sakit harus ditandu
Masa depan Sukabumi Utara menurut Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi dan Wamendagri
Terima masukan KDM, DPRD Kabupaten Sukabumi tetapkan Perubahan APBD 2025
4 pejabat DLH Kabupaten Sukabumi ditahan di Rutan Kebonwaru dan Lapas Sukamiskin
Banjir rusak bangunan dan fasilitas Ponpes Al-Masthuriyah Sukabumi
KDM kritik pedas postur anggaran Kabupaten Sukabumi: Nepi ka kiamat moal anggeus!

Berita Terkait

Rabu, 17 September 2025 - 01:30 WIB

Pengakuan Ramdani, pria asal Simpenan Sukabumi dibekuk polisi di Sulawesi Selatan

Senin, 15 September 2025 - 14:32 WIB

Innalillahi, rumah ustadz di Surade Sukabumi ludes terbakar

Minggu, 14 September 2025 - 00:52 WIB

Miris, sebab jalan rusak parah, warga Sukabumi sakit harus ditandu

Sabtu, 13 September 2025 - 00:16 WIB

Masa depan Sukabumi Utara menurut Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi dan Wamendagri

Jumat, 12 September 2025 - 18:42 WIB

Terima masukan KDM, DPRD Kabupaten Sukabumi tetapkan Perubahan APBD 2025

Berita Terbaru

OKI adalah organisasi internasional yang terdiri dari 57 negara anggota. OKI rutin menggelar pertemuan setiap tahun. Sejarah berdirinya OKI berawal dar pembakaran Masjid Al-Aqsa di Yerusalem - AFP PHOTO / YASIN AKGUL

Internasional

Respons Israel, OKI akan bentuk NATO versi negara Muslim

Rabu, 17 Sep 2025 - 16:49 WIB