21.9 C
Sukabumi
Senin, September 9, 2024

Tinggal di Sumatera Utara, Warga Satu Kampung Ini Malah Fasih Ngobrol Bahasa Sunda

sukabumiheadline.com l Di wilayah Jawa Barat, penggunaan...

Tiga pria asal Kabandungan dan Kalapanunggal Sukabumi curi 17 unit motor dalam 2 bulan

sukabumiheadline.com - Tiga dari empat anggota komplotan...

Realme Note 60 dijual Rp1 jutaan, kamera 64 MP, layar AMOLED dan baterai 5000 mAh

sukabumiheadline.com - Ketatnya persaingan di pasar smartphone,...

Gen Z ungkap 5 alasan Pemilihan Bupati dan Wali Kota Sukabumi 2024 tidak penting

WawancaraGen Z ungkap 5 alasan Pemilihan Bupati dan Wali Kota Sukabumi 2024 tidak penting

sukabumiheadline.com – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024, hanya tinggal hitungan bulan digelar. Sejumlah daerah yang menggelar pilkada saat ini tengah mempersiapkan diri menyambut kontestasi politik lima tahunan itu.

Adapun, pelaksanaan Pilkada Serentak 2024 tercantum dalam Peraturan KPU Nomor 2 Tahun 2024 tentang Tahapan dan Jadwal Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2024. Berdasarkan surat tersebut, pemungutan suara Pilkada 2024 akan dilaksanakan tanggal 27 November 2024.

Rekomendasi Redaksi: Puluhan ribu pria di Kabupaten Sukabumi menganggur dan mengurus rumah tangga

sukabumiheadline.com, melakukan wawancara dengan kalangan Gen Z Sukabumi (lahir dalam rentang 1997-2012). Wawancara dilakukan dalam kurun 1 hingga 6 Agustus 2024, kepada pelanggan Sukakopi Kedai 24 Jam, Desa Sundawenang, Kecamatan Parungkuda.

Baca Juga: Gen Z lahir 1997-2012, ortu di Sukabumi wajib tahu 10 karakteristik dan ekspektasi mereka

Kedai Sukakopi l 24 Jam, 100 meter dari exit toll Bocimi Seksi 2. l Istimewa
Kedai Sukakopi l 24 Jam, 100 meter dari exit toll Bocimi Seksi 2. l Advertorial

Rekomendasi Redaksi: SDN Suradita Sukabumi, sekolah negeri dari bilik bambu atap terpal iuran warga dan donatur

Dari wawancara tersebut diketahui, mereka tidak terlalu peduli dengan Pemilihan Bupati dan Wali Kota Sukabumi. Namun, mereka menganggap penting Pemilihan Presiden dan Gubernur karena berbagai alasan.

Simak hasil wawancara sukabumiheadline.com selengkapnya berikut:

selengkapnya: Ada 221 ribu balita dan 51 ribu lansia, ini jumlah penduduk Sukabumi menurut kelompok usia

1. Tidak kenal figur calon

Rifat Akbar Maulana, pemuda berusia 21 tahun warga Kecamatan Cidahu, mengaku tidak tertarik dengan Pemilihan Bupati Sukabumi 2024 karena tidak mengenal sosok para calon.

Rifat tidak membantah jika banyak alat peraga para calon yang terpampang di banyak tempat di daerahnya. Namun, ia mengaku lupa nama-nama mereka.

“Menurut saya politik itu ya penting, terutama untuk level nasional karena akan menentukan masa depan negara kita juga,” kata Rifat.

“Kalau untuk kabupaten, menurut saya tidak penting juga, karena saya juga tidak kenal siapa saja calonnya. Maksudnya, sering lihat spanduk dan lainnya, tapi gak ada yang ingat namanya,” tambah dia.

Sedikit berbeda dengan Rifat, salah seorang Gen z asal Cikembar, Nabila Ainun Inayah mengaku tidak tertarik karena politik memang bukan passion-nya.

“Tidak tertarik politik sih, tapi saya suka kalau mendengar gosip-gosip tentang bupati,” jawab gadis 22 tahun itu tanpa menjelaskan gosip dimaksud.

Rekomendasi Redaksi: Cisaat juara, 5 kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi dan terendah di Sukabumi

2. Terlalu banyak gimmick

Sementara, Revan Alfiansyah (23) menilai Pilkada Serentak 2024 tidak penting karena terlalu banyak gimmick oleh para politisi. Pemuda asal Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi, itu menilai pencalonan sejumlah artis atau komedian untuk maju di Pilkada, menunjukkan bahwa partai politik tidak terlalu serius mengurus masa depan rakyat.

“Menurut saya, contoh pencalonan Marcell Widianto di Tangerang Selatan, itu menunjukkan bahwa partai tidak pernah serius memikirkan masa depan rakyat yang lagi kesusahan,” sesal Revan.

“Tidak penting, kalau menurut saya. Pertama, terlalu banyak gimmick. Jadi terkesan hanya heboh-hebohan aja. Tapi walaupun gak suka, kayaknya saya tetap mau menggunakan hak pilih saya nanti,” jelas Revan.

Rekomendasi Redaksi:

3. Tidak mengetahui visi misi calon

Sementara hal ketiga yang membuat mereka tidak tertarik, adalah alasan tidak mengetahui visi misi calon bupati atau wali kota.

“Tidak memiliki visi misi yang jelas. Kita juga tidak tahu, Sukabumi ini nanti mau dibawa kemana, mau digimanain gitu, kalau mereka terpilih,” ungkap Rifat Akbar Maulana.

Hal sama diungkap Fadlan Haikal, warga Desa Sundawenang, Kecamatan Parungkuda. Hal yang paling utama ia tidak tertarik, adalah tidak tahu visi dan misi calon.

“Terutama ya tidak tahu visi misi si calon. Kalau misal pemilihan presiden kemarin itu, saya ikut milih karena tahu visi misinya,” jelas pria 23 tahun itu.

Rekomendasi Redaksi:

4. Ganti bupati tidak mengubah keadaaan

Fadlan juga menilai, pemaparan visi dan misi sebagai sangat penting. Menurutnya, ada banyak persoalan yang harus diselesaikan Bupati Sukabumi yang akan datang.

“Kalau enggak tahu sampai visi misinya, saya kayaknya gak akan ikut memilih juga sih. Lagian gonta-ganti juga begini-begini aja sih,” kata dia.

Rekomendasi Redaksi: Kualitas hidup warga kota dan kabupaten di Jawa Barat, Sukabumi ranking ke-4 dari bawah, Cianjur jeblok

“Sementara, banyak masalah yang harus diselesaikan oleh bupati. Kita misalnya, sebagai anak muda, persoalan ketersediaan lapangan pekerjaan, itu paling utama. Kita yang cowok kan lumayan susah cari kerja,” jelas Fadlan.

“Jadi jangan sampai bupatinya ganti terus, tapi keadaan begini-begini aja. Lihat saja, jalan-jalan banyak rusak di mana-mana,” pungkas pemuda yang berencana bekerja ke Jepang itu.

Rekomendasi Redaksi: Awet, dalam 8 tahun jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sukabumi hanya turun 1%

Fadlan juga berharap warga yang membuka usaha kecil agar difasilitasi, baik tempat maupun permodalan.

“Misalnya disediakan tempat yang layak untuk usaha. Misalnya semacam food court untuk yang mau usaha kuliner. Kemudian, dari segi permodalannya juga,” harap Fadlan.

5. Pemilihan Gubernur penting

Berbeda dengan pemilihan bupati dan wali kota, mereka menganggap penting Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2024. Meskipun demikian, faktor keterkenalan figur menjadi alasan Pilgub Jabar dinilai penting.

Rifat, Fadlan, Nabila dan Revan menganggap Pilgub Jabar penting karena merasa cukup mengenal sosok Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi, dan sejumlah calon lainnya yang mereka nilai mumpuni untuk menjadi kepala daerah.

“Menurut saya para calon gubernur yang ramai diberitakan sekarang cukup berhasil sebelumnya. Mereka punya track record yang lumayan bagus,” kata Rifat.

Sementara diberitakan sebelumnya, Ridwan Kamil dipastikan tidak jadi maju dalam Pilgub Jabar. Partai Golkar, di mana Ridwan Kamil bernaung, sudah memastikan akan mengusung Dedi Mulyadi untuk Jawa Barat. Baca selengkapnya: Akhirnya Golkar dukung Dedi Mulyadi di Pilgub Jawa Barat, kenapa bukan Ridwan Kamil?

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer

×