24.1 C
Sukabumi
Jumat, April 19, 2024

Yamaha Zuma 125 meluncur, intip harga dan penampakan detail motor matic trail

sukabumiheadline.com - Yamaha resmi memperkenalkan Zuma 125...

Ternyata Ini Penyebab Ledakan Tabung CNG di Cibadak Sukabumi, Kepsek SD Korban Tewas

sukabumiheadline.com l Peristiwa pilu meledaknya tabung gas...

Hancur, mobil terperosok longsor Jalan Tol Bocimi Longsor di Ciambar Sukabumi, Cek foto-fotonya

sukabumiheadline.com - Petugas gabungan berhasil mengevakuasi mobil...

Efek Halo dan Suka Duka Jadi Perawat Saat Pandemi Covid-19 di Sukabumi

Gaya hidupEfek Halo dan Suka Duka Jadi Perawat Saat Pandemi Covid-19 di Sukabumi

sukabumiheadline.com I WARUDOYONG – Hidup memang tentang pilihan. Tak hanya pria, kini wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihan hidupnya sendiri. Seperti cerita wanita asal Kelurahan Dayeuh Luhur, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, yang memilih menjadi seorang perawat.

Ansi Cikal Maulani, wanita kelahiran tahun 1998, ini seorang perawat di RSI Assyifa Sukabumi sejak 2020 lalu. Diakui Ansi, menjadi perawat adalah cita-citanya semenjak masih duduk di bangku SMP.

“Sejak duduk di bangku SMP saya memang bercita-cita menjadi perawat. Ada dorongan hati nurani yang membuat saya memilih profesi ini. Senang aja bisa ngebantu orang yang memang membutuhkan kita, terus di sisi lain saya juga makin mengenal banyak karakter orang yang sakit,” ungkap gadis 23 tahun itu kepada sukabumiheadline.com. Senin (31/1/2022) malam.

Profesi perawat, menurut Ansi, mengajarkan arti sebuah ketulusan. Ketulusan merawat seseorang yang bukan siapa-siapa, bahkan yang tidak dikenalnya. Perawat berusaha ikhlas dan tulus merawat pasien dan berharap mereka dapat kembali sehat dan berkumpul bersama keluarganya.

“Selama saya menjalani profesi sebagai perawat saya merasakan pentingnya rasa bersyukur setiap hari. Ya bersyukur atas nikmat kesehatan yang telah diberikan oleh Tuhan. Dengan menjadi perawat, saya banyak melihat pasien yang berjuang untuk sehat, atau bahkan berjuang untuk tetap hidup. Saya setiap hari melihat betapa mahalnya kehidupan dan betapa mahalnya kesehatan,” kata wanita lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) itu.

Ansi menambahkan, menjadi seorang tenaga medis perlu perjuangan khusus. Karenanya, selama menjadi perawat, suka duka telah ia rasakan. Sukanya, ia merasa bangga bisa mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan dukanya, ia pernah harus rela menunda makan dan menahan haus selama 8 jam lamanya saat menangani pasien Covid-19.

“Banyak ilmu yang bisa saya share dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan bisa jadi orang pertama yang membantu orang-orang terdekat ketika sakit. Selain itu, saya mulai menjadi perawat ketika pandemi Covid-19 ini melanda. Sampai pernah rela menunda makan, menunda haus, bahkan menunda ke toilet karena harus menangani pasien yang membutuhkan tenaga kita, mungkin itu sebagian suka duka yang saya alami” papar wanita 23 tahun itu.

Pengalaman duka lainnya yang pernah ia dapatkan, adalah ketika pasien merasa tidak nyaman ketika terlambat diberikan obat.

“Pernah waktu itu terlambat memberikan obat, sedangkan pasien tersebut sedang merasa kesakitan. Pasien akhirnya marah, tapi saya tetap harus memberikan sikap terbaik untuk pasien dengan meminta maaf dan memberikan penjelasan bahwa obat tersebut sedang disiapkan oleh pihak yang bersangkutan (apoteker-red),” tambahnya.

Bicara soal penampilan, kata Ansi, berpenampilan menarik bagi seorang perawat, itu hal yang perlu diperhatikan. “Menurut saya penting. Prawat harus membangun ‘efek halo yang baik dengan pasien agar terjalin trust saat melakukan pelayanan,” pungkasnya.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer