Kisah Kakak Beradik di Parungkuda Sukabumi, Jadi Pemulung karena Ingin Bantu Orang Tua

- Redaksi

Kamis, 6 Januari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jonathan dan Fano. l sukabumiheadline.com

Jonathan dan Fano. l sukabumiheadline.com

sukabumiheadline.com I PARUNGKUDA – Kisah pilu dialami dua orang bocah kakak beradik berusia 11 dan 12 tahun bernama Jonathan Oktavian Siregar dan Nasaki Fano Siregar asal Kota Medan yang sekarang tinggal di Sukabumi. Mereka  adalah bocah-bocah yang masih duduk di bangku kelas 4 dan 5 sekolah dasar di Parungkuda.

Sejatinya keduanya adalah anak-anak penerus bangsa yang seharusnya asyik dengan dunianya dan teman sebaya, tidak seharusnya turut banting tulang mencari nafkah untuk dirinya sendiri dan keluarga.

Jonathan dan Fano, serta orangtuanya tinggal di Kampung Pasir Leutik, Desa/Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. Kedua bocah itu mengaku terpaksa menjadi pemulung barang bekas karena ingin membantu orang tuanya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Setiap hari, mulai dari pukul 07.30 WIB, Jonathan dan Fano berkeliling mencari dan mengumpulkan dus tidak terpakai dan barang bekas lainnya yang nantinya akan dijual kembali. Mereka biasa menyusuri perkampungan di sekitaran Parungkuda, dan baru pulang sekira pukul 16.00 WIB. Semua brang bekas yang diperoleh, kemudian mereka jual kepada pengepul.

Baca Juga :  Pamit Mandi, Warga Cisaat Sukabumi Ditemukan Meninggal Dunia di Sumur
Laput Dalam
Jonathan dan Fano. l Ade Yosca

Dalam percakapannya dengan sukabumiheadline.com. Kamis (6/1/2022), keduanya mengaku menjalani profesi sebagai pemulung karena ingin membantu perekonomian keluarganya yang kurang mampu.

Kita kayak gini karena ingin bantu ibu dan bapak, mereka juga sama kayak kita, tukang rongsok, tapi kalau mereka nyari dus sama barang-barang rongsoknya di pasar,” ujar Jonathan.

Dari hasil berkeliling seharian, Jonathan dan Fano biasanya mampu mengumpulkan dus-dus bekas dan barang rongsok lainnya sekira 7-10 kg per hari. Barang bekas tersebut kemudian mereka jual kembali seharga Rp2.500 per kg.

Sekarang sih lagi turun harganya, biasanya sih kalau sekilo itu dihargain Rp3.500, tapi sekarang Rp2.500 per kilogram. Kita seharian berkeliling, paling kalau udah nyampe 6-7 kilogram kita pulang karena bapak nyuruhnya seperti itu. Kalau bapak sih 10 kilogram aja belum seberapa,” tutur Jonathan lagi.

Barang-barang tersebut, kata Fano, di jual ke pengepul di daerah Cidahu, diantar langsung sama bapaknya. “Jadi jualnya nunggu bapak pulang dulu,” kata Fano.

Baca Juga :  Aniaya Pelajar Ciemas hingga Jari Nyaris Putus, 4 Pelajar Diamankan di Cicurug Sukabumi

Pendapatan keduanya dari hasil mencari rongsok terbilang sangat kecil karena dari hasil penjualan barang rongsok yang mereka cari seharian, keduanya hanya mendapatkan imbalan Rp7.500 per hari. Dari hasil jerih payahnya, selain untuk membantu perekonomian keluarga, juga mereka tabung sebagian untuk ongkos pulang kampung ke Medan.

Gak nentu om, gimana kita dapet barang yang kita carinya, kadang kalau lagi banyak dapet 10 kilogram, kita dapet uangnya Rp15 ribu karena harusnya dapet Rp25 ribu itu dipotong lagi, paling ke kitanya Rp15 ribu untuk saya sama Fano,” timpal Jonathan.

Tapi kita sekarang paling dapatnya 7 kilograman lah, ya jadi Rp17.500 ribu, kita dapet Rp7.500 ratus untuk berdua” ungkap Jonathan.

Kedua bocah ini memiliki cita-cita menjadi polisi dan tentara. Mereka berjuang sejak dini demi mencapai impiannya tersebut.

Aku cita-citanya ingin jadi polisi om, biar bisa nangkap orang-orang jahat, kalao Fano ingin jadi tentara biar bisa jagain ibu, bapak sama negara ini,” pungkas kedua bocah itu.

Berita Terkait

Warga Sukabumi lebih banyak habiskan uang untuk rokok dari pada nasi
Pembangunan kilang minyak Sukabumi masuk Proyek Prioritas HKEN 1 juta barel
Menghitung produksi daging dan telur menurut jenis ternak di Sukabumi
Berlaku besok, begini suara pelajar Sukabumi soal jam masuk 06.30 dan 5 hari sekolah
Menghitung angka kelahiran di Kota Sukabumi 4 tahun terakhir
Kronologi perusakan rumah singgah di Cidahu Sukabumi, KDM: Saya kawal proses hukumnya
356.638 pengidap HIV baru di Indonesia, di Sukabumi 327 HIV/Aids
Perang opini Kuasa Hukum nelayan Ciemas Sukabumi dan Kades Mandrajaya

Berita Terkait

Rabu, 6 Agustus 2025 - 03:44 WIB

Warga Sukabumi lebih banyak habiskan uang untuk rokok dari pada nasi

Rabu, 30 Juli 2025 - 04:09 WIB

Pembangunan kilang minyak Sukabumi masuk Proyek Prioritas HKEN 1 juta barel

Rabu, 23 Juli 2025 - 10:00 WIB

Menghitung produksi daging dan telur menurut jenis ternak di Sukabumi

Minggu, 13 Juli 2025 - 19:01 WIB

Berlaku besok, begini suara pelajar Sukabumi soal jam masuk 06.30 dan 5 hari sekolah

Kamis, 10 Juli 2025 - 02:45 WIB

Menghitung angka kelahiran di Kota Sukabumi 4 tahun terakhir

Berita Terbaru