sukabumiheadline.com – Keuskupan Katolik Roma di Buffalo, New York mengomentari penjualan gereja bersejarah Gereja St. Ann kepada komunitas Muslim. Hal ini setelah sebuah unggahan di media sosial tentang kesepakatan tersebut memicu banjir komentar kemarahan.
Gereja St. Ann dibangun pada 1886 dan ditutup pada tahun 2007 karena sepi dari umat paroki untuk menopangnya, dan dijual ke perusahaan induk pada tahun 2022. Awal bulan ini, gereja tersebut disebut-sebut sebagai sinyal merosotnya pemeluk agama Kristen di sana.
“Dijual kepada komunitas Islam seharga $250.000 yang akan mengubah gereja bersejarah itu menjadi masjid,” ungkap sebuah akun bernama ‘Father R. Vierling’ mengunggah foto katedral bergaya Gotik itu di X. Postingan itu telah dilihat 11 juta kali.
Baca Juga:
Beberapa komentar di bawah postingan tersebut begitu marah sehingga pengirim postingan asli harus menanggapi, menasihati orang-orang untuk tidak mengarahkan kemarahan mereka terhadap komunitas Islam.
Father R Vierling menyalahkan kehancuran paroki tersebut merujuk “perubahan demografi daerah tersebut dan ketidakmampuan untuk mendukung kompleks tersebut secara finansial,” dengan mencatat bahwa “skenario ini sedang terjadi di keuskupan-keuskupan perkotaan yang dulunya besar di seluruh negara.”
“Kekhawatiran finansial memang menjadi alasan penjualan. Memperbaiki gereja tersebut akan menelan biaya lebih dari $30 juta pada saat itu,” kata juru bicara keuskupan Joe Martone.
“Diperlukan biaya perbaikan yang sangat besar,” kata Martone. “Pekerjaan yang dibutuhkan sangat mahal dan berada di luar jangkauan keuskupan.”
Baca Juga:
Keuskupan Buffalo juga dinyatakan bangkrut pada 2020, selain itu juga adanya penyelidikan dugaan 900 kasus pelecehan seksual yang melibatkan pendeta dan karyawan lainnya.
Pada November 2022, gereja menjual Gereja St. Ann yang telah ditutup, beserta kompleks sekolah dan biara, ke Buffalo Crescent Holdings.
Media lokal melaporkan bahwa perusahaan tersebut bermaksud mengubah kompleks tersebut menjadi masjid, baik Islamic Center maupun Keuskupan Buffalo tidak mengatakan hal tersebut pada saat itu.
Lebih jauh, Martone mengatakan keuskupan telah rela melepaskan properti tersebut untuk tujuan “penggunaan yang tidak senonoh,”. Istilah yang merujuk pada gereja-gereja tertutup yang tidak lagi digunakan sebagai gereja, dan keuskupan mengizinkannya untuk digunakan tujuan apa pun selama tidak “melakukan hal yang tidak senonoh, tidak bermoral, atau memalukan.”
“Kami juga menjual beberapa properti keuskupan kepada kelompok agama lain yang menggunakannya untuk kegiatan keagamaan mereka, jadi ini hal biasa dan kami tidak mempermasalahkan hal itu,” tambahnya.
Buffalo adalah komunitas yang berpenduduk hampir 280.000 orang di pesisir Danau Erie, dekat perbatasan AS-Kanada. Sejak tahun 2000, komunitas ini telah mengalami gelombang imigran dari Yaman, Somalia, Bangladesh, dan Irak.