Raja Sunda Dijebak, Ini Alasan Gajah Mada Enggan Menyerang Langsung Pajajaran Secara Militer

- Redaksi

Sabtu, 17 Juni 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Suasana Pakuan Pajajaran, Ibu Kota Kerajaan Sunda. l @ainusantara

Suasana Pakuan Pajajaran, Ibu Kota Kerajaan Sunda. l @ainusantara

sukabumiheadline.com – Menurut banyak catatan sejarah, Kerajaan Majapahit sangat luas. Bahkan, kekuasaannya hingga mencapai hampir seluruh Nusantara, hingga wilayah Singapura, Malaysia dan Filipina.

Luasnya wilayah kekuasaan Majapahit tidak sebanding dengan kekuasaan Kerajaan Sunda, yakni Pajajaran yang hanya mencakup wilayah Jawa Barat, Jakarta dan Banten saat ini.

Namun, meskipun tergolong kerajaan mungil, Pajajaran bukanlah kerajaan yang lemah, meskipun Ibu Kota Pajajaran sempat berpindah-pindah dari Galuh, Pakuan, Saunggalah, Pakuan, Kawali, dan kembali ke Pakuan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pusat pemerintahan atau ibu kota terakhir Pajajaran, Pakuan, sebelum hancur oleh pasukan Islam dari Kesultanan Banten berada di sebuah kota bernama Dayo.

Para ahli meyakini, Dayo yang dimaksud adalah kawasan yang meliputi Kabupaten Bogor dan Kota Bogor, Jawa Barat saat ini.

Raja Sunda disebutkan memiliki istana yang sangat megah, dibangun dengan 330 pilar kayu setinggi lima depa, dengan ukiran indah di atasnya.

Kemudian pada 1856, Administrator orientalis dan kolonial John Crawfurd (1783-1868), berhasil memecahkan soal misteri lokasi Kota Dayo, sekaligus menyimpulkan bahwa lokasi Keraton Pakuan terletak pada lahan Lemah Duwur.

Baca Juga :  Kisah Hayam Wuruk luntang-lantung usai gagal nikahi Putri Raja Sunda Dyah Pitaloka Citraresmi

Lemah Duwur disebut berada di atas bukit yang diapit oleh tiga batang sungai berlereng curam, yakni Cisadane, Ciliwung (Cihaliwung) dan Cipaku (anak Cisadane). Kemudian, di tengahnya mengalir Sungai Cipakancilan yang ke bagian hulu sungainya bernama Ciawi.

Pakuan terlindung oleh lereng terjal pada ketiga sisinya, namun di sisi tenggara kota berbatasan dengan tanah datar dan terdapat benteng (kuta) yang paling besar, pada bagian luar benteng terdapat parit yang merupakan bentuk negatif dari benteng tersebut.

Tanah galian parit itulah yang diperkirakan untuk dijadikan bahan pembangunan benteng.

Ibu kota Pajaran dibagi ke dalam dua bagian, yaitu Kota bagian Dalam dan Kota bagian Luar. Kota Dalam dan Kota Luar dibatasi benteng alam berupa bukit memanjang di sebelah timur.

Struktur Ibu Kota Pajajaran diperkuat oleh sungai alam, parit kecil yang melewati bagian barat keraton, dan benteng buatan di selatan.

Benteng yang berlapis-lapis ini dibuat untuk menangkis serangan pasukan Islam dari luar (Demak, Banten, dan Cirebon).

Wilayah Sunda, khususnya Kerajaan Sunda merupakan wilayah yang unik bagi Majapahit. Disebutkan bahwa Mahapatih Gajah Mada sampai enggan untuk menyerang secara militer.

Baca Juga :  5 Kisah tentang Agama yang Dianut Prabu Siliwangi

Padahal wilayah Sunda merupakan bagian yang dibidik oleh Gajah Mada supaya sumpahnya untuk menyatukan Nusantara terwujud.

Baca Juga:

Sunda merupakan kerajaan sendiri yang bebas dan tak layak untuk ditaklukkan secara militer.

Hal itu didasarkan pada temuan Prasasti Raja Sri Jayabhupati dari abad 11 yang di dalamnya disebut terdapat gelar yang mirip Airlangga. Baca lengkap: Mengingat Kembali Hubungan Baik Kerajaan Sunda dengan Sriwijaya dan Majapahit

Konon, raja-raja Sunda masih keturunan dari Jayabhupati yang masih berkerabat dengan penguasa di Jawa bagian timur.

Ilustrasi tragedi Perang Bubat. l Istimewa
Ilustrasi tragedi Perang Bubat. l Istimewa

Karena kengganan menyerang secara langsung itulah yang membuat Mahapatih Gajah Mada kemudian mengundang Raja Sunda, Raja Sunda Prabu Maharaja Linggabuana untuk berkunjung ke Majapahit.

Dalam muhibah ke Majapahit itulah kemudian Prabu Maharaja Linggabuana tewas dibunuh pasukan Gajah Mada dalam tragedi Perang Bubat.

Dyah Pitaloka Citraresmi. l Istimewa
Dyah Pitaloka Citraresmi. l Istimewa

Raja Majapahit, Hayam Wuruk pun murka kepada Mahapatih Gajah Mada karena dianggap sembrono telah membunuh Raja Sunda, sehingga membuat putri Raja Sunda, Dyah Pitaloka Citraresmi memilih bunuh diri, ketimbang diperbudak Raja Jawa. Baca lengkap: Pemicu Perang Bubat dan Perselisihan Sunda-Jawa, Kecantikan Dyah Pitaloka Citraresmi Disebut Cocok Jadi Artis

Berita Terkait

8 khasiat daun salam untuk jantung, gula darah hingga cegah batu ginjal dan cara konsumsi
Pilih KA Jaka Lalana, trik liburan Tahun Baru ke Sukabumi bebas macet versi Dirlantas Polri
5 penyakit paling mematikan di dunia versi WHO: Tak ada Aids, posisi 2 banyak diderita warga Sukabumi
12 tempat wisata di Sukabumi favorit warga Jakarta versi perusahaan transportasi
Workshop peningkatan profesionalisme guru melalui pembelajaran interaktif di Bojonggenteng Sukabumi
Kabupaten Sukabumi berapa? Kemenkes ungkap 3 kelompok penyandang HIV terbanyak
Tren model gamis 2026: Modis & mewah dengan sentuhan payet dan bordir
5 fakta Bobby Bobob: Sutradara film alumni SMAN 1 Cikembar dan eks HRD PT GSI Sukabumi

Berita Terkait

Senin, 1 Desember 2025 - 10:00 WIB

8 khasiat daun salam untuk jantung, gula darah hingga cegah batu ginjal dan cara konsumsi

Minggu, 30 November 2025 - 15:48 WIB

Pilih KA Jaka Lalana, trik liburan Tahun Baru ke Sukabumi bebas macet versi Dirlantas Polri

Minggu, 30 November 2025 - 03:00 WIB

5 penyakit paling mematikan di dunia versi WHO: Tak ada Aids, posisi 2 banyak diderita warga Sukabumi

Minggu, 30 November 2025 - 01:09 WIB

12 tempat wisata di Sukabumi favorit warga Jakarta versi perusahaan transportasi

Sabtu, 29 November 2025 - 21:25 WIB

Workshop peningkatan profesionalisme guru melalui pembelajaran interaktif di Bojonggenteng Sukabumi

Berita Terbaru