24.7 C
Sukabumi
Selasa, April 23, 2024

Tebing Palagan Bojongkokosan Sukabumi longsor timpa jalan

sukabumiheadline.com - Musibah longsor terjadi di kawasan...

Sosok Mualaf Siti Ainun Khalifah, Mendapat Hidayah di Tempat yang Bau

NasionalSosok Mualaf Siti Ainun Khalifah, Mendapat Hidayah di Tempat yang Bau

SUKABUMIHEADLINES.com – Siti Ainun Khalifah, adalah seorang mualaf. Sebelum memeluk Islam, Siti mendapat tugas menarik orang Muslim agar berpindah agama.

“Saat itu saya lebih banyak menarik orang-orang terutama Muslim KTP. Karena sangat mudah membawa mereka (pindah agama). Caranya lewat kehidupan seharian, budaya, lingkungan,” ujar Siti ketika menceritakan proses keislamannya yang begitu luar biasa di kanal YouTube Hidayatullah TV, dikutip sukabumiheadlines.com, Senin, 22 November 2021.

Ketika Siti ditugaskan di Blitar, Jawa Timur, di sana, dia memasuki sebuah desa yang kesehariannya hanya bertani. Siti pun hidup berdampingan dengan mereka seperti warga pada umumnya.

Ia selalu datang untuk menyapa mereka. Secara perlahan dan bertahap selama hampir setahun, akhirnya sebagian orang dari desa itu memeluk Kristen.

Menjadi Mualaf

Pada 2004, Siti pindah ke Jakarta untuk menekuni bisnis. Selain berbisnis, Siti juga mendirikan lembaga bimbingan. Namun, dalam perjalanannya menjalankan bisnis, dia selalu menemui kegagalan.

Ia pun mengadu kepada Tuhannya. “Ya Tuhan, apa yang Engkau mau dari saya? Saat itu saya posisi di Jakarta sendiri. Dengan berbagai macam kegagalan bisnis yang saya jalani, kemudian saya minta ke Tuhan berikan petunjuk jika Tuhan masih sayang sama saya. Hadirkan padaku keluarga yang bisa menerima saya apa adanya.”

Akhirnya Siti dipertemukan dengan keluarga sederhana, dan tinggal di tengah pematang sawah. Dalam keadaan bangkrut, Siti meminta agar bisa tinggal di rumah tersebut.

“Saya tinggal di situ, itu saya habis keluar dari rumah sakit karena saya habis bangkrut yang membuat saya akhirnya mencari Tuhan saya di mana,” katanya lagi.

Diakuinya, keluarga tersebut tidak memaksanya untuk memeluk Islam. Namun, keluarga itu mengizinkan Siti tinggal bersamanya.

“Dia hanya bilang ‘kamu boleh tinggal di tempat ini, tapi di sini keluarganya Muslim, apakah kamu mau?’ Saya bilang tidak masalah,” pungkas dia.

Hidup di tengah-tengah keluarga Muslim, akhirnya Siti diajarkan hidup secara Islam, mulai dari belajar wudhu, salat, hingga membaca Syahadat. Namun, ketika Siti menolaknya, keluarga tersebut tidak mempermasalahkannya.

“Saat itu saya mengikuti dan ada rasa senang. Sampai pada akhirnya mereka mengajak saya untuk bersyahadat secara resmi,” imbuhnya.

Namun, meskipun sudah mengucap dua kalimat Syahadat, tapi Siti merasa hati dan jiwanya belum merasakan hidayah sebagai seorang Muslimah. Bahkan, dia masih enggan menyebut Tuhan dengan nama Allah. Kemudian, Siti pun meminta kepada Tuhan agar diberikan hidayah.

“Selang dua minggu lebih, saya melakukan perjalanan dari Bogor ke Jakarta. Saya lewat Parung naik motor sama kakak angkat saya. Di perjalanan kakak saya bilang gini, ‘Ini sudah waktunya shalat Zuhur, shalat dulu yuk. Akhirnya saya shalat di situ, numpang shalat di rumah temennya kakak (angkat) saya,” jelas dia.

Untuk kali kedua, Siti dipertemukan lagi dengan keluarga sederhana. Sebuah keluarga yang tinggal di bedeng beratap seng di tengah-tengah peternakan ayam. Kemudian, ia pun melaksanakan shalat di sana.

“Pada rakaat terakhir, di sujud saya, saya merasakan ada sesuatu yang saya tidak bisa utarakan itu dengan kata-kata. Saya melihat ada sinar putih seputih-putihnya. Dan saya merasakan ada satu kedamaian, kebahagiaan yang tidak terwakili oleh apapun. Hingga kini saya tidak pernah merasakan kebahagiaan dan kedamaian seperti yang saya rasakan saat itu,” aku Siti.

Saat itu, setelah mengakhiri shalatnya, dengan tegas Siti mengatakan kepada AllahSWT, “Ya Allah itu lidah saya merasa seperti sudah terbiasa menyebut Allah padahal sebelumnya tidak.”

Untuk yang pertama kali, dengan tegas ia mengatakan jika dirinya seorang Muslimah karena Allah SWT.

“Saya terima tubuh jiwa raga saya, saya Islam. Saya terima hidayahmu ya Allah. Artinya apa? Hidayah itu diberikan kepada siapa pun, kapan pun, di mana pun. Bukan sucinya tempat yang gelar sajadah yang warna-warni, bukan. Allah memberi hidayah ketika saya ada di tempat yang sangat kumuh, banyak seng-seng di peternakan ayam yang bau tai ayam. Di situ justru saya mendapatkan hidayah,” ungkap Siti.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer