sukabumiheadline.com – Terkait polemik sumber air minum dalam kemasan (AMDK) AQUA, Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Muhammad Mufti Mubarok menegaskan bahwa sumber air AQUA berasal dari pegunungan.
Dia mengatakan, artinya AQUA tidak membohongi publik berkenaan dengan sumber air mereka. Baca selengkapnya: Sidak pabrik, KDM kaget sumber air AQUA dari sumur bor bukan mata air
“Hari ini kami saksikan sendiri bahwa AQUA memang air gunung. Prosesnya memang melalui pengeboran, tetapi sumber airnya tetap dari pegunungan,” kata Mufti dalam rilis kepada sukabumiheadline.com, Kamis (4/11/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berita Terkait: KDM minta AQUA ubah konsep iklan, DPR nilai menyesatkan, YLKI desak usut, KESDM akan evaluasi
Diketahui, Mufti melakukan kunjungan ke salah satu sumber air AQUA. Mufti menjelaskan bahwa hasil peninjauan menunjukkan kalau sumber air yang diambil benar berasal dari aliran bawah tanah alami di kawasan pegunungan.
Mufti menjelaskan bahwa metode pengeboran dilakukan semata-mata sebagai bagian dari proses produksi yang memenuhi standar teknis dan bukan berarti air berasal dari sumber buatan atau air tanah biasa. Air diambil dari sumber tanah dalam dengan wilayah yang dikonservasikan dengan baik dan berkelanjutan.
Baca Juga: Dedi Mulyadi tak habis pikir kenapa AQUA harus setor duit ke PDAM dan PJT II
BPKN pun memahami apabila isu sumber air ini kemudian bisa menjadi viral. Mufti menjelaskan, hal ini terjadi karena kekuatan citra merek AQUA yang sangat melekat di masyarakat, hingga menjadi brand image atau ikon dari seluruh produk AMDK.
“Ini persoalan iklan sebenarnya pada akhirnya. Sekarang kita minum produk air kemasan apapun tetap dibilang minum AQUA,” katanya.
Lebih lanjut, BPKN akan melakukan langkah komparatif dengan melakukan pemeriksaan sumber air serupa kepada produsen AMDK lain yang mengklaim bersumber dari air pegunungan.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada hak-hak publik baik dari sisi informasi dan kualitas produk yang dilanggar.
“Kami sudah bersurat dan akan melakukan sampling terhadap produk-produk lain. Kalau mereka ingin klaim air gunung, ya harus memenuhi standar yang sama seperti AQUA,” jelas Mufti.
Berita Terkait: Dedi Mulyadi: 2 Januari 2026, truk AMDK dan tambang wajib dua sumbu, ini solusi buat sopir
KDM libatkan pakar ITB
Seperti diketahui, polemik bermula setelah Dedi Mulyadi melakukan inspeksi mendadak atau sidak ke salah satu pabrik AQUA, PT Tirta Investama di Kabupaten Subang. Baca selengkapnya: Dedi Mulyadi ancam tak perpanjang izin AQUA, langgar aturan dan merusak jalan
Kekinian, setelah dua pekan menelusuri polemik sumber air di Subang, Gubernur Jawa Barat yang akrab dipanggil Kang Dedi Mulyadi (KDM) melibatkan tim akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengaudit sumber air milik perusahaan air minum terkenal, AQUA.
Langkah ini menjadi tindak lanjut dari temuan KDM dalam video yang diunggah di kanal YouTube-nya, Kang Dedi Mulyadi Channel, saat dirinya mempertanyakan status sumber air Aqua yang diduga bukan mata air alami, melainkan air tanah dalam hasil pengeboran vertikal.
Dalam video berdurasi 25 menit itu, KDM menegaskan bahwa ia tidak ingin menjadikan kasus ini sebagai bahan politik, melainkan memastikan kajian ilmiah yang objektif dan profesional.
“Saya enggak pernah ambil keputusan karena politik. Saya selalu dasarkan keputusan pada profesionalisme dan data ilmiah. Nanti biar ITB dan IPB yang simpulkan, bukan saya,”
ujar KDM.
KDM menyebut audit ini penting untuk menjawab dua hal mendasar:
- Apakah pengambilan air oleh Aqua berdampak pada cadangan air warga sekitar.
 - Apakah sistem pengambilan air dengan pengeboran dalam sesuai izin dan prinsip keberlanjutan lingkungan.
 
Menurut KDM, hasil audit akan menjadi dasar bagi pemerintah daerah dan pusat untuk meninjau kembali kerja sama PDAM dengan industri AMDK.
“Saya ingin semua terbuka. Berapa volume air yang diambil, berapa kontribusinya ke daerah, dan apakah ada dampak ke masyarakat sekitar,” katanya.
Ia juga menegaskan audit ini tidak hanya untuk AQUA, tetapi untuk semua industri air di Jawa Barat.
Sementara itu akademisi lingkungan dari IPB, Dr. Nandang Priyono menilai keputusan itu tepat. Menurutnya, audit berbasis sains penting untuk menghindari polemik publik yang sarat opini tanpa data.
“Air tanah dalam punya karakter hidrogeologi yang kompleks. Kajian ilmiah penting untuk memastikan tidak ada over-ekstraksi,” ujar Nandang seperti dilansir dari Tempo.

					





						
						
						
						
						

