Gatot Taroenamihardja, dari Sukabumi jadi jaksa agung pertama dikenal lurus dan antikorupsi

- Redaksi

Senin, 23 Oktober 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Makam Raden Gatot Taroenamihardja di Cibinong, Kabupaten Bogor. l Istimewa

Makam Raden Gatot Taroenamihardja di Cibinong, Kabupaten Bogor. l Istimewa

sukabumiheadline.com – Banyak tokoh asal Sukabumi, Jawa Barat sukses meniti karier di berbagai bidang, seperti di dunia hiburan, olah raga, politik, hingga bisnis berskala multinasional.

Berita terkait: Kenalkan, Adrian Zecha asal Sukabumi Pemilik Jaringan Hotel di 20 Negara

Bahkan, tak sedikit yang juga sukses berkarier dan menorehkan prestasi gemilang dengan menduduki jabatan strategis di eksekutif, legislatif dan yudikatif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Salah seorang yang turut mengharumkan nama Sukabumi di kursi yudikatif tingkat nasional, adalah Meester in de Rechten (Mr) Raden Gatot Taroenamihardja.

Gatot Taroenamihardja adalah Jaksa Agung Republik Indonesia pertama yang menjabat pada 12 Agustus 1945—22 Oktober 1945, atau di masa pemerintahan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.

Perjuangan menyelesaikan pendidikan di luar negeri 

Gatot Taroenamihardja lahir di Sukabumi pada 24 November 1901 dan wafat 24 Desember 1971, pada usia 70 tahun. Gatot Taroenamihardja adalah anak kedua dari enam bersaudara putra-putri, dari ayah Dr. R. Tanoemihardja.

Ia menyelesaikan pendidikan keahlian hukum pada usia 19 tahun di Rechtsschool Batavia, Hindia-Belanda. Kemudian pada 1920, Gatot Taroenamihardja mulai bekerja magang di Pengadilan Negeri (PN).

Tahun 1922, Gatot Taroenamihardja memutuskan untuk meneruskan pendidikan hukumnya di Rijksuniversiteit Leiden, Belanda. Di Negeri Kincir Angin tersebut ia tak hanya mengenyam pendidikan, melainkan juga aktif bergabung dalam organisasi Perhimpoenan Indonesia yang pada tahun 1920-an berubah menjadi organisasi penting yang aktif mempromosikan Kemerdekaan Indonesia.

Karena itu, keluarga Gatot Taroenamihardja mengalami ancaman oleh Belanda untuk menghentikan pengiriman biaya pendidikannya. Sehingga untuk membiayai hidupnya, Gatot Taroenamihardja harus bekerja sebagai pesuruh di toko roti di Brussel, Belgia.

Baca Juga :  Fajar Riza Ul Haq dari Sukabumi jadi Wakil Menteri Pendidikan, daftar lengkap Wamen Kabinet Merah Putih

Namun, pada 1927, Gatot Taroenamihardja malah ditangkap dengan alasan tidak memberikan laporan kesehatan untuk kegiatan wajib militer Belanda.

Pada tahun yang sama, Gatot Taroenamihardja berhasil menyelesaikan sekolah hukumnya dan kembali ke Indonesia untuk menjadi Penasehat Hukum/Advokat bagi orang pribumi Indonesia di Cirebon dan Tegal.

Maklumat Gatot Taroenamihardja 

Gatot merupakan orang pertama yang sempat dua kali memegang jabatan Jaksa Agung (yang kedua adalah Singgih). Ketetapan yang diumumkan oleh Presiden Soekarno itu menandai eksistensi Kejaksaan dan Jaksa Agung sebagai lembaga dan jabatan penting di Indonesia.

Pada tanggal 1 Oktober 1945, nama Mr. Gatot Taroenamihardja sebagai Jaksa Agung untuk kedua kalinya diumumkan oleh Menteri Dalam Negeri dalam Maklumat Pemerintah.

Masa jabatan Mr Gatot Taroenamihardja sebagai Jaksa Agung pertama berlangsung sangat singkat. Sebab, pada tanggal 24 Oktober 1945, atas permintaan sendiri, ia diberhentikan dengan hormat oleh Presiden.

Dalam masa jabatannya yang singkat itu, Mr Gatot Taroenamihardja sempat mengeluarkan satu maklumat dan satu instruksi.

Dalam maklumat tanggal 1 Oktober 1945 yang diumumkan bersama-sama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kehakiman, dikemukakan antara lain kedudukan struktural organik Kejaksaan dalam Lingkungan Departemen Kehakiman dan Jaksa Agung sebagai pemegang pimpinan Kepolisian Kehakiman.

Sementara dalam instruksinya tertanggal 1 Oktober 1945, secara gamblang dan tegas Jaksa Agung memerintahkan kepada Kepala Kepolisian Republik Indonesia untuk bertindak lebih keras menjaga keamanan, terutama terhadap Belanda-Belanda yang mau membinasakan Republik Indonesia.

Gatot Taroenamihardja dikenal lurus dan antikorupsi

Sosok Gatot Taroenamihardja terkenal sosok yang lurus dan anti korupsi. Dalam otobiografinya yang berjudul Pergulatan Tiada Henti: Dirumahkan Soekarno, Dipecat Soeharto, salah satu kasus paling terkenal yang coba ia bongkar adalah perihal korupsi penyelundupan yang dilakukan oleh Panglima Teritorium I Kolonel Maludin Simbolon di Teluk Nibung, Sumatera Utara.

Baca Juga :  Terdakwa Pakai Peci dan Jilbab, Jaksa Agung Ngamuk

Selain itu, kasus lainnya yakni barter yang diduga melibatkan Kolonel Ibnu Sutowo di Tanjung Priok. Belakangan diketahui hasil dari penyelundupan dan barter ini digunakan untuk kepentingan tentara.

Penyelidikan Gatot dan jajarannya sempat dihentikan oleh KSAD saat itu Mayjend TNI Abdul Haris Nasution dan akan menyelesaikan masalah itu dengan cara disiplin tentara dan administratif.

Walaupun pemerintah juga telah menyetujuinya. Namun, pada 23 Agustus 1959, Gatot meminta izin Presiden RI Soekarno untuk melakukan pemeriksaan setelah adanya indikasi penyelundupan yang terus dilakukan.

Akibatnya, beberapa perwira seperti Kolonel Ibnu Sutowo dan Letkol Sukendro dan Mayjen TNI Abdul Haris Nasution, berupaya menggagalkan saat Gatot akan memeriksa.

Bahkan, mereka memerintahkan Penguasa Perang Daerah Jakarta Raya Kolonel Umar Wirahadikusuma untuk menangkap Gatot saat Presiden RI Soekarno sedang berada di luar negeri.

Setibanya di tanah air pasca kunjungan ke luar negeri, Soekarno pun menggelar pertemuan bersama Perdana Menteri Djuanda, Nasution dan Gatot.

Permasalahannya diambil alih Sukarno. Sebagai jalan tengah, Presiden memberhentikan Gatot dan mengembalikannya ke departemen kehakiman untuk kedua kalinya.

Sementara, para perwira yang terlibat barter Tanjung Priok dimutasi dan tetap aktif di militer.

Tindakan Gatot itu ternyata masih mendapat kecaman, tentara berusaha membunuhnya hingga ia mengalami buntung di bagian kaki karena ditabrak kendaraan pada waktu subuh.

Dimakamkan di Cibinong, Bogor 

makam almarhum gatot taroenamihardja
Makam Raden Gatot Taroenamihardja di Cibinong, Kabupaten Bogor. l Istimewa

Jasadnya kini, sejak Kamis 25 November 2021, bersemayam di Taman Makam Pusara Adhyaksa Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebelumnya, Gatot Taroenamihardja dimakamkan di TPI Menteng Pulo, Tebet, Jakarta Selatan sejak 24 Desember 1971.

Berita Terkait

Perang opini Kuasa Hukum nelayan Ciemas Sukabumi dan Kades Mandrajaya
4 ribu lebih pria di Kota Sukabumi mengurus rumah tangga, pengangguran berapa?
Potret WB 12 tahun di Kabupaten Sukabumi: 200 ribu lulusan SD, 55,2% tak lulus SMA
Miris, 739 ribu warga Kabupaten Sukabumi hanya lulus SD
Didominasi perempuan, ini jumlah TKI asal Sukabumi 5 tahun terakhir
Ketahui Visi, Misi dan 11 Proyek Prioritas yang keren dari Bupati/Wabup Sukabumi
Hitung luas wilayah, jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi Utara dan calon ibu kota
Catatan kritis 100 Hari Kerja Bupati/Wabup Sukabumi, LKK beri nilai 2 dari 10

Berita Terkait

Senin, 16 Juni 2025 - 08:32 WIB

Perang opini Kuasa Hukum nelayan Ciemas Sukabumi dan Kades Mandrajaya

Sabtu, 14 Juni 2025 - 04:55 WIB

4 ribu lebih pria di Kota Sukabumi mengurus rumah tangga, pengangguran berapa?

Kamis, 12 Juni 2025 - 00:01 WIB

Potret WB 12 tahun di Kabupaten Sukabumi: 200 ribu lulusan SD, 55,2% tak lulus SMA

Senin, 9 Juni 2025 - 02:44 WIB

Miris, 739 ribu warga Kabupaten Sukabumi hanya lulus SD

Kamis, 5 Juni 2025 - 03:40 WIB

Didominasi perempuan, ini jumlah TKI asal Sukabumi 5 tahun terakhir

Berita Terbaru

Menteri Luar Negeri Iran, Sayed Abbas Araghchi - Ist

Internasional

Menlu Iran: Membela diri dari serangan biadab adalah hak kami

Minggu, 22 Jun 2025 - 22:42 WIB